Mohon tunggu...
Pendekar Syair Berdarah
Pendekar Syair Berdarah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jancuker's, Penutur Basa Ngapak Tegalan, Cinta Wayang, Lebih Cinta Keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Adiku Bukan Dukun : Awal petaka...

25 Desember 2011   11:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:46 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari pertanyaan iseng ibu kepada adiku Nadea Putri Prabaswara, tentang hasil pertandingan sepak bola antara Timnas Indonesia kontra Kamboja saat ASEAN Games 2011 berlangsung. Menurutku kebetulan saja, dea berhasil menebak skor untuk kemenangan Timnas Indonesia. Ibu terus melanjutkan keisenganya dengan menanyakan kepada dea setiap pertandingan bukan hanya sepak bola saja,  tapi pertandingan apapun, siapa yang menang dan kalah? berapa skornya?. Aneh, hanya terhitung sekali dea salah tebak selebihnya benar dan tepat,  ini pun bagiku masih hanya kebetulan.

Berita tentang dea adiku yang tak pernah salah menebak skor pertandingan saat ASEAN Games berlangsung , yang semula hanya diketahui keluargaku dan tetangga-tetangga sebelah kontrakanku dengan cepat menyebar. Sas sus pun sampai ke telinga om jayus saudagar mobil bekas asal probolinggo yang juga pemilik rumah kontrakan yang ayah dan ibu sewa. Om jayus yang terkenal amat royal menjanjikan hadiah untuk dea, kalau ramalanya benar bahwa hari sabtu ini mobilnya akan terjual sepuluh unit, ternyata benar hari sabtu tak sampai sore mobil om jayus terjual sepuluh unit.

Begitu girangnya om jayus berlari dari dalam mobilnya sambil memanggil - manggil nama adiku "Dea... Dea..." panggilnya sembari terus berlari melintasi celah gang kontrakan, tanganya menenteng boneka lumba - lumba yang sama besarnya dengan anak lumba - lumba. Boneka yang sudah lama dea mimpikan untuk memilikinya sampai terbawa mimpi. Langkahnya gemelutuk saat melewati tangga kayu seperti derap bala serdadu yang akan menyergap musuhnya. Kontrakan yang kami tinggali adalah kontrakan dua lantai yang banyak ditemui di perkotaan Ibuku suminah seorang ibu rumah tangga biasa, ayahku ujang bekerja sebagai tukang servis alat - alat elektronik, dulu ayah menyewa ruko kecil di jalan depan, tapi keuntungan dari hasil servisan elektronik untuk membayar sewa ruko saja tidak cukup, akhirnya ayah memilih kontrakan kami sebagai tempat servis sekaligus tempat tinggal kami sekeluarga.

Teman kuliahku yang sering berkunjung ke kontrakanku sudah beramah tamah dengan keadaan kontrakanku serta solah polah keluargaku. Setelah ucapan salam, suguhan pertama yang teman-temanku nikmmati adalah tumpukan TV, Radio, Tape, dan peralatan elektronik lainya yang sebagian rusak dan sebagiannya lagi adalah proyek jam-jaman yang membuat ayahku bisa terduduk seharian. Ruang depan yang sedianya dipakai untuk ruang keluarga ayah sulap bak laboratorium yang dihuni profesor tua, dengan kaca mata tebal, rambut lusuh masai,  lampu penerang dan satu lagi kekurangan modal.

. . .

Om Jayus terengah - engah tanpa kula nuwun langsung masuk kedalam rumah, hanya bertanya sekali kepada ayahku "dea mana... pak ujang...?" ayah yang masih berkutat dengan solder dan selembar motherboard berwarna hijau,  sampai terperangah menjawab sekenanya dengan tergagap, menunjukan kalau dea ada dibelakang. Om Jayus langsung memeluk, mencium, dan berkali - kali mengucapkan terima kasih pada dea. Ia kemudian bercerita tentang kemenanganya hari ini, sebuah amplop diberikan kepada ibu dan dea terlihat puas terus mencoba menimang boneka lumba-lumba yang bahkan dua kali lebih besar dari badanya.

Sifat dasar manusia yang memang selalu saja tak pernah puas dan enggan untuk bersyukur dengan apa yang sudah Allah berikan nampaknya dialami pula oleh om jayus dan ibuku. Ibuku merasa kurang puas dengan pemberian Allah melalui tangan om jayus hari ini sedang om jayus tak puas dengan berkah dari Tuhan yang melariskan mobilnya bukan melalui ramalan dari adiku menurutku. Ini tak lebih adalah atas kuasa dan kehendak-Nya. Kata Ibu ini awal berkah, "bukan ini awal petaka". Sembari menyungging sedikit senyum om jayus berbisik pada ibuku.

"Bu tolong ditanyakan lagi lg ke dea... minggu ini saya ikut tender pengadaan suku cadang mobil kira- kira apakah saya akan keluar sebagai pemenangnya bu...?"

Semakin mengacau saja pertanyaan om jayus menurutku bukankah kalau proses tender itu harga dari calon pemasok dengan harga terbaik dan memenuhi persyaratan kualifikasilah yang akan keluar sebagai pemenang dan berhak untuk menjadi pemenang, Ah... ngawur.

Ibuku beringsut mendekati dea yang masih mengelus-elus boneka lumba-lumba mainan barunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun