Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ketika Berbuat Baik Menjadi Habit

29 Agustus 2022   13:19 Diperbarui: 29 Agustus 2022   14:48 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis berfoto bersama Pandu (berdiri sebelah saya), Lisdi dan Ustadz Wahab. (Dok.Pri Ustadz Wahab)

"Itulah sebabnya, ketika ada guru yang menyaksikan dan membenarkan adanya kejadian tersebut, saya perintahkan guru untuk membuatkan sertifikat kebaikan ini bagi ketiganya," tegas Ustadz Wahab.

Beliau sampaikan bahwa pemberian apresiasi ini jangan hanya dilakukan saat siswa memenangkan kejuaraan olimpiade sains, atau peringkat terbaik nilai akademik di sekolah maupun tingkat kota, provinsi, atau nasional.

"Perbuatan baik mereka ini juga patut mendapatkan apresiasi dari sekolah, agar diangkat dan dijadikan teladan. Pula agar anak-anak termotivasi bahwa melakukan hal-hal kecil seperti menolong orang di jalan, membersihkan lingkungan sekolah, perhatian dengan sampah, dan lain sebagainya, juga patut mendapatkan penghargaan."

Ustadz Wahab menyelipkan cerita lucu, saat ketiga siswa disebut namanya pada kesempatan apel pagi, tampil di hadapan guru dan siswa untuk mendapatkan aertifikat kebaikan, ada siswa lain yang nyletuk. "Wah, saya pernah menolong korban kebakaran di kampung. Kok gak dapat sertifikat ya, Ustadz?"

Semua tertawa. "Ya, kan ustadz gak tau kisahmu. Ini saja ustadz tahu Lisdi, Pandu dan Fajri berbiat kebaikan karena artikel tersebut dan guru pun menjadi saksi matanya. Ntar kalau ketemu sama Ibu Penulis dan ceritamu menjadi artikel, nah, bagus itu!"

Saya pun ikut terkekeh mendengarnya.

Dan sebagaimana dijanjikan oleh beliau, saya pun berkesempatan bertemu Lisdi dan Pandu.

***

Penulis berfoto bersama Pandu (berdiri sebelah saya), Lisdi dan Ustadz Wahab. (Dok.Pri Ustadz Wahab)
Penulis berfoto bersama Pandu (berdiri sebelah saya), Lisdi dan Ustadz Wahab. (Dok.Pri Ustadz Wahab)

Wajah Lisdi dan Pandu agak tegang, duduk di sofa besar, yang notabene diapit oleh keberadaan kami di ruang kepala sekolah. 

Rupanya Fajri tidak masuk sekolah di hari itu. Saya pun berusaha mencairkan suasana dengan mengajak mereka berbincang santai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun