Penulis
Siti Rohimahtul HASANAH (2227230064)
Dosen Pengampu
Dr. Ujang Jamaludin, S.Pd., M.Si., M.Pd.
Indonesia merupakan bangsa yang lahir dari keberagaman. Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah memiliki ciri khas budaya, bahasa, agama, dan adat istiadat yang berbeda. Namun, semua perbedaan itu melebur dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi pengikat agar keberagaman tidak berubah menjadi perpecahan. Meskipun berbeda dalam banyak hal, seluruh rakyat Indonesia tetap satu dalam tujuan untuk menjaga keharmonisan dan persatuan bangsa.
Nilai yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika sejatinya tidak dapat dipisahkan dari Pancasila sebagai dasar negara. Keduanya memiliki hubungan yang erat dan saling memperkuat. Pancasila menjadi fondasi moral dan ideologis bangsa, sementara Bhinneka Tunggal Ika menjadi manifestasi nyata dari sila ketiga, yakni Persatuan Indonesia. Dengan demikian, persatuan yang dimaksud bukan hanya bersifat formal, tetapi juga lahir dari kesadaran moral dan spiritual untuk menghargai perbedaan yang ada di tengah masyarakat. Seiring berkembangnya zaman, semangat kebinekaan menghadapi tantangan baru. Perkembangan teknologi dan arus globalisasi sering kali membawa nilai-nilai yang bertentangan dengan kearifan lokal. Fenomena intoleransi, ujaran kebencian, dan polarisasi di ruang digital menjadi bukti bahwa pemahaman terhadap makna Bhinneka Tunggal Ika belum sepenuhnya tertanam kuat. Padahal, jika dipahami secara mendalam, nilai-nilai yang terkandung dalam semboyan tersebut merupakan wujud konkret dari pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bhinneka Tunggal Ika seharusnya tidak hanya menjadi semboyan yang terukir pada pita Garuda Pancasila, melainkan menjadi pedoman moral yang menuntun masyarakat dalam hidup berdampingan. Di dalamnya terkandung nilai-nilai kesetaraan, gotong royong, serta penghargaan terhadap perbedaan yang menjadi pilar utama kehidupan berbangsa. Bhinneka Tunggal Ika berperan sebagai prinsip yang menjaga keseimbangan antara keberagaman budaya dan semangat persatuan nasional. Hal ini sejalan dengan semangat Pancasila yang menempatkan kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sebagai nilai-nilai dasar yang harus diwujudkan secara nyata. Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pancasila memberikan arah dan nilai, sedangkan Bhinneka Tunggal Ika menjadi jembatan yang menghubungkan nilai-nilai itu dengan realitas sosial. Oleh karena itu, Bhinneka Tunggal Ika harus dipahami bukan hanya sebagai identitas simbolik, tetapi juga sebagai kesadaran etis yang diwujudkan dalam tindakan sosial sehari-hari. Keberagaman hanya akan bermakna apabila disertai dengan tanggung jawab bersama untuk memelihara persatuan dan memperkuat karakter bangsa.
Generasi muda memiliki peran penting dalam menjaga semangat kebinekaan di tengah tantangan global, sebagai generasi penghubung  antara masa lalu dan masa depan bangsa, serta pewaris nilai-nilai luhur Pancasila. Memperkokoh identitas nasional pada generasi muda merupakan langkah strategis dalam memperkuat semangat Bhinneka Tunggal Ika. Nilai keberagaman tidak cukup hanya dipahami sebagai pengetahuan konseptual, tetapi juga harus diinternalisasi menjadi karakter dan perilaku sehari-hari. Penghargaan terhadap pendapat, penolakan terhadap ujaran kebencian, serta kemampuan berdialog dengan saling menghormati menjadi bentuk nyata penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sosial.
"Satu Suara di Tengah Ribuan Nada" menggambarkan esensi kehidupan bangsa Indonesia yang berlandaskan pada Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Setiap warga negara memiliki peran dan suara yang berbeda, namun keberagaman akan menghasilkan keindahan jika dijalankan dalam keselarasan. Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan bahwa persatuan bukanlah keseragaman, melainkan kesediaan untuk berjalan bersama dalam perbedaan. Dari keberagaman inilah lahir kekuatan yang menjadikan Indonesia tetap kokoh, berdaulat, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenko PMK. (2022). Tanamkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, wujudkan kerukunan dalam keberagamaan Indonesia.
Latif, Y. (2018). Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.