Mohon tunggu...
siti nur haliza
siti nur haliza Mohon Tunggu... MAHASISWA

Saya adalah pribadi yang memiliki minat mendalam pada filsafat, psikologi, dan pemikiran keislaman. Ketertarikan saya berfokus pada filsafat moral, khususnya teori imperatif kategoris Immanuel Kant, serta kajian teologi Islam klasik seperti Mu’tazilah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah. Selain itu, saya juga gemar mengaitkan fenomena sosial kontemporer—seperti konflik, isu gender, dan problematika remaja—dengan teori filsafat maupun nilai-nilai agama. Hobi saya membaca, menulis, dan menyusun materi akademik seperti resensi buku, artikel, hingga soal pembelajaran, yang membantu saya melatih konsistensi berpikir dan menuangkan ide dengan lebih terstruktur. Kepribadian saya cenderung reflektif, kritis, dan religius, dengan semangat untuk selalu menghubungkan teori dengan kenyataan hidup. Saya memiliki cara berpikir sistematis dan analitis, namun tetap terbuka terhadap berbagai perspektif baru. Dalam menghadapi persoalan, saya terbiasa menimbangnya secara logis sekaligus etis, sehingga tidak hanya menekankan kebenaran rasional tetapi juga nilai kemanusiaan. Karakter ini membuat saya mampu menyeimbangkan antara kajian akademik, perenungan pribadi, dan kepedulian terhadap lingkungan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Murid Menjadi Guru, Guru Menjadi Murid: Refleksi PPL di MAN 2 Kota Cirebon

22 September 2025   11:40 Diperbarui: 22 September 2025   11:35 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi seorang guru adalah impian penulis sejak kecil. Ada kebahagiaan tersendiri membayangkan bisa bertemu anak-anak yang lucu, mengajarkan hal-hal baru, sekaligus belajar memahami beragam karakter mereka. Gambaran itu terasa begitu hangat di angan, seolah menghadirkan kebahagiaan yang sederhana namun penuh makna.

Dua pekan melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di MAN 2 Kota Cirebon seakan menjadi jawaban nyata dari doa yang lama terucap. Rasanya seperti Allah sedang mengabulkan impian masa kecil penulis. Ketika pertama kali masuk ke kelas XI, hati ini dipenuhi rasa senang yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Bahkan, seolah sayang untuk sekadar berkedip karena ingin menikmati setiap momen yang hadir di depan mata.

Penulis memperhatikan suasana kelas yang dipandu oleh guru pamong. Mengamati satu per satu siswa, mencoba menangkap karakter yang mereka tunjukkan, dan tersenyum kecil melihat kepolosan yang begitu alami. Dari sorot mata, gerak tubuh, hingga celetukan kecil mereka, semuanya menghadirkan suasana yang hangat.

Yang perlu diingat, setiap siswa dan siswi memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Mereka datang dengan cerita masing-masing, dengan pengalaman hidup yang tidak sama. Namun ketika mereka duduk bersama dalam ruang kelas, berinteraksi, bercanda, dan belajar dalam satu waktu, semua perbedaan itu seakan melebur, menciptakan suasana kebersamaan yang tulus. Di situlah kelas menjadi tempat yang hangat, penuh warna, dan kaya makna.

Saat pertama kali mempraktikkan pengajaran di depan kelas, rasa gugup tentu tidak bisa dihindari. Namun suasana menjadi jauh lebih tenang ketika melihat bagaimana anak-anak merespons. Mereka seolah ikut menenangkan penulis. Bahkan ketika penulis sempat kikuk, mereka tetap interaktif, memberikan tanggapan yang baik, dan membuat suasana kelas tetap hidup. Dari situ muncul rasa syukur, karena ternyata siswa-siswa tidak hanya mau belajar, tetapi juga bisa menghargai usaha guru yang baru belajar mengajar. Setelah kelas berakhir, penulis mendapatkan evaluasi dari guru pamong. Sebuah momen yang begitu berkesan, karena nasihat yang diberikan terasa mendalam sekaligus menumbuhkan semangat. Penulis merasa bangga mendapat pengarahan langsung dari sosok yang berpengalaman.

Dalam sesi itu, guru pamong menyinggung satu kejadian di kelas. Saat suasana sedikit tidak terkontrol, ada seorang siswa yang mengemukakan pendapatnya dengan cara yang kurang tepat. Penulis, karena gugup, tidak segera meluruskan kesalahpahaman tersebut. Untunglah guru pamong dengan sigap memberi penjelasan agar anak-anak tidak keliru memahami. Dari situ, guru pamong menekankan sebuah pesan penting: "Kita harus berani meluruskan segala kesalahpahaman dalam mengajar. Jangan malu, jangan segan, dan jangan menganggap hal itu sepele. Kalau dokter melakukan malapraktik, dampaknya hanya pada satu orang. Tapi kalau guru malapraktik, satu generasi bisa hancur."

Kalimat itu begitu membekas. Pengalaman sederhana tersebut mengingatkan penulis betapa besar tanggung jawab seorang guru. Bukan hanya mengajar di kelas, tetapi juga ikut membangun masa depan negeri melalui anak-anak yang dididik dengan sepenuh hati.

PPL MAN 2 KOTA CIREBON 2025
PPL MAN 2 KOTA CIREBON 2025

Pengalaman mengajar di kelas menjadi bagian paling berharga dalam PPL ini. Dari hari-hari awal, penulis selalu mencoba menangkap pelajaran kecil dari guru pamong, termasuk ketika beliau menerapkan metode yang cukup unik dan tidak biasa. Cara mengajarnya terasa sederhana, tetapi begitu dalam maknanya.

Anak-anak tidak langsung diberi materi saat pelajaran dimulai, melainkan sudah mendapatkannya lima hari sebelumnya. Mereka diminta membaca, memahami, bahkan menuliskan kembali apa yang mereka tangkap dari materi itu. Hasil tulisan harus dikumpulkan dua hari sebelum pertemuan. Dengan begitu, setiap anak datang ke kelas sudah membawa bekal pengetahuan, meski tentu dengan pemahaman yang berbeda-beda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun