Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tiba-Tiba Centang Biru

15 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 15 Februari 2024   06:32 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Verifikasi Biru (Sumber Kompasiana.com) 

Kabar gembira yang dirasakan belum lengkap tanpa adanya tulisan. Dengan tujuan ingin berbagi kabar gembira, sekaligus semoga menjadi motivasi teman-teman penulis di Kompasiana yang baru memulai peruntungannya.

Tidak terbayangkan bisa ada di titik ini. Mendapatkan pundi-pundi dari K-Rewards dalam tiga bulan berturut-turut pun tak pernah menjadi target. Saya benar-benar menulis di saat ada waktu senggang saja.

Waktu senggang itu bukan berarti sedang berleha-leha atau tidak ada aktivitas lain. Di sini, saya mencoba memanfaatkan waktu seluang apapun bentuknya dengan mencoba aktif di Kompasiana.

Misalnya, di sela-sela menunggu pergantian jam mata kuliah, saya memanfaatkan dengan menulis beberapa paragraf. Kalau sedang membawa leptop ke kampus, saya tinggal mengetik saja.

Namun ada pula momentum di mana saya hanya menulis bermodal ponsel atau bahkan secarik kertas saja. Bahkan menulis menggunakan ponsel lebih fleksibel. Di manapun dan kapanpun.


Akhir-akhir ini, saya lebih senang menulis lewat ponsel saja. Dalam angkutan umum pun, saya masih menyempatkan melanjutkan tulisan.

Tapi menulis dalam ponsel memang harus lebih teliti. Saya pernah ada momentum kehilangan satu artikel utuh yang sudah saya selesaikan, tetapi ternyata tidak ada dalam draft. Mungkin memang saya lupa menyimpannya.

Selain mendapatkan K-Rewards dari hasil menulis di Kompasiana, tiba-tiba akun saya centang biru! Mengejutkan! Ini benar-benar di luar prediksi saya. Yang bermula keisengan, kok malah jadi keasyikan menulis di Kompasiana.

Akhir tahun lalu, ada satu komentar dari pembaca yang mendoakan akun saya segera mendapatkan verifikasi biru atau centang biru. Saat itu, saya pesimis dan merasa sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan para senior yang sudah bertahun-tahun menulis dan langganan sebagai Artikel Utama.

Sejujurnya target utama saya menulis di Kompasiana itu adalah nongol di kolom Artikel Utama. Maka dari itu jika memang sedang senggang, saya benar-benar ingin terdepan memberikan review soal film dan serial.

Namun memang tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Semuanya hanya harapan yang terus diusahakan. Memang beberapa review film tembus ke artikel utama, tetapi ada pula beberapa review film yang tidak tembus artikel utama. Hanya sebatas artikel pilihan saja.

Padahal, saya merasa begitu antusias menuliskan review tersebut. Filmnya pun bagus dan tembus dengan jutaan penonton. 

Saya kira ada penulis lain yang sudah menuliskan review film yang sama. Tetapi, ketika saya cek di kolom pencarian, saya satu-satunya yang menuliskan review film tersebut. Sampai akhirnya saya menyimpulkan bahwa memang tergantung dari selera editor dan ada faktor keberuntungan juga.

Meski begitu, yang paling terpenting adalah niat menulisnya yang dikhususkan untuk memberikan hiburan dan manfaat kepada pembaca. Akhir-akhir ini, saya sudah tidak menargetkan untuk menjadi artikel utama. Yang terpenting adalah konsistensi menulis. Dan ternyata itu sangatlah sulit.

Saya sebenarnya ingin berbagi kebahagiaan ini kepada teman-teman dari dua hari yang lalu. Namun ternyata saya sudah ditagih input nilai di LMS oleh tim akademik. Jadinya dalam beberapa hari ini, saya konsen mengulik nilai mahasiswa yang harus segera saya setorkan ke akademik.

Sedihnya karena belum sempat pergi ke bioskop ataupun menonton serial di platform streaming. Padahal kemarin adalah tanggal merah. 

Sepulang dari TPS, saya langsung kembali membereskan pekerjaan di kampus ditambah lagi membuat RPS untuk semester genap.

Pagi ini, saya menyempatkan untuk membagikan kabar bahagia saya kepada teman-teman Kompasiana. Tidak ada dalam benak saya untuk mendapatkan centang biru.

Usai mendapatkan komentar terkait harapan pembaca agar akun saya segera centang biru, saya langsung membaca persyaratan yang bisa saya ajukan untuk verifikasi akun. Di akhir Desember itu, saya sudah bisa mengajukan. Namun, saya masih belum percaya diri haha.

Sempat juga bertanya kepada penulis yang lebih senior di Kompasiana. Akunnya pun sudah centang biru. Namun katanya, Beliau tidak memiliki akses ordal. Saya jadi berpikir, apa perlu berdekatan dengan para editor Kompasiana dan jajarannya dulu agar bisa dapat centang biru?

Ternyata tidak sama sekali! Di awal tahun 2024, saya baru memberikan diri untuk mengisi form verifikasi yang diminta tim Kompasiana. 

Siapapun bisa mengajukan centang biru jika sudah memenuhi persyaratan. Bahkan, siapapun bisa mengajukan penulis Kompasiana yang lainnya. Dalam artian bukan dirinya sendiri.

Sejak membaca ketentuan itu, saya sempat berpikir. Apa perlu saya meminta bantuan penulis-penulis Kompasiana yang lainnya agar mengisi form tersebut dan mengajukan saya?

Tak mau banyak menduga, saya hanya mengisi sendiri. Dalam artian mengajukan akun saya sendiri.

Yang paling utama adalah, penulis di Kompasiana harus konsisten pada satu kategori artikel. Misalnya didominasi dengan artikel terkait teknologi, pendidikan, parenting, ataupun kategori lainnya.

Kita akan diminta untuk mengisi alasan mengapa akun tersebut patut untuk diberikan centang biru oleh Kompasiana. Saya bingung mengisinya. Hanya bermodal penegasan bahwa akun saya rutin menuliskan review film dan serial secara up to date. Penulisan review pun murni pendapat sendiri, tanpa diimingi sponsor dan oknum berkepentingan lainnya haha.

Tidak terlalu lama untuk menunggu hasilnya usai pengajuan. Dua hari yang lalu, tepatnya pada saat menjelang Maghrib, saya mendapatkan email masuk dari Kompasiana.

Sayangnya, saya tidak bisa membaca foto yang dikirim tim Kompasiana karena faktor signal. Karena ketakutan akun saya terblokir atau mendapatkan peringatan dari Kompasiana, saya langsung mengeceknya.

Ternyata malah mendapatkan notifikasi yang menggembirakan. Ketika cek profil, sebelah nama saya sudah tertera simbol centang biru. Persis seperti penulis Kompasiana yang lain! Persis seperti akun Instagram selebgram! Haha.

Pada intinya, lewat tulisan ini, saya ingin memberi gambaran bahwa ternyata mendapatkan centang biru di Kompasiana tidak perlu berbayar apalagi orang dalam. Jadi, besar kemungkinan bagi siapapun yang ingin mendapatkan centang biru di Kompasiana.

Yang terpenting, harus terus konsisten dan memenuhi persyaratan yang tercantum di Kompasiana.

Bagi saya, verifikasi centang biru ini adalah tanggung jawab baru yang harus diperhatikan. Jangan sampai saya malah menurunkan kualitas menulis apalagi sampai jarang menulis di Kompasiana.

Sayang sekali rasanya jika tidak aktif menulis di Kompasiana dengan akun yang sudah centang biru. Harus dimanfaatkan dengan baik kepercayaan yang diberikan oleh tim Kompasiana.

Semoga saya semakin termotivasi untuk meningkatkan kualitas artikel yang saya berikan kepada pembaca sekaligus rutin dan menambah kuantitas artikelnya. Meski sulit, akan selalu saya usahakan.

Tak lupa, saya mengucapkan terima kasih untuk semuanya. Kepada segenap tim Kompasiana yang sudah begitu berkenaan memberikan verifikasi centang biru ini kepada penulis yang masih amatiran ini.

Terima kasih pula untuk teman-teman penulis dan pembaca di Kompasiana. Tanpa kalian, rasanya begitu hambar dalam menjalankan aktivitas menulis ini. Karena terkadang, bukan lagi tentang menulis yang ingin saya dapatkan, tetapi tentang rasa senang mendapatkan komentar-komentar baik di setiap artikel. Doa-doa terbaik yang ditulis oleh para pembaca seperti memberikan energi baru untuk menjalani hari-hari di luar aktivitas menulis.

Saya selalu berharap bahwa tulisan-tulisan saya di Kompasiana dapat memberikan hiburan dan manfaat bagi orang banyak. Khususnya sebagai ladang amal ibadah. 

Begitu juga dengan menebar kebaikan lewat kolom komentar artikel penulis Kompasiana yang lain dan belajar dari artikel-artikel hebat lainnya.

Sekali lagi terima kasih. Semoga kita selalu menjadi makhluk Tuhan yang bermanfaat bagi orang banyak. Karena sejatinya, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun