Mohon tunggu...
Sitis Hasibuan
Sitis Hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - Technical Assisstan Health and Education

Membaca, menulis lalu membagikannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

7 Langkah Melatih Critical Thinking

2 September 2020   16:25 Diperbarui: 2 September 2020   16:46 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah mengalami susah memutuskan sesuatu?

Mengalami situasi untuk segera memutuskan sering kali terjadi di dalam kehidupan kita. Banyak hal-hal yang harus segera diputuskan di dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi hal-hal yang berkaitan dengan mantan harus segera diputuskan, eh.

Memberi keputusan yang baik tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, seringkali saya menemukan keraguan. Baikkah keputusan yang saya ambil, baikkah keputusan yang dia sarankan.

Kelemahan mengambil keputusan membuat kita selalu menanyakannya terlebih dahulu kepada orang lain untuk memberi pendapat baikkah keputusan yang kita ambil, sudah tepatkah keputusan yang akan kita ambil, dan banyak pertimbangan yang sebenarnya kita juga memiliki harapan bahwa mereka juga menyetujui keputusan yang akan kita ambil.

Namun, yang menjadi pertanyaan salah kah dengan menanyakannya terlebih dahulu kepada orang lain ? Tentu tidak salah, kita bisa menanyakan pendapat kepada orang lain sebagai pembanding bukan pemberi keputusan.


Mengasah Keterampilan Berpikir Kritis.

Tidak dapat dipungkiri setelah pengambilan keputusan seringkali tertinggal penyesalan, karena kita tidak mengerti masalahnya, kita tidak punya alasan yang rasional, kita tidak punya pembanding, bahkan kemungkinan buruk yang akan kita alami jika kita mengambil satu keputusan.

Masalah yang harus kita putuskan bisa jadi sesuatu yang mudah bagi orang lain, bisa juga sesuatu yang amat sulit. Latar belakang kehidupan, lingkungan, pendidikan kita tidak akan sama, oleh karena itu cara menyelesaikan suatu permasalahan juga pasti berbeda.

Kemampuan mengambil keputusan, bagian dari berpikir kritis. Kemampuan yang tidak tiba-tiba ada pada diri kita. Sering kali kita mendengar "harus kritis", "jangan mudah percaya kita harus kritis" hiyaaa. Sempat mikir kritis apa ya ? Gimana ya ?

Setelah membaca atau sekedar tahu apa itu berpikir kritis mungkin kita langsung mengiyakan "iya kita harus kritis", "saya sudah kritis kok" dan argumen-argumen lain yang menunjukkan bahwa kita benar-benar sudah bisa berpikir kritis.

Satu hal yang selalu kita lupakan, critical thingking atau berpikir kritis adalah sebuah keterampilan, semakin lama kita melatihnya semakin baik kemampuan berpikir kritis yang kita punya semakin baik pula keputusan keputusan yang akan kita ambil.

Menurut Jordan Peterson alternatif untuk mengasah critical thingking dengan menulis, kalau kata seorang teman "membaca apa saja, menulis apa yang saya baca" bagaimana? Setuju tidak?

Menuliskan apa yang sudah kita baca, memberi sudut pandang berdasarkan pengalaman, dan pengamatan sekeliling manambah pemahaman terhadap sesuatu secara mendalam. 

Terlebih hidup di era post truth mau tidak mau kita memang harus memiliki keterampilan berpikir kritis. Kenapa? Derasnya arus informasi membutuhkan kemampuan berpikir kritis. Sebab, kita harus terampil memilih informasi. Mana informasi yang dibutuhkan dan mana informasi yang tidak dibutuhkan. 

Informasi yang kita konsumsi juga dapat memberi dampak baik atau sebaliknya bagi kepribadian kita. Sayangnya menurut data-data yang dipaparkan arus informasi bagi sebagian besar masyarakat memberi dampak buruk. Kemampuan untuk memutuskan tegnologi sebagai sarana meningkatkan kualitas diri masih lemah dari masyarakat kita.

Kesiapan kita menerima informasi tidak menjadikan kita semakin kaya wawasan, bahasa yang santun, pribadi yang bermanfaat, pribadi yang memiliki berbagai keterampilan yang mendatangkan kebaikan.

Namun dampaknya yang lebih nyata cendrung berkata kasar, menghujat di sosmed, tingginya angka pengunduhan fornografi, rendahnya hasil PISA, rangking literasi no 2 dari bawah dan yang lainnya. Ah sudah lah, harapan selalu ada bukan?

Langkah-Langkah Melatih Berpikir Kritis.

Soo sudah siap? Siap melatih berpikir kritis? bagaimana langkah-langkah yang bisa kita aplikasikan untuk melatih berpikir kritis ??? Oke gass lah, hayuuk lah.

Langkah Pertama : Bertanya dengan pertanyaan mendasar.

Misalnya dengan menayakan apa yang kita ketahui dengan masalah ini? Dengan demikian kita lebih mengerti apa masalah yang sedang kita alami sebelum kita mencari solusi. Misalnya : mukaku boros nih, umurku baru 20 th, tapi udah kayak 30 tahun. O alaa masalahku ini sedang mengalami penuaan dini.

Pemahaman terhadap masalah amat penting. Semakin baik kita memahami permasalahan tersebut semakin baik pula keputusan yang akan kita ambil. Jadi pemahaman masalah ini tidak sekedar tahu, namun bisa memprediksikan dan memandang dari berbagai perspektif.

Langkah Kedua : Pertanyaan dugaan awal terkait masalah yang dihadapi.

Tujuan mempertanyakan dugaan awal ini agar asumsi yang kita bentuk tidak hanya berasal dari pikiran kita saja, tetapi asumsi yang kita bangun dapat memenuhi informasi yang akan kita identifikasi. Misalnya gini : emang bisa ya mencegah penuaan dini dengan makan alpukat ?

Dugan awal yang kita lakukan menentukan langkah selanjutnya. Karena dengan dugaan awal yang kita lakukan kita bisa menganalisis masalah yang dialami. 

Langkah ketiga : Menganalisis permasalahan.

Menganalisis permasalahan yang sudah kita ketahui dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tadi, kemudian kita mencari informasi yang relevan saja. Yang tidak relevan diabaikan saja.

Mengkerucutkan informasi-informasi yang relevan dengan tujuan agar semakin banyak perspektif terhadap permasalahan terkait. Dengan kayanya Perspektif yang kita punya semakin baik pula keputusan kita nantinya.

Langkah keempat : Mengevaluasi.

Setelah melakukan beberapa langkah di atas kita mengevaluasi analisis-analisis yang sudah kita buat. Langkah tersebut sebagai gambaran solusi yang kita miliki terkait dengan penyelesaian masalah tersebut.

Langkah kelima : Membandingkan dan membedakan.

Beberapa langkah yang sudah kita lakukan di atas akhirnya kita memiliki beberapa pilihan solusi. Setelah itu menyeleksi salah satu solusi. Apakah kita akan memilih solusi A atau solusi B, setelah itu kita cari persamaan dan perbedaan untuk mencari solusi terbaik. Misalnya, Wah ternyata tidak makan mi instan juga bisa awet muda.

Langkah keenam : Mengelompokkan apa yang kita pikirkan.

Pikiran-pikiran yang relevan, solusi-solusi yang relevan, pendapat-pendapat terkait masalah yang relevan lebih baik agar dikelompokkan juga. Dengan pengelompokan seperti ini cara berpikir akan lebih terorganisir dan lebih sistematis.

Pengelompokan ini juga sebagai langkah kemungkinan-kemungkinan resiko keputusan yang sudah diambil. Dari keputusan tersebut kita akan memiliki kemungkinan baik dan kemungkinan buruk yang akan terjadi.  

Langkah ketujuh : Pengambilan keputusan. 

Nah yang terakhir setelah kita melalui langkah-langkah di atas baru kita bisa memutuskan. Misalnya, untuk mencegah penuaan dini dengan makan alpukat secara rutin, tidak makan mi instan serta facial di salon 1 bulan 2 kali dengan harapan wajah muda umur tua, hehe.

Tujuh langkah di atas bisa kita terapkan dalam mengahadapi berbagai permasalahan. Jika terlatih melakukan langkah-langkah tersebut semakin baik pula kemampuan berpikir kritis yang kita miliki.

Kemampuan berpikir kritis yang kita miliki sebagai aset diri. Kemampuan tersebut bisa melatih diri menyelesaikan berbagai permasalahan. Dengan kata lain sebenarnya hidup ini seni menyelesaikan berbagai permasalahan. Sebab, Permasalahan yang kita alami sudah menjadi bagian hidup.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun