Setiap manusia selalu terjalin hubungan dengan manusia lain, bisa berupa hubungan formal seperti pegawai dengan bos, maupun hubungan non-formal, seperti persahabatan, pertemanan, asmara dan keluarga.Â
Dalam berhubungan yang memerlukan komunikasi verbal, kadang ditemukan orang-orang yang berusaha mendominasi lawan bicara dengan bermanipulasi, hal ini dikenal gaslighting.
Perilaku ini sering terjadi dalam hubungan bersama pasangan, biasanya akan terlihat ketika merasa hubungan yang dibangun sudah menjadi toxic karena pasangan melakukan tindak kekerasan, menipu, mempermainkan perasaan hingga perselingkuhan.Â
Pelaku atau gaslighter disini mencoba mengarahkan pembicaraan yang menyudutkan korban, juga kerap tersalahkan jika muncul konflik dalam hubungan.
Pengertian GaslightingÂ
Mengutip dari kompas.com, perilaku gaslighting adalah jenis kekerasan mental atau emosional yang membentuk ketidakpercayaan dan keraguan dalam memandang realitas dengan sengaja. Sederhananya, gaslighter akan mengontrol emosional korban dengan menciptakan narasi palsu dan sesat agar korban mempertanyakan realitas pada dirinya.
Tindakan gaslighter dilakukan secara terbuka dan konsisten pada cerita buatannya, tentu sikap berbohongnya membuktikkan korban benar-benar salah.Â
Misalnya dengan kata-kata populer "kamu terlalu dimasukkan ke hati" yang menunjukkan kalau korban sedang menghadapi masalah dan bereaksi berlebihan akan bertanya-tanya tentang kontrol emosinya. Lalu, seketika korban berpikir jika dirinya yang terbawa perasaan (baper).
Selain itu, ada beberapa kategori gaslighting dalam hubungan, diantaranya:
1. Countering, perilaku yang menyangkal kebenaran dan ingatan peristiwa yang terjadi pada korban.
2. Withholding, perilaku menolak atau berpura-pura tidak mendengarkan bahkan tidak mengerti perkataan korban.