Pencarian jati diri biasanya terjadi dalam usia muda. Namun, berbeda dengan sosok pemuda yang sejak kecil telah tumbuh dalam lingkungan pesantren. Beliau adalah Gus Hadian Shafiyarrahman, akrab dipanggil Gus Shofi. Seorang pemuda yang tumbuh dalam sebuah lingkungan penuh dengan ilmu, adab, Â dan perjuangan dakwah tiada henti. Ayahnya merupakan seorang Kyai ternama di masyarakat yang dikenal bukan hanya karena keilmuannya, tetapi juga karena keteladanannya dalam membimbing umat. Tepatnya di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul hingga merambah ke daerah-daerah di sekitarnya. Tetapi, sejak usianya berjalan 2 tahun Sang Ayah meninggal dunia. Dan itu membuatnya tumbuh tanpa melihat sosok ayah di kehidupannya setelahnya. Hanya berbekal cerita-cerita dari Ibu, kakak-kakaknya, saudara, dan santri-santri yang dahulu dekat sekali dengan Sang Ayah, yaitu KH Ahmad Mudjab Mahalli.Â
Meski tidak memiliki bayangan soal sosok ayah namun ia tetap semangat menjalani sebuah jalan yang berbeda dari ketiga kakak laki-lakinya. Perjalanan yang menentukan nasibnya ia lakukan sejak usianya baru memasuki Sekolah Dasar. Perjuangannya menjadi penghafal Al-Qur'an pun dimulai semenjak memasuki Pondok Pesantren Tahfidz Yanba'ul Qur'an khusus anak-anak yang berlokasi di Kudus, Jawa Tengah. Namun kemudian, menghafal Al-Qur'an bukan sekadar mengingat kata demi kata. Lebih dari itu, menghafal Al-Qur'an adalah perjalanan spiritual yang penuh tantangan dan pengorbanan tetapi juga sebuah anugerah yang tak ternilai. Melewati pemuda ini, saya pun banyak mengambil pelajaran tentang perjuangan dari seorang hafiz Qur'an yang hasilnya dapat dilihat secara nyata pada masa ini.
Tantangan Terberat Menggapai Tujuan
Jika biasanya tantangan bagi para penghafal Al-Qur'an diantaranya adalah keluarga, ekonomi, dan lawan jenis. Meskipun tak melihat sosok Ayah dalam masa pertumbuhannya. Namun, Gus Shofi tifak mengalami  satu dari ketiga tantangan itu dalam prosesnya menghafal Al-Qur'an. Sebab, sejak usia yang masih terbilang kanak-kanak, ia telah dipaparkan dengan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Di saat teman-teman seusianya di luar sana masih sibuk bermain, bersantai, atau bermanja-manjaan dengan orangtua, ia sudah harus belajar mandiri dan menceburkan diri dalam lautan ilmu. Mensibukkan diri dengan rutinitas yang monoton setiap harinya. Hal ini membuatnya memiliki tantangan yang besar seperti pada umumnya manusia yang sedang mengalami fase berjuang. Ia dengan sifat anak-anaknya harus  melawan tantangan itu. Adalah nafsu untuk bermain dan rasa malas yang luar biasa karena bergelut dengan kebosanan. Namun, tantangan sedemikian itu tidak menyurutkan tekadnya dalam menghafal. Sehingga, perjuangan yang tidak mudah bagi anak usia sekolah dasar itu berhasil membawanya menjadi hafiz Qur'an tepat ketika kelulusan.
Perjalanannya mencari ilmu tidak berhenti sampai di situ saja melainkan berlanjut ke jenjang sekolah menengah. Ia melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Yanba'ul Qur'an Menawan dan belajar formal di Madrasah Tsanawiyah selama 3 tahun. Baru setelah itu, ia memutuskan untuk kembali ke  Yogyakarta dan melanjutkan pendidikannya di Madrasah Aliyah Negeri Satu Yogyakarta. Selama 1 semester beliau mondok di Pesantren Al-Barokah. Selepas itu, ia memutuskan untuk pulang ke rumah hingga kelulusan kelas 12. Setelah lulus dari Madrasah Aliyah, ia kembali memutuskan untuk tinggal di Pesantren Assalafiyah Mlangi.
Tanggung Jawab Besar di Usia Muda
Usianya belum genap 20 tahun ketika ia beberapa kali menerima perintah ataupun undangan untuk mengisi pengajian. Hingga detik ini, mayoritas majlis pengajian yang ia hadiri berlokasi di daerah Kapanewon Imogiri, Bantul. Mayoritas jamaahnya adalah jamaah almarhum Kyai Mudjab, Sang Ayah. Dalam beberapa kesempatan pula pernah diundang ke kampus-kampus seperti Alma Ata dan Unjaya.
"Ada kesadaran yang mendorong untuk mengurusi jamaah-jamaah Bapak dahulu." ungkap Gus Shofi ketika membahas tentang alasan yang mendasari kegiatan dakwah yang ia lakukan itu. Berbekal ilmu dari Pondok Pesantren, sekali lagi ia menaklukkan berbagai tantangan yang saat ini bukan hanya  dari dalam diri sendiri melainkan dari keadaan nyata sebuah masyarakat dan lingkungan.
Pribadi Yang Santai Namun Mencapai Hasil Luar Biasa