Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Kusambut Ramadan 1442 Hijriah]: Tujuh Hal yang Menghalangi Manusia Mendapatkan Hidayah

22 Februari 2021   11:50 Diperbarui: 22 Februari 2021   12:04 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: pixabay.com

"Manusia itu (dahulunya) satu ummat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian, di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus" (QS. Al-Baqarah: 213).


Pembaca yang budiman,

Seperti yang termaktub dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala di atas, Dia-lah yang memberikan hidayah kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.

Hidayah adalah bimbingan atau petunjuk yang diberikan oleh Allah SWT untuk seseorang, berupa terbukanya hati dan lapangnya dada untuk meyakini kebenaran agama Islam. Sedangkan jalan yang lurus merupakan nikmat yang besar yaitu nikmat hidayah agar kita mampu memilah mana yang haq (benar) dan yang bathil (salah). Dengan hidayah, Allah memudahkan kita melakukan kebaikan.

Dalam memelihara nikmat hidayah ini, contohnya adalah berkumpul dalam sebuah majelis ilmu. Berkumpul bersama orang-orang yang sholeh/sholehah di majelis ilmu, dapat mengingatkan dan mengarahkan kita kepada kebaikan, karena manusia tempatnya lupa, khilaf dan salah. Oleh karenanya, dianjurkan agar kita memelihara nikmat hidayah tersebut agar senantiasa dalam petunjuk-Nya.

Hidayah adalah sebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Sehingga barangsiapa yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala untuk meraihnya, maka sungguh dia telah meraih keberuntungan yang besar dan tidak akan ada seorangpun yang mampu mencelakakannya.

Allah Ta'ala berfirman:
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)" (QS al-A'raaf:178).

Dalam ayat lain, Dia Ta'ala juga berfirman:
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya" (QS al-Kahf:17).

Ada tujuh hal yang menghalangi manusia mendapatkan hidayah:


Pertama, kurangnya ilmu dan pemahaman terhadap kebenaran.
Itulah sebab ber-thalabul ilmi sangat penting dalam ajaran Islam. Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim" (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir no. 3913)
Ilmu adalah kunci segala kebaikan. Ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan pada kita. Taksempurna keimanan dan taksempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.

Kedua, hati kita kotor akibat selalu bermaksiat.
Memiliki ilmu saja tidaklah cukup, tetapi hati harus senantiasa bersih, penyakit hati harus diobati dengan dzikir (mengingat Allah), karena makanan hati adalah dzikir.

Allah SWT berfirman:
Kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini". (QS. Al-Kahfi: 24)

Ketiga, sombong dan dengki
Orang yang sombong itu memandang dirinya lebih sempurna dibandingkan dengan yang lain. Dia memandang rendah, hina dan lainnya. Rasulullaah SAW bersabda: "Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia (HR. Muslim No. 2749 dari Abdullah bin Mas'ud)

Kenapa iblis tidak mau bersujud kepada Nabi Adam a.s.? Sebab, iblis sangat dengki terhadapnya. Karena itu, barang siapa di antara kita memiliki sifat dengki, maka sungguh kita telah memiliki salah satu sifat iblis. Rasulullah SAW bersabda, "Melepaskan dua ekor srigala lapar di kandang kambing tidak lebih besar bahayanya di bandingkan dengan seorang Muslim yang rakus terhadap harta dan dengki terhadap agama. Sesungguhnya dengki itu memakan habis kebaikan, seperti api melalap habis kayu". (HR. At-Tirmidzi)

Keempat, lebih mencintai kehormatan daripada kebenaran.
Hal seperti ini terjadi pada orang yang tidak ingin kehilangan kewibawaannya bila ia mengikuti jalan yang benar karena kebanyakan orang-orang yang kehidupannya berada, mereka di luar jalan yang benar. Mereka melakukan segala cara untuk menaikkan derajat kehormatan dihadapan mahkluk, daripada melakukan muhasabah atas segala khilaf dan dosa yang diperbuat dalam menapaki jalan yang lurus menuju hidayah. Maka solusi yang tepat ialah menguatkan hati untuk tetap istiqomah di jalan kebenaran apapun resiko yang akan dihadapi.

Kelima, kecintaan keluarga dan kerabat lebih dari kebenaran yang datangnya dari Allah SWT.
Paman Nabi yaitu Abu Thalib, meski membela dan melindungi dakwah Rasulullaah, ia tetap musyrik dan lebih memilih agama leluhurnya karena hubungan kekerabatan dan kecintaannya pada keluarga. 

Bahkan jelang meninggalnya, Rasulullah mengajaknya bertauhid, namun ia lebih memilih agama yang dianut para pendahulunya. Memasukkan hidayah ini ke dalam hati seseorang bukanlah tugas Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebab hati hamba berada di tangan Allah, Dia yang membolak-balikannya sesuai dengan kehendak-Nya. Sehingga orang yang paling Beliau cintai sekalipun, tidak mampu dijadikan menjadi seorang muslim, yang mau menerima petunjuk.

Keenam, adanya permusuhan antara seseorang dengan orang lain.
Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara, sehingga tidak sepantasnya ada kebencian yang mengakar dalam diri mereka, permusuhan yang bekepanjangan. Islam adalah agama penuh rahmat untuk semesta.

 Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (QS.Al-Hujurat {49}:10). 

Dengan rahmat-Nya, maka Allah memberikan hidayah kepada orang yang dikehendaki-Nya.

Ketujuh, lebih mencintai negaranya daripada kebenaran.
Seseorang yang lebih memilih negara dan tanah airnya dari pada menjalankan apa yang seharusnya dilakukan menurut islam. Biasanya kenyataan seperti ini rentan pada orang yang imannya masih lemah. Oleh karena itu untuk menghindari masalah ini maka pertebalah keimanan kita terhadap Islam.


Demikian, semoga kita terhindar dari tertutupnya pintu hidayah, senantiasa bermohon kepada Allah SWT agar Ia memberikan petunjuk serta kemudahan dalam menggapai kebenaran, jalan lurus bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa, aamiin.

***

Sumber: rangkuman catatan kajian keislaman oleh ustadz pembimbing.

Referens: 1, 2, 3, 4, 5, dan 6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun