Masa remaja adalah masa peralihan yang penting dalam hidup manusia, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat dan perubahan psikologis yang rumit. Pada masa ini, remaja membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tubuh dan fungsi organ secara optimal. Namun, yang terdapat di lapangan menunjukkan banyak remaja, terutama perempuan, masih menghadapi masalah gizi yang serius. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah Kekurangan Energi Kronik (KEK), yaitu kondisi dimana tubuh kekurangan energi dan protein dalam waktu lama, yang bisa memengaruhi kesehatan dan kualitas hidup di masa depan.
KEK pada remaja bukan hanya masalah kesehatan individual, tapi juga menjadi isu kesehatan masyarakat. Data dari Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa KEK pada remaja perempuan usia 15 sampai 19 tahun cukup  tinggi dan menjadi perhatian pemerintah. Kondisi ini diperparah oleh kebiasaan makan yang tidak seimbang, semakin banyaknya konsumsi makanan cepat saji, serta rendahnya kesadaran tentang pentingnya pola makan yang seimbang. Sebuah Penelitian gizi dari Universitas Sulawesi Barat menunjukkan bahwa faktor utama yang memicu KEK adalah pola makan yang buruk, sementara faktor lain seperti aktivitas fisik dan pengetahuan tentang gizi mempengaruhi secara tidak langsung. Hal ini menunjukkan perlunya kebijakan yang menyeluruh untuk menangani KEK yang melibatkan aspek pendidikan, lingkungan, dan perilaku.
Selain itu, KEK memiliki dampak jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia. Remaja perempuan yang mengalami KEK berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, mengalami komplikasi kehamilan, bahkan berkontribusi pada meningkatnya angka stunting di Indonesia. Oleh karena itu, isu KEK tidak hanya relevan dalam konteks kesehatan remaja, tetapi juga dalam pembangunan nasional karena menentukan kualitas generasi penerus. Upaya intervensi seperti penyuluhan gizi dengan pendekatan inovatif, edukasi menggunakan media digital, serta pemberdayaan remaja dalam memilih makanan sehat, adalah langkah penting yang perlu diperkuat agar KEK dapat ditekan.
Prevalensi KEK pada Remaja
Prevalensi Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada remaja cukup tinggi, terutama di kalangan remaja putri. Remaja putri yang tidak mendapatkan asupan energi, protein, dan zat besi secara cukup cenderung lebih rentan mengalami KEK. Hal ini berdampak negatif pada kesehatan tubuh dan fungsi reproduksi. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa KEK masih terjadi secara signifikan pada siswi SMA di Majene, menggambarkan bahwa masalah gizi ini masih luas terjadi. Tingginya angka KEK pada remaja menunjukkan bahwa kelompok usia ini sangat rentan terhadap kekurangan nutrisi yang berlangsung lama.
Faktor Penyebab KEK
Banyak hal yang memengaruhi terjadinya KEK pada remaja, baik dari dalam diri mereka sendiri maupun dari luar. Pola makan yang tidak seimbang, jarang sarapan, serta kebiasaan makan makanan cepat saji adalah faktor utama yang memicu KEK. Selain itu, kurangnya asupan gizi makro, zat besi, dan kadar hemoglobin juga berkorelasi dengan meningkatnya risiko KEK. Faktor lain seperti pengetahuan gizi yang masih kurang dan akses informasi kesehatan yang terbatas juga semakin memperparah masalah ini.
Dampak KEK pada Remaja dan Generasi Selanjutnya
Dampak KEK tidak hanya dirasakan oleh remaja itu sendiri, tetapi juga terus berlanjut hingga usia dewasa. Remaja perempuan yang mengalami KEK biasanya memiliki asupan energi dan protein yang rendah. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas belajar dan risiko masalah kesehatan reproduksi. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena remaja perempuan adalah calon ibu yang nantinya akan menentukan kualitas generasi berikutnya. KEK pada masa remaja meningkatkan risiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR), komplikasi saat melahirkan, hingga berkontribusi pada kasus stunting di Indonesia. Dengan demikian, KEK bukan hanya mengancam kesehatan individu, tetapi juga kualitas sumber daya manusia bangsa.
Upaya Pencegahan dan Penanganan
Upaya mencegah dan menangani Kekurangan Energi Kronik (KEK) memerlukan strategi yang terpadu dan berkelanjutan. Dapat dengan cara penyuluhan gizi dengan menggunakan media e-booklet dapat meningkatkan pengetahuan dan asupan energi pada remaja putri yang mengalami KEK. Selain itu, memberi edukasi melalui media leaflet juga dapat meningkatkan motivasi remaja dalam memenuhi kebutuhan gizinya. Program edukasi gizi harus disesuaikan dengan gaya hidup remaja masa kini, termasuk memanfaatkan media digital dan pendekatan dari kelompok teman sebaya. Kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan tenaga kesehatan sangat penting dalam meningkatkan pola makan sehat dan aktivitas fisik yang seimbang.