Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Sihir, Hanya Sekadar Mampir

6 Desember 2020   10:06 Diperbarui: 6 Desember 2020   11:51 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://dayaillahi.wordpress.com

"Kenopo aku digowo mrene?" (Kenapa saya dibawa kemari?) tanyaku kepada Mas Dan -sebut saja begitu- yang mengajakku ke ruangan ini.

"Kenapa kamu ganggu adik ini, hah?!" Mas Kim -juga sebut saja begitu- malah justru membentakku.

"Lah, kenapa marah, tho? Awakmu nesu karo sopo tho, Mas? Opo salahku?" (Dirimu marah sama siapa, Mas? Apa salahku?) Saya malah bingung. "Ono opo tho iki?" (Ada apa sih?)

"Sis, kamu sadar, tah?" Mba Kar -sebut saja namanya begitu- memegang lenganku, menelisik wajahku. "Ya, sadarlah, Mba. Ono opo sakjane?" (Ada apa sebenarnya?) saya beneran masih bingung.

"Dek, kamu tadi terlihat aneh ketika debat. Ekspresi wajahmu itu bukan Dek Siska yang kami kenal. Kami melihat ada sesuatu yang ganjil, gitu lho. Apalagi sinar merah dari matahari tadi, memancar ke ruangan menerpa kamu. Kok, tiba-tiba makin emosi begitu. Makanya saya nge-cut kamu bicara di forum." Mas Dan menjelaskan.

"Apanya sih yang aneh?" Saya menyapu pandangan ke mereka.

Saat itulah, tiba-tiba kejadian aneh itu muncul.

Kaki kanan saya terasa ada 'hawa' mengalir, dari paha turun ke lutut, dari lutut ke tulang kering, lalu ke mata kaki. Saya kaget bukan kepalang! Benda tak kasat mata itu seolah berjalan-jalan dengan enaknya di kaki kaki, tepatnya di bawah kulit. Saya benar-benar merasakan pergerakannya!

"Ya, Allah, opo iki, Mba?!" (apa ini?) seruku ke Mba Kar.

"Nah, tenan tho opo omonganku!" (Nah, benar kan apa saya bilang) Justru Mas Kim yang menyahut. Awal bicara dengan membentak, kini mendadak serius. Sejak tadi dia duduk di atas kursi memperhatikan  saya.

"Sis, kamu dzikir aja terus, nanti kita jelasin," Mba Fin -sebut saja begitu- yang sedari tadi diam saja duduk di sofa, kini menghampiri dan mengelus pundak saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun