Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

[Ramadan Penuh Hikmah]: Puncak Keberkahan pada Sepuluh Hari Terakhir Ramadan

8 Mei 2021   15:53 Diperbarui: 8 Mei 2021   15:57 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://www.pinterest.com/Hanan Hijazi

Pembaca Kompasiana yang Bening Hatinya,

Alhamdulillaah, dalam keadaan sehat kita masih beraktivitas dengan nyaman. Kalaupun ada yang sedang kurang sehat kondisinya saat ini, semoga keberkahan senantiasa mengiringi. Sakitnya tidak melemahkan semangat, dan in syaa Allah menjadi penggugur dosa. Aamiin.

Tak terasa kita telah berada di penghujung bulan Ramadan. Sebentar malam kita akan memasuki hari yang keduapuluh tujuh. Dalam hitungan hari, kita akan berpisah dengan bulan mulia yang sungguh sangat didamba insan beriman. Harap dan doa agar Allah perkenankan kita berjumpa dengan Ramadan tahun depan. Aamiin.

Memasuki tahap akhir dari keberkahan dan keindahan Ramadan pada sepuluh hari terakhir, maka inilah puncak dari segala keberkahan dan kemuliaan bulan kebaikan. Sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah SWT kepada kaum mukminin, pula yang dikabarkan oleh Rasul kepada kita, umat beliau yang in syaa Allah setia hingga kahir zaman.

Tentu banyak yang bertanya, apa dan mengapa sepuluh hari terakhir? Apa keutamaan atau kelebihannya? Kenapa tidak di hari-hari lain?

Ustadz Fathuddin Ja'far, MA., Pembina Komunitas Tadabbur Quran menyampaikan tausiyahnya, sebagaimana dijelaskan di dalam Alquran dan Hadist, kita mengetahui bahwa waktu yang paling mahal, berharga, indah, termulia dalam kehidupan adalah sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan. Padahal seluruh masa pada bulan tersebut berisi sepenuh kebaikan. Namun di sepuluh hari terakhir inilah, bertambah-tambah kebajikan, berlipat ganda pahala yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.

Ada empat hal yang terkandung pada kemuliaan sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.

Pertama, kita bisa mengikuti sunnah Rasul dengan beriktikaf*) di Masjid. Tahun ini kita mungkin tidak bisa melaksanakannya karena masa pandemi. Namun kita bisa tetap melakukannya di rumah bersama keluarga terdekat. Apakah pahalanya sama?

Telah bercerita kepada kami Mathar bin Al Fadhl telah bercerita kepada kami Yazid bin Harun telah bercerita kepada kami 'Al 'Awwam telah bercerita kepada kami Ibrahim Abu Isma'il As-Saksakiy berkata; Aku mendengar Abu Burdah pernah bersama dengan Yazid bin Abi Kabsyah dalam suatu perjalanan dimana Yazid tetap berpuasa dalam safar, lalu Abu Burdah berkata; "Aku sering mendengar berkali-kali Abu Musa berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Jika seorang hamba sakit atau bepergian (lalu beramal) ditulis baginya (pahala) seperti ketika dia beramal sebagai muqim dan dalam keadaan sehat". (Hadits Shahih Al-Bukhari No. 2774 - Kitab Jihad dan penjelajahan).

Berdasarkan hadist di atas, apabila seorang hamba yang rajin beramal sholeh, rutin, menjadikannya wirid, kebiasaan sehari-hari, lalu dia terhalang suatu penyakit atau aktivitas perjalanan, maka dia akan dituliskan pahala seperti ketika dia lakukan ibadah tersebut dalam keadaan sehat dan muqim (tempat tinggal, kawasan, daerah). In syaa Allah, iktikaf yang kita lakukan di rumah, pahalanya sama besarnya seperti jika dilakukan di masjid.

Kedua, pada sepuluh hari terakhir, pada salah satu malamnya, telah diturunkan kalam-kalam mulia yaitu Alquran, sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Al-Qadr ayat 1: "Sesungguhnya, Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam Qadr."

Malam Qadr berarti malam kemuliaan, karena pada malam itu permulaan diturunkannya Alquran dari Lauh Mahfuz**) kepada Nabi Muhammad SAW. Malam yang menjadi penuh berkah, sehingga amalan-amalan ibadah yang dilakukan pada malam-malam di bulan Ramadan dan utamanya di sepuluh hari terakhir tersebut mendapatkan pahala berlimpah dan berlipat ganda.

Bagi kaum yang beriman dan menghidupkan malam dengan melakukan ibadah seperti mengaji atau membaca quran, mentadabburi, memahami makna dan melaksanakan apa yang Allah firmankan, maka Dia akan mengangkat derajat kita.

Dari Umar RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah mengangkat derajat beberapa kaum melalui kitab ini (Alquran) dan Dia merendahkan beberapa kaum lainnya melalui kitab ini pula.” (HR Muslim No.817).

Ketiga, faktor keberkahan dari malam Qadr, yaitu kebaikan yang lebih baik dari seribu bulan atau 83,3 tahun. Sebagaimana kelanjutan firman Allah pada Surah Al-Qadr ayat 2-3

"Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan."

Artinya bahwa jika kita berhasil melakukan ibadah dengan sebaik-baik pelaksanaan di malam tersebut, Allah memberikan kita kebaikan senilai 83,3 tahun, yang berarti nilai kita dihadapan Sang Khaliq adalah ibadah terus-menerus sepanjang waktu tersebut, tanpa henti, tanpa jeda. Bukankah hal tersebut mustahil kita lakukan? Sedangkan manusia juga butuh makan, minum, isirahat, bekerja, dan lain sebagianya. Bahkan belum tentu umur kita di dunia mencapai 83 tahun, apalagi sepanjang usia melakukan ibadah tanpa henti.

Demikianlah, Allah ciptakan malam Qadr ini untuk umatnya yang beriman kepada-Nya.

Keempat, pada malam Qadr, Allah menentukan rezeki, nasib dan segala urusan alam semesta, termasuk kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT: “Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh Hikmah,” (QS. Ad-Dukhan : 4).

Tafsir Al-Mukhtashar dalam menafsirkan ayat di atas menyebutkan bahwa pada malam itu diperinci setiap urusan yang sudah ditetapkan yang berkenaan dengan rezeki, kematian dan lain-lain yang akan diterapkan oleh Allah pada tahun itu.

Artinya, waktu malam adalah menjadi penentu nasib seseorang di dunia maupun di akhirat. Pada waktu malam seseorang akan didedah masalah rezeki, kematian dan nasib lainnya baik di dunia maupun di akhirat. Wajar jika kemudian para ulama memanfaatkan waktu malam untuk beramal sebaik-baiknya.

Oleh karena itu, mari fokuskan diri dalam menjalankan ibadah di sepuluh hari terakhir agar takdir yang Allah tentukan kepada kita merupakan ketetapan yang terbaik.

Lalu kapan datangnya Malam Qadr itu?

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ja'far telah menceritakan kepada kami Abu Suhail dari bapaknya dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan". (Hadits Shahih Al-Bukhari No. 1878 - Kitab Shalat Tarawih).

Maka, lakukan ibadah dengan menghidupkan malam-malam kebaikan tersebut dengan sebaik-baiknya. Apabila fisik sehat dan kuat, dirikanlah malam dengan khusyuk melakukan dzikir, tilawah, shalat sunnah, dan sebagainya. Namun apabila tubuh sedang kurang bugar, lakukannya di malam-malam ganjil tersebut.

Bismillaah, semoga kita diberikan kekuatan dalam menjalankan ibadah ramadan hingga akhir, beroleh kemenangan, kemuliaan dan ampunan dari-Nya. Pula ketetapan takdir kehidupan yang baik, kita menempuhnya sepanjang usia hingga akhir hayat. Aamiin.

Salam dengan doa terbaik untuk seluruh pembaca.

***

*) I'tikaf berasal dari bahasa Arab akafa yang berarti menetap, mengurung diri atau terhalangi. Pengertiannya dalam konteks ibadah dalam Islam adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridhaan Allah dan bermuhasabah atas perbuatan-perbuatannya. Orang yang sedang beriktikaf disebut juga mu'takif.

**) Lauh Mahfuz adalah kitab tempat Allah menuliskan segala seluruh catatan kejadian di alam semesta.

***

Sumber: Tausiyah dari Ustadz Fathuddin Ja'far, MA., melalui kanal youtube pada Komunitas Taddabur Quran (KonTaq).

Terjemahan Alquran

Referensi: 1, 2, dan 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun