Menurut penelitian Empathy Quotient kecerdasan emosi pada anak erat kaitannya dengan faktor genetik atau keturunan. Bahwa faktor genetik menyumbang sebanyak 10% kecerdasan emosi dan empati pada anak. Selain faktor genetik, tentu saja lingkungan non keluarga dan pola asuh sangat menentukan kecerdasan emosi dan empati anak.
Faktor Genetik
Seorang ayah yang selalu memukul atau melempar sesuatu saat marah dan  kejadian tersebut dilakukan dan dilihat anaknya berulang kali akan membuat anak meniru melakukan hal tersebut jika sedang dalam kondisi marah.Â
Contoh lain seorang ibu yang saat marah memiliki kebiasaan berteriak sambil memukul pintu kemudian pergi akan menurunkan kebiasaan yang sama pada sang anak saat anak mengalami kejadian yang sama.
Faktor Lingkungan
Lingkungan memang sangat menentukan karakter seseorang. Jika seseorang yang dalam keluarganya dididik untuk berbicara dengan lembut dan santun namun jika sering berinteraksi dengan lingkungan yang kesehariaannya berbahasa kasar dan kotor, maka lambat laun cara berbicaranya akan terbawa dengan lingkungan sosialnya.Â
Jika anak dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dan perhatian terhadap kecerdasan emosi anak akan memunculkan anak-anak yang memiliki perasaan berharga terhadap dirinya dan percaya diri dalam menghadapi kehidupan sosialnya.
Namun jika anak dibesarkan dalam lingkungan yang abai terhadap kecerdasan emosi anak, maka anak mengalami gangguan emosional, seperti sulit mengekspresikan perasaan, berkomunikasi dan berhubungan sosial dengan orang lain dan memahami emosi.
Faktor Pola Asuh
Pola asuh orang sangat menentukan kecerdasan emosi pada anak. Jika orang tua dapat memberi contoh nyata dan melatih anak untuk mengekspresikan dan mengelola emosi sejak dini maka anak akan memiliki kecerdasan emosi yang baik.Â
Sering kita jumpai contoh nyata di sekitar kita, seorang ibu yang kerap marah dan mengomel dengan nada dan intonasi tinggi saat sedang mengingatkan anaknya akan menurunkan sifat yang sama pada anaknya jika dilakukan berulang-ulang dan dalam rentang waktu yang lama.
Atau kondisi orang tua yang terlalu over protektif karena terhadap anaknya dalam hal aturan, menentukan pilihan, serta aktivitas anak yang dibatasi akan membuat sang anak mengalami kecemasan, kepercayaan diri yang rendah, ketergantungan serta tidak mandiri sehingga saat dihadapkan pada suatu masalah akan mudah mengalami depresi.
Komunikasi yang buruk antara orang tua-anak dan orang tua yang abai dan cuek akan membuat anak kesulitan mengekpresikan perasaan sedih, marah atau kecewanya.
Bagaimana Agar Anak Cerdas Emosi Sejak Dini?
1. Jadilah contoh terbaik bagi anak dalam mengelola emosi.
Ibu yang mudah marah dan temperamen akan memiliki peluang yang besar mempunyai anak dengan temperamen yang sama. Ayah yang senang memukul pasangan atau anaknya saat marah akan memiliki anak yang senang memukul saat marah, baik terhadap temannya atau pasangannya kelak.
2. Jalin kedekatan dan kelekatan emosi dengan anak.
Anak akan mudah bercerita tentang semua hal yang dirasakan atau kejadian yang dialami jika merasa dekat dengan orang tuanya.
3. Bantu anak untuk menamai perasaannya, memahami perasaannya, memantik anak agar mau bercerita dan membantunya untuk menemukan solusinya.
4. Beri pemahaman bahwa dalam hidup tidak selalu ada bahagia namun juga ada sedihnya dan saat sedih atau kecewa datang kita harus ikhlas menerima.
5.Ajarkan budaya antri sejak dini untuk melatih kesabaran anak.
6. Memberikan tanggung jawab pada anak.
Membersihkan piring dan gelas setelah makan, melipat kembali selimut setelah bangun tidur atau meletakkan baju kotor pada tempatnya akan membuat kecerdasan emosi anak kecerdasan semakin baik.
7. Membuat kesepakatan apa yang harus orang tua dan anak lakukan jika anak tidak mendapatkan apa yang diinginkan atau kesepakatan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan anak ada usaha atau tantangan yang harus anak lakukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI