Mohon tunggu...
Susilawati
Susilawati Mohon Tunggu... Dosen - Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Penggiat Medsos. Sadar Berbangsa dan Bernegara. Jadilah pemersatu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatanku

28 Oktober 2020   06:00 Diperbarui: 28 Oktober 2020   06:17 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Entah apa judul yang tepat untuk tulisan saya kali ini. Begitu banyak tulisan yang sudah saya tulis selama masa covid, sudah lebih dari 70 judul. Menulis menjadi kesukaan baru bagi saya dan sebagai tempat mengekspresikan rasa hati.

Semua orang memiliki cerita indahnya sendiri, demikian juga aku, sebagai orang yang senang dengan aktivitas outdoor selama sebelum covid khususnya. Mungkin tak seindah cerita orang lain, tapi aku coba mengenang dan menelusuri kembali momen-momen yang mengesankan bagiku dan keluargaku. Hanya hal-hal seperti ini yang membuatku bangga dan kebahagiaan yang kami punya.

Saat diterima sebagai mahasiswi di Universitas Pertahanan (Unhan) tahun 2016, mungkin aku dianggap sebagai mahasiswi senior mengingat usiaku telah memasuki kepala empat, namun secara fisik tidak terlalu terlihat perbedaannya dengan mahasiswi lain yang memang masih muda dari umur dan fisik. 

Karena memiliki semangat yang selalu siap menjalani semua proses dan giat terkait fisik atau latihan dasar militer yang menjadi khas di kampus ini. Unhan sebagai kampus bela negara sebagai tempat bertemunya dan meleburnya (melting point) antara sipil dan militer agar terbentuk pikir, sikap dan perilaku kreatif serta memiliki karakter disiplin tinggi,  peduli dan cinta terhadap tanah air.

Di awal pendidikan, kami semua sebagai mahasiswa diarahkan untuk tinggal di barak prajurit TNI yang memiliki kapasitas dalam satu ruangan sekitar 70 orang yang sudah dibagi sesuai jenis kelamin. Pengalaman baru tentunya bagi saya masih memiliki kesempatan merasakan bagaimana tinggal di barak dengan banyak orang serta kamar mandi yang digunakan bersama. 

Aku memilih tempat tidur tidak jauh dari letak kamar mandi agar jika malam hari mendadak ingin ke kamar kecil tidak terlalu jauh berjalan, karena lorong barak cukup panjang. Jika terbangun tengah malam sendiri sebenarnya ada rasa takut, apalagi suasana gelap dan hening ditambah lingkungan barak yang sepi jauh dari aktivitas sosial dan terletak di atas bukit.

Setelah melalui proses persiapan untuk melakukan giat outbond, kita semua diberangkatkan ke Gunung Bundar yang terletak di kabupaten Bogor. Sampai di Gunung Bundar kami ditempatkan lagi di barak yang kapasitasnya kurang lebih untuk 100 orang, lebih sederhana dari barak sebelumnya karena hanya terbuat dari papan/kayu seperti tempat tidur sepanjang lorong bangunan dan jendela yang juga tidak ada penutupnya, seperti sengaja didesain belum selesai mengesankan agar dalam tidur juga harus  waspada khawatir ada orang yang mengganggu, oleh karena itu dibuat aturan setiap satu jam bergantian dimulai dari jam 11 malam ada satu orang yang berjaga hingga jam 4 pagi. Dengan begitu yang lain bisa tidur nyenyak, begitu terus selama seminggu kami berada di Gunung Bundar. 

Selama itu kami semua tidur di atas papan yang dialasi matras atau kain agar sedikit lembut alas tidurnya. Karena sudah kelelahan dan mengantuk akhirnya langsung tertidur dan memang harus tidur agar badan fit untuk menghadapi giat keesokan harinya. Aku bangun pagi lebih awal agar tidak perlu mengantri saat ke kamar mandi karena kamar mandi digunakan bersama, langsung mandi dengan air yang sangat dingin, tidak ada pilihan lain memang harus mandi karena sudah terlalu penat agar badan segar kembali. 

Setelah sarapan yang dikirim ke barak, kami melakukan latihan baris berbaris di lapangan, hingga matahari terik menerpa masih tetap menjalani berbagai macam giat. Permainan yang menekankan unsur kepemimpinan, disiplin dan jujur, serta giat survival seperti jalan di atas tali di ketinggian tertentu, menyeberang dengan tali tunggal dalam posisi memeluk tali tersebut dapat dilalui dengan baik. Menjelajah hutan dan memakan tanaman yang bisa dimakan selama berada di hutan serta pengobatan dengan menggunakan tanaman yang dianggap dapat menyembuhkan. 

Namun ada satu giat yang sangat mengesankan bagi saya dan mungkin teman lainnya yaitu caraka malam, kita berkelompok ditugaskan untuk mengirimkan sebuah pesan dan harus sampai ke penerima pesan dengan kalimat yang tidak kurang dan tidak lebih, mungkin bagi rekan TNI giat seperti ini hal biasa tapi bagi sipil ini berbeda dan sangat menarik menurut saya. 

Bagaimana tidak, kita harus berjalan pada malam hari melalui hutan gelap gulita dan belum pernah tahu jalan yang akan dilalui serta harus mencari jalan sendiri bagaimana agar bisa sampai ke tujuan dengan selamat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun