Mohon tunggu...
Siti Aulia Ulfah
Siti Aulia Ulfah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bahasa, Wisata, Budaya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda: Jelajah Tradisi dan Sejarah Legasi

20 Februari 2024   23:47 Diperbarui: 26 Februari 2024   18:37 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PMM 4 Reak/Dok Pribadi

Minggu, 18 Februari 2024 Kelompok 13 Modul Nusantara Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM 4) Universitas Pendidikan Indonesia berkesempatan mengunjungi Tahura (Taman Hutan Raya) Ir.H.Djuanda. Kawasan ini dinamai sesuai dengan nama Ir.H.Djuanda, seorang tokoh perjuangan pada awal masa kemerdekaan. 

Tahura Ir.H.Djuanda merupakan salah satu kawasan konservasi yang terletak di kawasan Bandung, Jawa Barat, atau lebih dikenal dengan sebutan Dago Pakar oleh penduduk setempat. 

Untuk Wisatawan Nusantara sendiri, tiket masuk ke dalam kompleks Tahura dikenai biaya sebesar Rp9.000,-. Harga yang tergolong sangat murah untuk menikmati kurang -lebih 590 hektar keindahan alam yang tersaji, terbentang dari Dago Pakar hingga kawasan Maribaya Lembang, mulai dari hutan yang rimbun dengan kanopi yang rapat hingga sungai-sungai yang mengalir di antara batuan-batuan alami. Pepohonan tinggi yang kuat, serta flora dan fauna yang hidup di dalamnya memberikan gambaran tentang keindahan alam yang tak ternilai.

Namun, lebih dari sekadar keindahan alam, Tahura Ir.H.Djuanda juga menyimpan jejak sejarah kolonial seperti Goa Jepang dan Goa Belanda.

Goa Jepang


Goa Jepang yang terletak di Tahura Ir.H.Djuanda adalah salah satu objek wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Nama "Goa Jepang" sendiri merujuk pada goa yang digunakan sebagai tempat persembunyian atau markas oleh pasukan Jepang pada masa Perang Dunia II memanfaatkan bentang alam dan batuan keras yang disusun oleh endapan awan panas Gunung Sunda.

Dari papan informasi yang ditemui ketika mengunjungi Goa Jepang, diketahui bahwa Kompleks gua militer Jepang ini dibangun dengan cara melubangi dinding tegak perbukitan secara mendatar. Sitem gua yang saling tersambung melalui 4 pintu dan 2 lubang udara, untuk menghindari intaian dari kapal udara musuh. 

Gua ini merupakan sistem pertahanan militer pada masa pendudukan Jepang di Bandung pada 1942. Gua dipilih di dataran tinggi Pakar Dago, sebagai titik pengamatan ke arah Bandung. Fungsi lainnya adalah sebagai pos komando, jaringan komunikasi, dan penyimpanan logistik militer. 

Militer Jepang memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan militer. Dikerjakan dalam waktu singkat, kuat dan strategis termasuk penggunaan firur alam. 

Gua digali pada lapisan endapan awan panas yang telah membatu (ignimbrite). Berupa jatuhan kerakal, kerikil, dan pasir yang membara, kemudian terelaskan. Sumbernya dari letusan Gunung Sunda Purba yang pernah meletus sekitar 105.000 tahun lalu.

Pengunjung yang memasuki goa akan merasakan sensasi petualangan dan eksplorasi yang menyenangkan, sekaligus merasakan aura sejarah yang terpancar dari setiap sudutnya. 

Pengunjung dapat melihat berbagai ruangan yang digunakan untuk berbagai keperluan oleh tentara Jepang, mulai dari tempat istirahat hingga ruang penyimpanan senjata yang sudah kosong. Terdapat juga lorong-lorong kecil yang menghubungkan ruangan-ruangan tersebut, memberikan kesan labirin yang menarik.

Melalui kunjungan ke Goa Jepang, pengunjung tidak hanya dapat menikmati petualangan dan eksplorasi yang seru, tetapi juga memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang sejarah dan warisan budaya yang penting bagi kawasan tersebut.

Goa Belanda

Goa Belanda berjarak sekitar 800 meter dari Goa Jepang. Dari papan informasi yang tertera, Goa Belanda dibangun pada tahun 1906 sebagai terowongan penyadapan aliran air Sungai Ci Kapundung untuk Pembangkit Listrk Tenaga Air (PLTA) yang dibuat oleh BEM (Bandoengsche Electriciteit Maatschappij). Hal tersebut nampaknya tak lepas dari berkembangnya Kota Bandung menjadi kota praja pada 1906 dengan penduduk yang mencapai lebih dari 47.500 jiwa. Namun, karena sebab yang belum diketahui, PLTA ini tidak lama berfungsi.

Pada tahun 1918, terowongan ini beraloh fungsi untuk kepentingan militer dengan penambahan beberapa ruang di sayap kiri dan kanan terowongan utama. Menjelang Perang Dunia II, markas angkatan perang Hindia Belanda dan pusat komando militer tentara Sekutu ditempatkan di Bandung yang merupakan benteng pertahanan terakhir bagi Belanda. 

Pada masa ini, Belanda memperluas Goa dan mendirikan stasiun radio komunikasi di sini sebagai pengganti radio Malabar di Gunung Puntang yang berada di wilayah tak terlindung dari serangan udara.

Penangkaran Rusa

Selain jejak sejarah kolonial yang terlihat dari Goa Jepang dan Goa Belanda, Kelompok 13 Modul Nusantara Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM 4) juga berkesempatan mengunjungi penangkaran rusa yang ada di wilayah Tahura Ir.H.Djuanda. Penangkaran ini berfungsi sebagai tempat pemeliharaan dan konservasi spesies rusa, diantaranya adalah Rusa Totol (Axis Axis) dan Rusa Timor (Cervus Timorensis). 

Penangkaran ini memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk berinteraksi dengan hewan-hewan tersebut, seperti memberi makan atau sekadar mengamati perilaku mereka. Hal ini memberikan pengalaman edukatif yang mengesankan dan menyenangkan bagi pengunjung, terutama anak-anak.

Setelah keluar dari wilayah penangkaran rusa, pengunjung dapat mengunjungi kawasan lainnya yang tak kalah indah, seperti Batu Batik, Curug Kidang, Curug Lalay, Curug Omas Maribaya, Curug Koleang, Monumen Ir.H.Djuanda, dan sebagainya. 

Secara keseluruhan, Tahura Djuanda bukan hanya tempat untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga merupakan jejak sejarah dan warisan yang berharga bagi generasi mendatang serta sangat berkesan bagi peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka.

Reporter: Siti Aulia Ulfah
Editor: Salsa Solli Nafsika, M.Pd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun