Seorang anak SD di Cirebon "ARP" mengalami depresi setelah ibunya terpaksa menjual ponselnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keputusan ini diambil karena tekanan ekonomi yang berat, sehingga keluarga harus mengorbankan satu-satunya alat hiburan dan komunikasi sang anak. Kasus ini menyoroti dampak psikologis yang serius dari kesulitan ekonomi terhadap anak-anak, serta pentingnya dukungan sosial dan emosional bagi keluarga yang menghadapi krisis serupa.Â
Kasus diatas mengindikasikan peristiwa yang mempengaruhi kesejahteraan mental seorang anak, yang kemudian menimbulkan dampak psikologis yang signifikan.Dalam perspektif sosiologi, cerita ini mencerminkan kompleksitas hubungan antara individu (anak), struktur keluarga (peran ibu), dan lingkungan sosial (komunitas sekitarnya). Hal ini menggambarkan bagaimana faktor-faktor sosial memengaruhi perilaku dan kesejahteraan individu dalam suatu masyarakat.
Kasus tersebut menunjukkan betapa kompleksnya pengaruh teknologi terhadap kesejahteraan mental anak-anak. Meskipun ponsel dan media sosial bisa bermanfaat, terlalu banyak paparan, terutama jika digunakan tanpa pengawasan atau keahlian yang cukup, bisa berpotensi merugikan. Penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda dalam hal penggunaan teknologi. Orang tua dan pengasuh harus memantau dan mengatur penggunaannya dengan bijaksana.Â
Komunikasi terbuka dan pemahaman atas dampak yang mungkin terjadi sangatlah penting. Selain itu, mengambil ponsel dari anak tanpa membicarakannya terlebih dahulu bisa membuatnya merasa kehilangan, terutama jika anak tersebut sangat bergantung padanya untuk interaksi sosial atau hiburan. Lebih baik membicarakan masalah tersebut secara terbuka dengan anak dan mencari solusi bersama daripada mengambil tindakan tanpa persiapan.
"Benar (karena masalah ekonomi), saya merasa kebingungan karena saya tidak bekerja dan tidak memiliki usaha dagang. Selain itu, suami saya juga tidak memberikan nafkah selama delapan bulan. Jadi, saya merasa bingung, saya harus menjual barang-barang itu untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari," ungkap Siti ibu dari anak tersebut kepada awak media seperti yang dilaporkan dalam saluran YouTube Liputan6 pada Rabu, 15 Mei 2024.
Fenomena kecanduan gadget yang merebak di kalangan anak-anak sekolah dasar menjadi permasalahan yang mendesak. Tidak hanya di kota saja tapi di desa yang sebelumnya dikenal dengan kehidupan sosial yang ramai di kalangan anak-anak sekolah dasar, sekarang terjadi perubahan yang signifikan.Anak-anak semakin terperangkap dalam dunia perangkat elektronik, menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain game, menonton video, atau berinteraksi dengan media sosial.Â
Selain berdampak pada kesehatan fisik akibat kurangnya aktivitas, kecanduan ini juga mengganggu perkembangan sosial dan emosional mereka. Hubungan langsung dengan teman-teman dan keluarga mulai tergantikan oleh hubungan virtual, yang dapat menyebabkan isolasi dan kesulitan dalam membangun keterampilan sosial. Orang tua dan pendidik dihadapkan pada tantangan besar dalam menangani fenomena ini dan memastikan anak-anak kembali menggunakan teknologi dengan lebih sehat.
Solusi untuk mengatasi situasi ini melibatkan: keterbukaan komunikas, adanya penetapan Batasan, edukasi tentang dampak penggunaan teknologi, dan dukungan kesehatan mental. Kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan masyarakat dalam pendekatan yang komprehensif akan membantu anak-anak mengatasi tantangan yang timbul akibat penggunaan teknologi, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik secara emosional dan fisik.