"Sepotong Kue Coklat"
Karya: Siti Salamah
Hari rabu besok adalah hari yang aku tunggu-tunggu sejak lama, bagaimana tidak? Hari itu adalah hari ulang tahunku yang ke 10. Aku sangat bahagia untuk menantikan hari itu tiba, karena seperti biasa, setiap ulang tahun Ayah dan Bunda selalu merayakan pesta ulang tahunku yang sangat meriah dengan mengundang teman-teman dan keluarga untuk datang ke rumah dan makan-makan bersama.
Setiap ulang tahun Ayah dan Bunda selalu membelikan kue ulang tahun yang cantik dan sangat enak untukku. Lembutnya tekstur kue, manisnya lapisan krim dan warna-warninya topping kue sudah terbayang di pikiranku. Ayah dan Bunda juga tak lupa memberikanku kado yang selalu membuatku menebak-nebak apa isi di dalamnya dan biasanya barang yang sedang aku inginkanlah yang menjadi kadonya. Teman-teman dan keluarga juga memberiku banyak kado-kado menarik yang menggunung jika dikumpulkan jumlahnya.
Belakangan ini aku juga sudah berusaha memberi sinyal-sinyal kepada mereka mengenai hadiah apa yang aku inginkan, aku tidak ingin memintanya secara langsung sehingga aku berusaha untuk memberikan kode permintaan saja kepada mereka, aku sangat ingin dibelikan hadiah boneka beruang berukuran besar yang pernah aku lihat di toko mainan di mall saat kami berbelanja minggu lalu, aku berharap semoga Ayah dan Bunda akan membelikannya sebagai kado ulang tahunku nanti. Selama ini apa pun yang aku minta selalu dibelikan oleh mereka, jadi aku sudah membayangkan hari rabu nanti boneka beruang yang aku inginkan itu sudah ada di pelukanku.
Tapi entah kenapa belakangan ini aku melihat Ayah dan Bunda seperti tidak membicarakan mengenai hari ulang tahunku sama sekali, bahkan aku melihat Ayah seperti sedang banyak pikiran. Ohh mungkin mereka sedang mempersiapkannya diam-diam dan ingin memberikan kejutan untukku, pikirku saat itu. Namun ternyata bukan itu yang terjadi, Ayah bercerita bahwa ia sedang mengalami masalah pada bisnis yang dijalaninya, ia mengalami kerugian yang cukup besar yang menyebabkan Ayah harus mencari cara untuk menutupi kerugian tersebut agar tidak menimbulkan banyak hutang nantinya. Akibat hal itu, acara ulang tahun yang aku idam-idamkan itu pun terancam tidak jadi diadakan. Aku sangat merasa sedih dengan hal itu, meriahnya dekor ulang tahun dipenuhi balon warna-warni itu harus sirna begitu saja dari harapanku. Jangankan mengundang teman-teman dan keluarga untuk makan bersama, untuk membelikan kadoku saja Ayah dan Bunda juga tidak mampu untuk saat ini, begitulah terang Ayah dan Bunda kepadaku.
Dan hari yang kunanti- nanti ini pun sudah tiba, benar saja tidak ada perayaan apa pun yang terjadi aku pun hanya terduduk lesu dengan wajah murung dikamar di hari spesialku itu. Diketuknya pintu kamar oleh Bunda, pelan-pelan Bunda masuk ke kamar dan memberitahuku bahwa Ayah berencana untuk mengajak kami bertiga untuk makan di restoran sebagai pengganti perayaan ultahku yang tidak jadi itu, yah perayaan ulang tahun kecil-kecilan begitulah kiranya. Dengan wajah muram aku pun mengikuti saja perintah Bunda dan langsung masuk mobil, di dalam mobil aku hanya diam dan menahan marah dan kecewa akibat batalnya pesta ulang tahunku hari itu.
Sudah hampir setengah jam perjalanan mobil pun berhenti tepat di depan toko kue, ternyata Ayah mengajakku untuk membeli kue di toko itu, tapi karena aku sudah terlanjur marah aku pun tidak mau diajak ikut masuk ke toko kue itu dan memilih di dalam mobil saja. Untuk apa membeli kue ulang tahun jika tidak dengan pestanya, aku kan ingin teman-teman melihatnya kalo hanya dirayakan bertiga kan rasanya percuma, pikirku saat itu. Akhirnya Ayah dan Bunda keluar dari toko itu dan membelikanku kue ulang tahun, kue itu adalah kue brownies coklat dengan tampilan polos dan tidak menarik bagiku, entah kenapa Ayah dan Bunda memilih kue itu yang mana mereka tahu jika aku tidak menyukai kue polos coklat itu, hal itu pun yang membuatku semakin kecewa karena Ayah tidak membelikan kue ulang tahun seperti yang kumau.
Mobil pun kembali berjalan hingga satu jam perjalanan dan jujur aku masih tidak tahu di mana Ayah akan mengajak kami makan bersama, hingga tiba-tiba mobil berbelok dan parkir di sebuah panti asuhan, aku pun sangat terkejut ketika diminta Ayah keluar dan ternyata di luar sudah disambut oleh pengelola panti asuhan, aku masih kebingungan sebenarnya apa yang ingin Ayah dan Bunda lakukan di tempat ini.
Ternyata diam-diam Ayah dan Bunda telah mempersiapkan perayaan ulang tahunku di panti asuhan ini, mereka telah merencanakan kejutan ini jauh hari dan terpaksa membohongiku mengenai masalah pekerjaan Ayah kemarin, hal itu mereka lakukan untuk mengetahui reaksiku jika permintaanku tidak dituruti. Kami pun merayakan acara ulang tahun itu dengan sangat meriah bersama anak-anak panti yang usia nya banyak yang sebaya denganku. Tidak lupa dipotong pula kue coklat yang dibeli oleh Ayah tadi dan dibagikan kepada anak-anak panti tersebut.
Dalam hati aku pun terenyuh melihat antusias anak-anak panti tersebut dalam perayaan ulang tahunku ini, terutama saat dibagikannya kue coklat kepada anak-anak itu, meskipun mereka menerima hanya sepotong kue saja namun mereka tampak sangat bahagia dan mensyukuri apa yang mereka terima, aku pun menjadi tersadar akan sikap dan sifatku selama ini yang sangat manja dan selalu menuntut pada Ayah dan Bunda. Semua yang aku inginkan selalu ingin dituruti dan tidak pernah merasa bersyukur dengan apa yang Ayah dan Bunda beri, bahkan ketika Ayah dan Bunda membelikan kue coklat itu untukku aku sama sekali tidak menghargainya dan berbanding terbalik dengan anak-anak panti di sini yang begitu antusias dan bersyukur meski hanya diberi sepotong kue coklat saja. Aku pun berjanji kepada Ayah dan Bunda untuk tidak lagi menjadi anak yang manja dan tidak pernah bersyukur.