Jenderal Besar TNI (Purn.) Dr. (H.C.) Abdul Haris Nasution (3 Desember 1918 – 6 September 2000) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang merupakan salah satu tokoh TNI AD yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September. Selamat dari upaya penculikan tersebut namun Nasution harus kehilangan putrinya Ade Irma Suryani Nasution beserta ajudannya, Lettu Pierre Tendean.
Bapak Peltu TNU Anwarudin selaku Pengelola Museum Sasmitaloka Jenderal AH.Nasution menjelaskan kepada Erwin, host dari Property Inside, tentang sejarah museum ini dan mengajak pemirsa mengikuti kilasan sejarah museum dan ruangan-ruangannya.
Bangunan museum awalnya adalah rumah keluarga yang dibangun pada tahun 1923 di masa kolonial Belanda. Merupakan rumah pribadi keluarga beliau, warisan dari keluarga istrinya. Pak AH.Nasution menempati rumah tersebut pada tahun 1949, saat menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang pertama. Beliau sempat menjabat dua kali, yaitu tahun 1949 - 1952. Â Kemduian pada 1952, beliau menyerahkan jabatan, lalu tahun 1956 menjabat kembali sebagai KSAD.
Rumah tersebut dijadikan sebagai museum pada tanggal 3 Desember 2008, diresmikan oleh Soesilo Bambang Yoedono saat masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Tanggal tersebut adalah peringatan hari lahir Pak AH.Nasution yaitu 3 Desember 1918.
Berdirinya bangunan museum juga menunjukkan adanya tiga tangga rumah sebagai representasi daei tanggal lahir dan taman di depan rumah dengan ornamen lidah api yang menunjukkan jumlah 12, 19 dan 18 sebagai bulan dan tahun kelahirannya.
***
Ketika memasuki ruang tamu, terdapat kursi dan meja tamu, yang dulunya biasa digunakan oleh keluarga Pak AH.Nasution menyambut tamu. Juga prasasti peremian museum beserta patung setengah badan Sang Jenderal.
Furnitur, lantai, pintu dan jendela, semuanya masih asli dan dipertahankan keberadaannya untuk keperluan museum. Hanya saja atapnya pernah mengalami renovasi.
Ruangan kedua, penonton diajak memasuki ruang kerja Pak AH.Nasution, tempat dimana beliau menghabsikan waktu bersama istri untuk menulis dan membaca. Inilah ruang diorama pertama di museum tersebut. Menampilkan patung Pak Nas sedang menulis dan sudut baca lengkap dengan koleksi buku bacaan dan karya beliau yang di pajang di lemari.