Mohon tunggu...
Siti Maryam
Siti Maryam Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Kiai Ageng Muhammad Besari

Menulis adalah salah satu alternatif kebahagiaan. Memanajemen waktu dengan sebaik mungkin di waktu luang.Tulisan adalah bentuk perhatian kita terhadap informasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Insecure? Mahasiswa Gap Year dan Problematikanya

28 September 2025   10:44 Diperbarui: 28 September 2025   13:06 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa Gap Year, sumber : Pinterest.com

"kadang hidup menarikmu mundur bukan untuk menghukummu, tapi untuk mempersiapkanmu." Seperti anak panah yang ditarik mundur sebelum melesat ke depan, setiap tekanan yang kamu rasakan sekarang adalah bagian dari peluncuran besarmu kelak.

Gap year adalah istilah yang merujuk pada jeda atau masa istirahat yang sengaja diambil seseorang dari masa peralihan, seperti antara sekolah menengah dengan perguruan tinggi atau antara studi sarjana dengan pascasarjana.

Fenomena ini sering kali menjadikan seorang yang  gap year merasa seolah-olah "tertinggal" dari yang lain. Disaat yang lain sibuk dengan kegiatan kampusnya, story instagram, tiktok, bahkan  whatsApp yang dipenuhi dengan foto teman-teman barunya, outfit ngampus yang stylish nan estetik, tidak jarang membuat iri, lalu muncul pertanyaan dalam diri "kapan aku bisa seperti itu?" "kenapa jalan mereka semudah itu?" belum lagi pertanyaan orang-orang sekitar yang mengantri bertanya "kapan kuliah, kapan kuliah" "kenapa gap year, kenapa gap year" seakan-akan memenuhi isi otak membuat overthinking.

Sehingga hal tersebut cenderung menumbuhkan rasa insecure pada diri seseorang. Menganggap diri sendiri tidak beruntung, dan tertinggal. Kondisi psikologi seperti ini dapat meningkatkan stress dan depresi, kesusahan dalam adaptasi pertemanan, dan bahkan ketidakbahagiaan dan hilangnya fokus pada diri sendiri. Sehingga Kondisi mental yang seperti ini dapat menghambat produktifitas sehari-hari, dan sering kali memicu self-comparison (membandingkan diri sendiri dengan orang lain)  baik secara sadar maupun tidak dapat memperburuk rasa insecure dan merusak siklus kehidupannya. Jalan hidup setiap orang tidaklah sama, namun yang pasti setiap individu memiliki kelebihan dan rezekinya sendiri- sendiri. Kita tidak bisa memforsir diri kita sama persis dengan orang lain, namun yang  bisa kita lakukan adalah terus berusaha dan bangkit dari rasa terpuruk dan tertinggal itu .

Namun meski penuh dengan tekanan batin dan tantangan, gap year tidak selamanya menyedihkan dan merugikan. Ada sisi lain yang menguntungkan dan hanya bisa dirasakan oleh mereka. Dengan mental yang kuat, pengalaman kerja serabutan,  pengabdian di pondok ( untuk alumni pondok), dan pernyataan sinis dari orang sekitar, membuat mereka lebih siap dan percaya diri dalam menjalani  kehidupan perkuliahan. Tidak semua yang gap year hanya meratapi nasibnya atas keputusan tersebut, ada yang benar-benar memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik-baik mungkin, seperti belajar dengan sungguh-sungguh untuk mempersiapkan tes masuk perguruan tinggi sambil benar-benar memantapkan jurusan yang akan diambilnya, magang, ikut volunteer di luar, kerja atau membantu mengajar TPQ di lingkungan rumah.

Pengalaman-pengalaman tersebut memberikan arti yang bermakna bagi mereka, lebih mengenal diri mereka sendiri atas segala kelebihan dan kekurangan yang mereka punya sehingga membuat mereka berusaha menciptakan diri mereka versi terbaiknya. Kehidupan bukan hanya sekedar siapa yang lebih cepat sampai namun lebih ke siapa yang tidak pernah putus asa akan segala harapan yang sering kali tidak tercapai. Menyadarkan mereka bahwasanya kuliah tidak hanya tentang IPK, namun juga tentang sejauh mana kamu dapat bertahan sampai akhir dengan segala ketidakenakan di dalamnya.

"Rencana Tuhan yang dirasa buruk, tidak adil, boleh jadi kita mengerti bahwa itu adalah bentuk lain dari kasih sayang Tuhan kepada kita, memberikan jeda kepada kita agar tidak salah jalan".

Ardine, K. R., & Rahmasari, D. (2024). Insecure akademik pada mahasiswa gap year. Character Jurnal Penelitian Psikologi, 11(2), 1295-1312. Diakses pada 23 September 2025, dari https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/62507

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun