Oleh: Syamsul Yakin dan Siti NurhayatiÂ
Dosen dan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Strategi adalah perencanaan yang disusun dengan jangka waktu tertentu untuk menghantarkan pada suatu pencapaian akan tujuan serta sasaran tertentu. Strategi dakwah ini merupakan rencana dakwah yang dibuat untuk mencapai tujuan dakwah yaitu menyampaikan pesan dakwah berupa akidah, ibadah, dan akhlak kepada jama'ah dakwah atau mad'u.
Setidaknya, ada tiga strategi dakwah, yaitu dakwah personal, dakwah rasional, dan dakwah spiritual.
Strategi dakwah personal ini merupakan gerakan dakwah yang menjadikan seorang pribadi sebagai objek dakwah atau mad'u. Dalam konteks pada zaman dakwah Nabi, strategi dakwah personal ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Allah mengajarkan strategi ini kepada Nabi, melalui firman-Nya, dalam surah al-Mudatsir74 ayat 1-7. Strategi dakwah personal ini pertama-tama menyasar istri Nabi, yakni Khadijah, sepupu beliau Ali bin Abi Thalib. Orang terdekat Nabi seperti Zaid bin Haris, Abu Bakar Shiddiq, dan Bilal bin Rabah.
Setelah berakhir dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi ini, Allah SWT
menegaskan kepada Nabi agar berdakwah secara terbuka. "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik" (QS. al-Hijr/15: 94).
Sementara strategi dakwah rasional yaitu rencana dakwah yang dilandaskan pada pikiran yang jernih juga pertimbangan yang masuk akal.
Contohnya dalam firman Allah, "Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa" (QS. al-Ikhlas/112: 1). Mustahil Allah lebih dari satu. Inilah yang terjadi apabila tuhan itu lebih dari satu, "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa" (QS. al-Anbiya/21: 22).
Terakhir, strategi dakwah spiritual adalah gerakan dakwah yang bisa menyentuh jiwa, batin, serta rohani mad'u. Tujuan dari strategi dakwah spiritual ini supaya mad'u mempunyai sikap yang spirutual.