Mohon tunggu...
Siti Maemunah
Siti Maemunah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siti Maemunah Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Siti Maemunah Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Munculnya Negara Islam Indonesia sebagai Reaksi Terhadap Pemerintah Pusat Mengenai Perjanjian Renville

1 Agustus 2021   22:05 Diperbarui: 1 Agustus 2021   22:14 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan 

Berbicara mengenai revolusi, memang pada dasarnya revolusi merupakan salah satu alat demi tercapainya suatu kemerdekaan, tetapi hal itu semua bukan hanya menjadi suatu kisah dalam sejarah Indonesia melainkan menjadi salah satu unsur yang kuat dalam persepsi dan pandang bangsa indonesia sendiri. Semua usaha yang dilakukan hingga tetsan darah itu akhirnya mulai membuahkan hasil ketika mulai perang dunia ke II, tetapi hal itu semua tidak sepenuhnya dirasakan oleh bangsa indonesia karena setelah Bangsa Indonesia merdeka justru para kolonial Belanda datang untuk ke dua kalinya ke Indonesia dan ingin membumi hanguskan serta ingin menguasai wilayah nusantara seutuhnya, tidak hanya harus melawan bangsa asing banhkan Bangsa Indonesia harus menelan pil pahit akan pemberontakan yang terjadi antar masyarakat Indoseia sendiri yang sama-sama ingin mendirikan kekuasan dan negara baru di Indonesia salah satu pemberontakan Darul Islam atau yag sering disebut DI/TII. Untuk yang pertama kalinya di dalam kehidupan bangsa Indonesia bangsa Indonesia harus melawan bangsa asing tetapi bangsa Indonesiapunlah yang juga harus memerangi pemberontak dari masyarakat Indonesia sendiri. Ketika generasi pemimpin pergerakan nasional merumuskan diri sebagai suatu bangsa yang satu dan bersatu dan kemudian  menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan menegakan sebuah negara Republik yang mengharapkan kebebasan dan keadilan serta hidup damai dan makmur, nyatanya hal tersebut tidak sesuai apa yang diharapkan dan dibanyakan oleh masyarkat Indonesia. Hal itu seua hanya menjadi mimpi belaka ketika masyarakat Indonesia mengaharapakan kebebasan dan hidup penuh keadilan. Walaupun, bangsa Indonesia bisa dikatan merdeka, tetapi sejatinya bangsa Indonesia sendirilah yang justru memusuhi dan maemerangi bangsanya sendiri hanya karena kepentingan sebuah kelompok. Kenyataan seperti ini melahirkan kepedihan-kepedihan yang akhirnya akan menghambat perwujudan makna Bangsa Indonesia yang merdeka dan melahirkan masyarakat yang adil dan makmur seta menjadi negara yang satu dan kesatuan.

Kegemberiraan seseorang terhadap revolusi hampir melanda bangsa Indonesia khususnya kaum muda Indonesia yang menymbut kemerdekaan dengan kegembiraan dan tantangannya. Dimana, para komandan pasukan Jepang yang terdapat di berbagai daerah langsung meninggalkan wilayah perkotaan dan menarik mundur pasukan mereka ke kawasan pinggiran guna menghindari konfontrasi yang terjadi di suatu wilayah. Banyak yang dengan bijaksana memperbolehkan pemuda-pemuda memperoleh senjata dari pihak Jepang hinga peninggalan bangsa Jepang yang dimulai dari stasiun kereta api, sistem trem listrik, dan pemancar radio semuanya diambil alih oleh bangsa Indonesia ketika Bangsa Indonesia mulai menyerah kepada bangsa Indonesia. Akan tetapi baru saja bangsa Indonesia merasakan sedikit kebahagiaan atas kemerdekaanya justru bangsa Indonesia sendiri mendapat perlawanan dari masyarakatnya khususnya golongan yang terjadi antar daerah karena adanya kepemimpiman dan sistem pemerintahan pada masa demokrasi liberal.Perlawanan demi perlawan yang muncul dan terjadi antar daerah pada masa demkrasi liberal dari tahun 1950 hingga berakhir pada masa demkrasi terpimpin melibatkan DI/TII yang mulai tidak stabil sejak pemilu dilaksankan pada 1955. Setlah pemilu dilaksanakan semakin tampak polarisasi, baik antar partai, antar ideologi, hinga antar kelompok kepentingan. Keadaan yang terjadi di dalam Republik khususnya di daerah Jawa pada tahun 1948 sangatlah kacau. Dimana, kekuasaan Republik secara efektif telah terdesak ke wilayah pedalaman yang sangat padat penduduknya dan kekurangan beras, di mana penderitaan semkain meningkat sebagai akibat blokade yang dilakukan oleh bangsa Belanda.

Perjanjian Renville pada 17 Januari 1948 yang diakukan oleh golongan kiri mengharuskan tentara dan laskar bersenjata mundur ke belakang seolah hal ini menjadi akar masalah yang terus menjalar ke berbagai golongan kepenitingan. Pada bulan Februaru 1948 koalisi sayap kiri berganti nama menjadi Fornt Demokrasi Rakyat dan mencela persetujuan Renville yang sebetulnya perjanjian tersebut dirundikangkan sendiri oleh pemerintahan Amir, hingga akhirnya front tersebut berusaha membentuk organisasi-organisasi petani dan buruh, tetapi usahanya itu hanya sedikit mencapai keberhasilan. Munculnya perjanjian inilah yang menimbulkan momentum besar dimana hal ini memunculkan adanya gerakan Darul Islam yang akhirnya memberontak pada Bangsa Indonesia sendiri karena, Kartosuwirjo sebagai pendiri dari organisasi Daru Islam merasa bahwa wilayah Jawa Barat telah ditinggalkan dan diabaikan oleh pmerintah dan pemimpin bangsa Indonesia sendiri dan merasa bahwa wilayah Jawa Barat telah diserahkan kepada Belanda oleh Republik. Di awal tahun 1945 ada tokoh pejuang Islam yang berasal dari Jawa Barat yang dibumbui dengan hati yang penuh rasa kecewa, dia adalah panglima Laskar Sabilillah dan penganut aliran tasawuf bernama S.M. Kartosuwirjo (1905-1962). Bagi masyarakat munculnya perjanjian Renville ini yang menjadikan masyarakat terbengkalai, namun juga membiarkan rakyat Jawa Barat tidak terlindungi. Rasa kecewa tersebut menghasilkan sebuah keputussan dengan membentuk Laskar Sabilillah dan Laskar Hizbullah yang menolak dilantarkannya wilayah Jawa Barat dari perhatian Repubik dan pengosongan dan anggta Sabilillah serta Hizbullah yang hijrah akan dilucuti senjatanya, baik secara damai maupun secara kekersan.

Pembahasan 

Di wilayah Jawa Barat terdapat seorang gerilyawan Islam militan yang dipimpin oleh seorang Jawa penganut aliran tasawuf berna Kartosuwirjo, di mana pada tahun 1927 dia dikeluarkan dari sekolah kedokteran karena pemikiran politiknya yang bersifat radikal karena menganut aliran sistem barat dan kemudia dia tinggal bersama ayah angkatnya. Kemudian dia menderita sakit keras dan selama masa pemulihan kesehatannya dia banyak belajar tentang agama islam kepada berbagai guru yang memiliki aliran tasawuf. Sesduah itu dia aktif di partai Serikat Islam Indonesia sampai dikeluarkannya pada tahun 1939 karena terjadinya pertentanga daam kebijasanaan politik. Pada tahun 1940 dia mendirikan Institus Suffah di daerah Garut, Jawa Barat, di mana para pemuda yang militan diberi pelajaran umum serta dibubumi dengan pemahaman ilmu agama dan diilhami dengan kesetiaan pribadi kepada Kartosuwirjo. Sampai akhirnya pihak Jepang menutup Institus Suffah tersebut, tetapi Kartsuwirjo tetap ingin mempertahan hubungan dan sistem pendidikannnya di daerah Garut Jawa Barat dan menjadikan pemimpin gerilya Hizbullah setempat. Pada tahap-taha pertama Revlusi di memperbesar pasukannya dengan ikut bergabung dengan organisasi Masyui yang didirikan oleh pemerintah Jepang. Akan tetapi, kini dia tidak lagi menyukai ide-ide yang bersifat kekiri dan oleh karenanya dia tidak banyak mempercayai pemimpin Republik. . (M.C.Ricklefs, November 2007)

Munculnya organisasi yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia yang dipimpin oleh Kartosuwirjo adalah sebagai salah satu bentuk rasa kecewa terhadap pemimpin Republik yang menelantarkan wilayah Pasundan khususnya wilayah Jawa Barat yang pada saat itu ingin mendirikan Negara Islam Indonesia yang di mana sebagai sebuah negara yang mayoritas adalah beragama Islam untuk menjadikan dan mendirikan Bangsa Indonesia yang satu dan kesatuan harus disandarkan dan berlandaskan pada ajaran islam mengikuti ajarannya, berpedoman pada alqur'an, dan mengikuti jejak para Rasul. Pendirian yang Negara Islam yang dilakukan oleh Kartosuwirjo tidak hanya sekedar ingin membentuk negara islam begitu saja tetapi Kartosurwirjo sudah memiliki bekal dan jiwa kharismatik untuk memimpin sebuah negara baru yaitu Negara Islam Indonesia. Dengan, keikutsertaan sebagai bagian dari anggota masyumi dan pemikiran politik ideologinya yang cukup kuat, serta kepribadiannya yang tegas dan kharismatik, hal itu semua menjadikan modal Kartosuwirjo dalam membentuk Negara Islam Indonesia khususnya di wilayah Pasundn Jawa Barat. Sebenarnya pendirian Negara Islam atau Daru Islam tidak hanya di sekitar wilayah Pasundan saja, melainkan ada di wilayah Jawa Tengah yang di pimpin oleh Amir Fatah, wilayah Aceh yang dipimpin oleh Daud Bereuh, Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar dan Kalimantan yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Namun pendirian Negara Islam Indonesia semakin menyebar karena rasa kecewa terhadap pemerintah pusat salah satunya pada waktu itu Aceh diturunkan menjadi karisidenan yang harus tunduk pada provinsi lain dan ketika pemerintah pusat menetapkan bahwa Aceh itu harus tuduk terhadap prvinsi lain sebagai pemimpin wiayah Daud Bereuh merasa kecewa bahwa wilayah Aceh itu diabaikan dan dihilangkan hak otoniminya. Kekecewaan seperti ini sama-sama dirasakan oleh masyarakat Sulawesi selatan dan kalimantan yang akhirnya menimbulkan rasa ingin mendirikan Negara baru yang berlandaskan pada ajaran islam, di mana kekecewaan yang dirasakan oleh masyarakkat Sulawesi dan Kalimantan ketika pemerintah pusat kembali lagi mengbaikan wilayah tersebut dalam pemerintahannya dengan cara tidak menjadikannya sebagai anggota TNI yang menumpas wilayah jajahan Belanda pemerintah pusat hanya menjadikannya sebagai Corps cadangan Nasional, darisitulah timbul keinginan untuk mendirikan Negara baru karena merasa hal ini tidak adil dan diabaikan oleh pemerintah pusat.  Namun bagaimanapun juga hal ini semua tetap dianggap sebagai pemberontak yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, karena proses operasi DI/TII ini adalah ketika Divisi Siliwangi atau tetara Jawa Barat itu hijrah ke Yogyakarta. Pada saat itu pula Kartsuwirjo mendapatkan kesempatan karena dia merasa bahwa wilayah Jawa Barat sedang kosong dan jauh dari pantawan divisi siliwangi atau tentara Jawa Barat dan disituah akhirnya Kartosuwirjo mendeklarasikan Negara Islam di wilayah Jawa Barat. Akan tetapi, cara yang dilakukannya tetap dianggap sebagai pemberontak karena dengan melakukan pemberontakan, perampokan, pemerasan yang banyak merugikan masyarakat Pasundan.

Ketika Divisi Siliwangi bergerak mundur, Katosuwirjo merasa bahwa Jawa Barat telah ditinggalkan dan diserahkan kepada Belanda oleh pihak Repubik. Berita seperti inilah yang menimbulkan Kartosuwirjo berreaksi untuk melancarkan apa yang merupakan pemberontakan daerah yang pertama terhadap Republik Indonesia, sementara itu dia melanjutkan perjuangannya untuk melawan Bangsa Belanda yang menduduki wilayah Jawa Barat. Pada bulan Mei 1948 dia memproklamasikan dirinya sebagai imam (pemimpin) negara baru yang dinamakan dengan Negara Islam Indonesia, yag lebih lazim disebut dengan Darul Islam (dari bahasa Arab dar al-islam) yang berarti wilayah atau rumah islam. Dengan pemikiran politiknya yang bersifat radikal serta pengalaman keilmuannya yang memperdalam agama islam tentang aliran tasawuf, Kartosuwirjo merasa siap untuk mendirikan sebuah negara yang berada di wilayah Jawa Barat sebagai markas Negara Islam Indonesia. Akibat adanya rasa kekecewan terhap pemimpin Republik Inilah Kartosuwirjo merasa siap untuk mendirikan negara baru khususya Negara Islam Indonesia dan menjadikannya sebagai pemimpin dengan bermodalkan pemikiran yang radikal dan ilmu tetantang agama Islam dengan aliran tasawuf. (M.C.Ricklefs, November 2007)

Pemerintah dan negara Islam inilah banyak diselenggarakan dan di dorong oleh banyak kiyayi dan ulama, karena para kiyai dan ulama tahu bahwa pendidirian Negara Islam yang berada di wilayah Jawa Barat ini bersandarkan pada ajaran agama atas dasar rasa kekecewaannya pada pemimpin Republik yang seolah-olah meninggalkan dan memberikan wilayah Jawa Barat sebagai bahan bulan-bulanan kekuasaan dan penindasan bangsa Belanda. Pendirian Negara IslamIndonesia tentunya juga tidak terlepas dari yang namanya dukungan setempat yang berada di wilayah sekitar tanah Pasundan, di mana sebagai pemimpinKartosuwirjo dianggap kharisma oleh para pengikutnya dan dipandang mempunyai kekuatan gaib. Dengan berjalannya waktu, mka semkain lama semakin sulit untuk membedakan gerakan Darul Islam dari tindakan perampokan, pemerasan dan terorisme. Mengapa demikian, karena gerakan yang berhasil menguasasi dan membentuk negaraa di wilayah Jawa Barat ini akan tetap dianggap sebagai salah satu pemberontakan terhadap bangsa Indonesia sendiri khususnya terhadap masyarakat Indonesia yang harus mendapat kekerasan, perampokn, dan pemerasan yang dilakukan oleh gerakan yang dimpimpin oleh Kartosuwirjo. Menjelang akhir 1948 perjuanagan demi perjuangan yang dilakukan oleh Kartosuwirjo ini rupanya keuntungan sedang memihak kepadanya, di mana Ibu Kota Yogyakarta mulai diserang oleh Belanda, para pemimpin nasional yang berada di sana ditawan satu persatu termasuk Presiden Sekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta, yang hal itu semua memberikan keuntungan bagi Kartosuwirjo dengan memanfaatkannya untuk melakukan propaganda dan mengumumkan jihad fisabilillah atau komando perang suci ttal melawan penjajah Belanda. Tetanra Islam Indonesia yang diperintahkan sebagai pelpor perjuangan rakyat yang di mana, tentara tersebut sudah dilatih dan banyak diberikan ajaran agama islam mengenaji jihad fisabillah memalui ajaran taswauf dan patuh terhadap kepemimpinan Kartosuwirjo Tentara Islam Indonesia inilah yang mampu menyempurnakan Revlusi Islam Indonesia sampai tercapainya Negara Islam Indonesia yang berdaulat di seluruh wilayah Indonesia.

Selain pendirian Negara Islam di tanah Pasundan, hal seperti ini juga ikut disusul dengan gerakan Darul Islam yang dipelopori oleh Amir Fatah, yang dimana Gerakan Darul Islam ini sama-sama berdasarkan pada rasa kekecewaan terhadap adanya perjanjain Renville yang tentunya gerakan Darul Islam di Jawa Tengah Darul Islam Jawa tengah baru timbul sesudah di Jawa Barat bergolak. Ketika hasil perjajia Renville diputuskan agar masyarakat Indonesia utuk segera meninggalkan wilayah yang menjadi sebagian dari kekuasaan pihak belanda mengenai sebagian dari wilayah Indonesia adalah bagian dari pihak Belanda, akhirnya kabinet pada masa pemerintahan Hatta memerintahkan agar masyarakat dan TNI yang masih beroperasi di berbagai wilayah bagian kekuasaan milik Belanda agar segera kembali ke wilayah de jure dari bagian wilayah Republik Indonesia. Akan tetapi ketika pemerintah Hatta memberikan seruan tentang akan segera keluarnya dari wilayah milik hasil Belanda, hal tersebut menjadi suatu pemberitahuan yang mengakibatkan sebagaia TNI golongan kiri yang berada di wilayah Pasundan merasa tidak terima akan perintah tersebut karena mereka tidak terima bahwa negara dan wilayah yang selama ini mereka perjuangkan harus mereka berikan begitu saja kepada pihak Belanda. Pada akhirnya tentara Idonesia tidak mau mematuhi persetujuan dari perjanjian Renvile yang kemudia tentara tersebut mendirikan suatu organisasi Darul Islam salah satunya pembentukan tentara Darul Islam Jawa Tengah yang dipimpinoleh Amir Fatah.

Sebelum datangnya pasukan Amir Fatah ke Jawa Tengah pada saat itu juga wilayah Jawa Barat dan Jawa tengah sudah mulai diduduki oleh pihak Belanda, yang di mana juga selain pihak Belanda sudah menduduki wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah tetapi pihak Belanda juga menutut masyarakat Indonesia agar segera keluar dari wilayah tersebut. Seperti halnya Jawa Barat keinginan pihak Belanda yang ing menguasai hampir sebagian wilayah di Indonesia, hal seperti itu, menjadi gebrakan dan timbulnya rasa semangat pada diri masyarakat yang berada di bawah pimpinnan Amir Fatah agar mendirikan Negara Islam dan membentuk organisasi Darul Islam Indoneia. Akan tetapi ketika perjuangan mengusir pihak belanda dari Wilayah Indonesia didasarkan pada pedoman ajaran Islam, padanyatanya prakti tersebut tidak sesuai dengan pedoman dan tujun dalam pembentukan organisasi tersebut, karena pada nyatanya hal tersebut tetaplah dikatakan sebagai pemberontak karena pada praktiknya mereka berkhianat kepada pemerintah pusat untuk memberikan negara baru yaitu Negara Islam Indonesia. Sama halnya DI/TII Jawa Barat, pembentukan DI/TII Jawa Tengah juga mulai terasa ketika Indonesia mulai memasuki kemerdekaan,yang di mana DI/TIIJawa Barat dan Jawa Tengah meiliki keterkaitan satu sama lain yang tampak terlihatt ketika Darul Islam mulai memasuki proses akulturasi antara pihak Jawa Barat dengan Jawa Tengah, yang hal itu semua merupakan proses penyebaran dan pelebaran dari adanya pendirian Negara Islam yang menjadi tujuan utama Kartosuwirjo. Kepintaran dan kecerdasan Amir Fatah dibuktikan melalui dengan mengadakannyan gerakan perlawanan gerilya terhadap pasukan Belanda yang berusaha menguasai sebagian wilayah Indonesia salah satunya wilayah Jawa Tengah yang pada saat itu menjadi salah satu wilayah yang berada di bawah naungan Amir Fatah dan bersebrangan dengan Wilayah Jawa Barat yang pada saat itu ingin mendirikan Negara baru yaitu Negara Islam. Namun hal yang dilakukan oleh Amir Fatah ini walaupun dasarnya berlandaskann agama dan berpedoman pada al-qur'an tapi pada praktinya hal seperti ini tidak dilakukan semestinya, karena usaha yang dilakukan Amir Fatah tetaplah sebagai pemberontak yang berkhianat pada negara Indonesia yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia dibawah komando pasukan tenatara Darul Islam/Tentara Islam Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun