Mohon tunggu...
Siti DurrotunNila
Siti DurrotunNila Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Fakultas: FTIK Unisnu Jepara Prodi: Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Dasar BK dan Model BK untuk Menghadapi Generasi Z

3 November 2019   15:50 Diperbarui: 4 November 2019   08:58 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling Perkembangan

Asumsi dasar pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan adalah pemikiran bahwa perkembangan individu yang sehat akan terjadi dalam interaksi yang sehat individu dengan lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan tersebut bagi individu menjadi lingkungan belajar. "Being educate for its proportional emphasis is on prevention and improvement, not corective and therapeutic, Being developmental for its main goal of counseling is to develop humaan capacity by providing developmental environment" (Myrick, 2011). Kata sehat dalam hal ini bukan hanya merujuk pada interaksi antara individu dan lingkungan, tetapi lingkungan itu sendiri juga harus sehat.

Bimbingan dan konseling perkembangan dengan demikian dapat dartikan sebagai perspektif, pendekatan dalam bimbingan dan konseling yang berlandaskan pada teori-teori perkembangan dan bertujuan mengembangkan individu ke arah perkembangan optimal dalam lingkungan perkembangan yang mendukung. Bimbingan dan konseling perkembangan dirancang dalam pencapaian tujuan. Keberhasilan implementasi bimbingan dan konseling perkembangan perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

  1. Bimbingan perkembangan bagi semua peserta didik.
  2. Bimbingan perkembangan memiliki suatu kurikulum yang terorganisasi dan terencana.
  3. Bimbingan perkembangan adalah bentuk yang berurutan dan fleksibel.
  4. Bimbingan perkembangan merupakan bagian terintegrasi dari proses pendidikan secara keseluruhan. 
  5. Bimbingan perkembangan melibatkan semua personil sekolah.
  6. Bimbingan perkembangan membantu para belajar lebih efektif dan efisen.
  7. Bimbingan perkembangan melibatkan para konselor yang menyediakan layanan  konseling khusus dan intervensi (Myrick, 2011: 44).

Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling komprehensif, harus memahami desain dan cara implemantasinya. Dollarhide (2011:51) menegaskan untuk menjadi komprehensif, program bimbingan dan konseling  harus memiliki  ciri  sebagai berikut :

  • Holistik
    Program bimbingan dan konseling komprehensif berorientasi pada upaya pengembangan seluruh aspek perkembangan peserta didik, tanpa terkecuali. Bidang yang dikembangkan adalah bidang akademik, karir, dan pribadi sosial.
  • Sistematik
    Untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik yang optimal dipengaruhi oleh sistem lingkungan. Sistematik yang dimaksud adalah seluruh aktivitas layanan bimbingan tersusun secara sistematik, dimana dalam prosesnya melibatkan semua elemen atau pihak terkait, yang signifikan dalam kehidupan siswa.
  • Seimbang
    Dalam perspektif kompehensif adalah aktivitas konselor harus seimbang pada layanan dasar, perencanaan individual, dan layanan responsif, dan dukungan sistem. Keseimbangan juga terdapat antara waktu dan tugas utama konselor, seperti konseling, edukasi, konsultasi dan kolaborasi, kepemimpinan, koordinasi dan advokasi.
  • Proaktif
    Proaktf dalam program bimbingan dan konseling komprehensif yaitu konselor proaktif terahadap masalah kemungkinan timbul yang dapat menghambat kesuksesan peserta didik melalui tindakan preventif.
  • Terintegrasi
    Dalam kurukulum sekolah Program bimbingan dan konseling komprehensif bukan bagian terpisah dari kurikulum sekolah, namun bagian dari kurikulum sekolah untuk mencapai visi dan misi sekolah. Program BK harus masuk dalam program sekolah, selaras dengan tujuan sekolah.
  • Refleksi
    Refleksi merupakan kegiatan untuk menganalisa efektivitas kerja konselor dan efektifitas program bimbingan dan konseling komprehensif. Kegiatan ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh layanan bimbingan dan konseling dalam kehidupan dan perkembangan peserta didik.
    Program bimbingan dan konseling sekolah tidak hanya bersifat komprehensif dalam ruang lingkup, namun juga harus bersifat preventif dalam desain, dan bersifat pengembangan dalam tujuan (comprehensive in scope, preventive in design and developmental in nature) (ASCA, 2012: 85). 
  • Bersifat komprehensif berarti program bimbingan dan konseling harus mampu memfasilitasi capaian-capaian perkembangan psikologis peserta didik dalam totalitas aspek bimbingan (pribadi sosial, akademik, dan karir). Layanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk seluruh pesera didik tanpa terkecuali.
  • Bersifat preventif dalam desain mengandung arti bahwa pada dasarnya tujuan pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah bersifat preventif. Melalui cara yang preventif tersebut diharapkan  pesera didik mampu memilah tindakan dan sikap yang tepat dan mendukung pencapaian perkembangan psikologis ke arah ideal dan positif. 
  • Bersifat pengembangan dalam tujuan bahwa program yang didesain konselor sekolah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para peserta didik sesuai dengan tahap perkembangan.

B. Peran Bimbingan dan Konseling Perkembangan dalam Menghadapi Generasi Z Secara umum, generasi  Z

Hellen Chou P. (2012: 35) memberikan pengertian terhadap istilah generasi Z adalah  Generasi Z atau yang kemudian banyak dikenal dengan generasi digital merupakan generasi muda yang tumbuh dan berkembang dengan sebuah ketergantungan yang besar pada teknologi digital. Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Hellen Chou P. tersebut maka tidak mengherankan apabila pada usia muda, orang-orang yang notabene masih berstatus sebagai peserta didik telah terampil dalam penguasaan teknologi.

Memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan karakteristik generasi sebelumnya. Membelajarkan anak generasi Z akan menjadi hal sulit jika pendidik masih menerapkan gaya masa lalu, seperti menggunakan metode Duduk Dengar Catat Hapal (DDCH). Kini bukan zamannya lagi anak duduk menghabiskan waktu dengan mendengarkan, merangkum dan menuliskan PR di buku tulis. Seiring perkembangan zaman, pendidik harus meninggalkan cara lama agar sukses membimbing generasi Z menghadapi masa depan. Sangat diperlukan inovasi dalam mengajar anak generasi Z, karena mereka mempunyai konsep berpikir yang berbeda. Lingkungan generasi Z bukan hanya alam nyata, tetapi juga alam maya (Purnomo, 2016). 

Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan manusia semakin berkembang dan bertambah. Penemuan teknologi-teknologi baru menjadi salah satu faktor penunjang bertambahnya kebutuhan baru dalam segala bidang, termasuk pada bidang pendidikan. Inovasi-inovasi baru lahir seiring dengan berkembangnya teknologi dan kebutuhan pendidik dan terutama peserta didik. Hidup di zaman yang katanya zamannya generasi Z di mana generasi ini terbiasa mendapatkan informasi beragam dalam waktu yang sangat singkat, hanya dengan "pencet tombol ini, maka lihat apa yang akan terjadi" (Musyarofah, 2014). 

Djiwandono (2011) menyatakan bahwa generasi muda saat ini, yang disebut juga generasi Z atau Net Generation, mempunyai karakteristik yang membuat mereka berbeda dengan generasi terdahulu. Anak-anak muda saat ini mempunyai kecenderungan gaya belajar aktif, global, sensing, dan visual. Maka, proses pembelajaran yang bersifat satu arah yang berpusat pada pengajar (teacher centered) tidak akan cocok dengan mereka. Sebaliknya, pembelajaran yang membuat mereka menerapkan teori dan melakukan sendiri apa yang sedang dipelajari akan dengan mudah menarik minat dan pada gilirannya kemampuan belajar  mereka (Susana, 2012). 

Dengan demikian, strategi pelaksanaan layanan BK di sekolah  untuk generasi Z harus bersifat actibe learning, yaitu melibatkan peserta didik dalam kegiatan secara langsung. Oleh karena itu, layanan bimbingan dan konseling hendaknya diarahkan pada bagaimana membekali generasi Z dengan karakter-karakter unggul dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga dapat mengantarkan mereka menuju masa depan yang cemerlang. Adapun beberapa peran yang dapat dilakukan oleh bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut: 

  1. Layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan untuk memberikan motivasi sukses kepada anak-anak generasi Z sehingga memiliki masa depan studi dan karir yang cemerlang. Adapun layanan yang dapat diberikan berupa layanan peminatan tentang studi lanjut untuk setiap anak, layanan pengembangan bakat dan minat, kemudian juga kolaborasi sekolah dengan instansi kerja (perusahaan atau lembaga) untuk memberikan wawasan kerja sesuai dengan potensi dan keahlian siswa. 
  2. Bimbingan dan konseling memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta media interaktif yang mudah diakses oleh pesera didik, seperti video, film, macromedia flash, educative games, dan sebagainya. 
  3. Layanan bimbingan dan konseling difokuskan pada pengembangan kepercayaan diri, ketrampilan pemecahan masalah, ketrampilan berpikir kritis dan inovatif. Layanan yang dapat diselenggarakan berupa layanan bimbingan kelompok teknik diskusi, FGD, problem solving atau simulation games. Untuk layanan yang bersifat kuratif, guru BK bisa melakukan dengan sistem e-counseling, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan layanan BK dengan sebaik-baiknya, tanpa harus bertatap muka dengan guru BK. Misalnya dengan menggunakan aplikasi Facebook, Twitter, WhatsApp, Instagram, dan sebagainya. 
  4. Dalam memberikan layanan BK, guru BK menggunakan media atau sarana yang mendukung dan disukai oleh peserta didik, seperti LCD proyektor, laptop yang terkoneksi internet, MP3 atau MP4 player, dan sebagainya.

Dalam melakukan berbagai strategi layanan BK di atas, tentunya guru BK tidak dapat  bekerja sendirian. Guru BK memerlukan partner kerja agar dapat melakukan pendampingan terhadap siswa generasi Z. Dalam kontek bimbingan dan konseling komprehensif, sangat ditekankan adanya kolaborasi, yaitu kerjasama guru BK dengan stakeholder sekolah dan luar sekolah untuk menyelenggarakan layanan BK. Adapun bentuk kolaborasi yang bisa dilakukan oleh guru BK dalam menyiapkan generasi Z ini adalah sebagai berikut:

  1. Kolaborasi dengan orang tua untuk kegiatan edukasi dan pengawasan. Ketika di sekolah, maka guru yang mengedukasi dan mengontrol penggunaan media yang berlebihan (negatif) oleh peserta didik. Sedangkan ketika di rumah maka itu menjadi tanggung jawab orang tua. 
  2. Kolaborasi dengan penyedia jasa layanan internet (provider) untuk kegiatan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling secara online, yaitu penyediaan jaringan yang stabil serta tahan virus dan telah memiliki filter untuk situs-situs yang negatifa bagi peserta didik. 
  3. Kolaborasi dengan guru mata pelajaran dalam hal pengembangan ketrampilan pemecahan masalah, berpikir kritis dan inovatif. Dimana guru mata pelajaran diminta untuk melakukan kegiatan mengajar dengan menggunakan teknik atau metode berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang dapat merangsang perkembangan ketrampilan peserta didik.
  4. Kolaborasi dengan wali kelas dalam memberikan motivasi sekaligus nasehat pada peserta didik tentang rambu-rambu penggunaan alat komunikasi dan internet. 
  5. Kolaborasi  dengan  Wakil  Kepala Sekolah  Bidang  Sarana  dan  Prasarana untuk  pengadaan  media/alat pendukung  pelaksaaan  layanan  seperti LCD  proyektor,  screen,  speaker, MP3/MP4  player,  laptop  yang terkoneksi internet, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun