Mohon tunggu...
Si Thesigner
Si Thesigner Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sensitifisme Komunikasi yang Membabi Buta

29 Januari 2017   13:13 Diperbarui: 29 Januari 2017   13:26 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menyimak perkembangan model dan pola komunikatif yang dibangun berdasarkan atas dasar perkembangan peradaban yang dimulai dengan semakin mudah dan dekatnya penggunaan teknologi, serta dukungan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang, memang dalam beberapa pengamatan telah memberikan dampak. Baik itu dampak positif, dan juga negatif. Berbicara dampak positif, tentu hal tersebut sudah mampu dinilai oleh seluruh kalangan. Karena dampak yang membawa perbaikan dan juga kebaikan. Namun yang menjadi sorotan saya kali ini, bagaimana mengantisipasi, dengan sebuah kebijakan/kearifan dampak negatif, akibat dari sebuah asas dasar apresiasi aspirasi seluruh kalangan. Tentunya hal tersebut tidak terlepas karena tingkat strata pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan juga wawasan yang memandang kondisi yang melatar belakangi dalam berbagai sudut pandang dan dimensi.

Didasari oleh pemikiran diatas tersebut, tentu semua pihak juga harus mampu memberikan kontribusi. Tidak hanya sekedar dalam opini yang pasif(diam) namun juga dalam opini yang aktif(hidup). Penyampaian aspirasi, interpretasi dan juga seabrik apresiasi publik, terhadap segala hal, memang telah mendapatkan tempat yang layak. Namun semestinya kelayakan tersebut bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Dalam arti kata tidak hanya menggunakannya, namun juga bisa merawat serta mengembangkan dalam bentuk wadah komunikasi yang semakin intelektual dan beradab. Yang pada akhirnya mampu menunjukkan sebuah proses pematangan bagi individu - individu dalam seluruh struktur lapisan masyarakat.

Sering sekali, memang bak senjata, kata - kata bisa menjadi suatu objek yang ampuh. Mampu membuat sebuah kondisi menjadi berbeda. Semua tergantung dari objek dan subjek yang saling berkaitan dengan hal tersebut. Untuk itu, mengingat gejala yang mempengaruhi gerak dan ritme komunikasi akhir - akhir ini. Diharapkan sensitifisme yang menjadi inti dari tulisan ini tentu, bagaimana hasil pengolahan media komunikasi yang menghasilkan sebuah informasi bisa dibaca, kemudian dirasakan dan dicerna dengan baik. Agar disetiap opini, tulisan atau yang lainnya bisa menjadi sebuah literasi mandiri bagi para pembacanya pula. 

Mengapa saya kemukakan hal tersebut diatas. Sebab melalui proses perkembangannya era komunikasi, yang berjejaring dan sosial menyeluruh, selalu memberikan dinamika yang beragam. Dari dinamika yang beragam tersebut sudah semestinya muncul akibat dari banyak hal yang menjadi faktor penyebabnya. Selayaknya intensitas komunikasi dalam sebuah media komunikasi yang global, juga mampu menjadi filter bagi setiap individu dalam melakukan kegiatan sosialisasi.

Aspirasi - aspirasi yang muncul dari individu, kelompok, golongan dan lain sebagainya, seyogyanya menjadi sebuah refeleksi dinamis yang mampu memberikan pola gerak positif dalam membangun kerangka dasar berkomunikasi dan bersosialisasi yang intelektual dan bijak. Untuk itu tidak terlepas atas sorotan sensitifisme atas judul tulisan ini. Mudah - mudahan, sensitifisme ini bisa kita kelola, kita kendalikan dan kita mampu pula mengarahkan dalam gerak dan pikir yang ikut membawa khasanah yang baik dan maju bagi seluruh komponen bangsa ke depan. Karena hal tersebut tentunya sesuai dengan amanah konsep dasar dan gerak laku bangsa ini.

Mudah - mudahan apresiasi ini, berguna dan membawa kebaikan bagi kita semua. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun