Semakin marak pelanggaran nilai moral para remaja, bisa di lihat dari kenyataan di lapangan yang di amati oleh penelitian menunjukkan perilaku beberapa anak sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri, seperti ,perkelahian antar remaja, kumpul kebo, bolos sekolah, minum-minuman keras dan masih banyak lagi pelanggaran  nilai moral remaja.
Seperti yang terjadi di desa gondanglegi kulon, kecamatan gondanglegi, kabupaten malang. Remaja yng berinisial ZL (17) nekat menusuk pria memalaknya karena tersulut emosi. Bukan hanya karena meminta paksa barang berharga yang di milikinya, tetapi korban juga hendak memperkosa pacarnya. Fakta ini terungkap dari terbunuh nya misnan (35), yang di temukan tewas dengan luka tusuk di sebuah lading tebu, yang terjadi pada senin, 09 september 2019 (siang). Kasus ini merupakan kurangnya disiplin diri.
Disiplin diri merupakan aspek utama dan penting pada pendidikan dalam keluarga yang di emban oleh orang tua. Dasar utama terwujudnya masalah tersebut di mungkinkan oleh beberapa sebab antara lain faktor dari luar meliputi pergaulan geng, pengaruh dunia maya, lingkungan masyarakat dan faktor utama dari pelanggaran nilai moral remaja adalah factor dari keluarga yaitu  kekacauan keluarga, ketegangan keluarga, tingkat otoritas orang tua, miskinnya teladan, keagamaan dari orang tua.
Kekacauan keluarga merupakan keluarga yang kurang teratur dan selalu terpecah. Dalam keluarga ini cenderung timbul konflik dan kurang peka memenuhi kebutuhan anak-anak. Anak sering di abaikan dan di perlakukan secra kejam karana kesenjangan hubungan antara mereka denga orang tua. Keluarga kacau selalu tidak rukun. Orang tua sering berperilakku kasar terhadap relasi anak. Orang tua menggambarkan kemaharahan satu sama yang lain dan hanya terdapat sedikit relasi antara orang tua dan anak-anaknya. Anak merasa terancam dan tidak di sayang. Hampir sepanjang waktu mereka di marahi atau di tekan. Anak-anak mendapat kesan bahwa mereka tidak di inginkan keluarga. Dinamika keluarga dalam banyak hal sering menimbulkan kontradiksi karena pada hakikatnya tidak ada keluarga. Rumah hanya sebagai terminal dan tempat berteduh oleh individu-indifidu.
Orang tua yang bersikap pengaruh dan memberi kebebasan kepada anak, menjadikan anak untuk berperilaku agresif dan sebaliknya orang tua yang bersikap demokratis tidak memberikan andil terhadap perilaku anak untuk agresif dan menjadi pendorong terhadap perkembangan kearah positif.
Cara pembentukan disiplin diri memerlukan proses belajar dan perlu upaya dari orang tua, halini dapat dilakukan melalui cara melatih, membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai berdasarkan acuan moral. Jika anak telah terlatih dan terbiasa berperilaku sesuai  dengan nilai-nilai moral maka perlu adanya kontrol orang tua untuk mengembangkannya.
Makna yang dapat di singkat dari upaya orang tua adalah tingkat penghayatan dan apresiasi anak dalam menginternalisasikan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku disiplin.
Sumber: https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://m.detik.com/news/berita-jawa-timur/d-4701015/bunuh-begal-yang-memalaknya-remaja-di-malang-jaga-kehormatan-pacarnya&ved=2ahUKEwj6jJHO_pvlAhWjlbcAHW8NAwcQFJABegQIBRAH&usg=AOvVaw3U6bJUW6aGlaCtwuDHq4pG&cshid=1571065311928
Shochib, MD. 1998.pola asuh orang tua. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
    Â