Musim hujan pada awal periode tahun tahun 2025 ditandai dengan tingkat curah hujan yang tinggi, Kabupaten Tulungagung, mengalami peningkatan kasus demam berdarah dangue (DBD). Akibat curah hujan yang tinggi menyebabkan adanya genangan air yang meningkat sehingga menjadi tempat bagi nyamuk Aedes aegypi berkembang biak. DBD yang disebabkan oleh gigitan nyamuk menunjukkan tren peningkatan penyakit yang signifikan dan menyebabkan korban jiwa, terutama pada anak-anak yang termasuk kelompok paling rentan. Situasi seperti ini menjadi peringatan yang serius bagi seluruh masyarakat bahwa upaya untuk pencegahan tidak boleh hanya ketika saat musim hujan saja tetapi kesehariannya juga harus menjaga kebersihan lingkungan terutama terhadap genangan air. Upaya tersebut bertujuan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, hingga awal Mei 2025 telah tercatat 326 kasus DBD dengan angka kematian empat orang, semuanya terjadi pada Januari dan Februari. Pada tahun 2024 tercatat tingkat kasus mencapai 1.440 dengan korban 15 jiwa, meskipun mengalami penurunan di tahun 2025 tetapi, tingkat penyebarannya masih terhitung tinggi dari tahun sebelumnya. Wilayah Campurdarat dan Kadungwaru menjadi daerah dengan tingkat penyebaran tertinggi.
Pemerintah daerah telah melakukan upaya untuk menanggulangi kasus DBD dengan mengadakan Program pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan upaya gerakan 3M yaitu menguras, menutup, dan mengubur tempat-tempat genangan air serta fogging (pengasapan) dilakukan di daerah yang dianggap rawan DBD. Namun, tantangan terbesar masih terletak pada kepedulian masyarakat dalam merawat kebersihan lingkungan secara konsisten.
Selain DBD, ada juga kasus cikungunya juga tercatat hingga April 2025 tercatat 17 kasus. Fakta ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya akan menjadi tempat yang mendukung bagi perkembangbiakan nyamuk.
Lonjakan kasus DBD di Tulungagung menjadi pertanda bagi seluruh masyarakat dan pemerintah untuk tidak lengah. Dari data di atas menunjukkan bahwa anak-anak tergolong kelompok yang rentan terdampak oleh infeksi ini. Oleh karena itu, upaya pencegahan sebaiknya dimulai dari lingkungan rumah, seperti menjaga kebersihan, mencegah adanya tempat genangan air, serta membawa anak ke fasilitas kesehatan jika mengalami demam tinggi, upaya tersebut merupakan bentuk aksi nyata yang sepatutnya dilakukan oleh setiap individu.
DBD bukan hanya masalah yang hanya bisa diatasi oleh satu pihak semata. Upaya pencegahannya memerlukan kolaborasi yang kuat antara masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan. Dengan kesadaran yang bersama serta tindakan yang konsisten, diharapkan jumlah kasus serta angka kematian yang disebabkan oleh DBD dapat berkurang secara signifikan di masa depan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI