Organik secara umum bisa diartikan alami, selaras dengan alam, berbahan lokal, mudah didapatkan , dan istilah umumnya berkelanjutan.
Upaya pertanian organik menjadi salah satu komponen penting dalam mendukung proses produksi yang ramah dan tentu berkelanjutan. Beberapa organisasi yang fokus dalam organik sebut saja IFOAM (International Federation of Agriculture Movement ) di tingkat internasional, ada AOI berbasis nasional (Aliasi Organis Indonesia) berkantor di Bogor dan beberapa organisasi lokal seperti BITRA Indonesia tempat saya bekerja, ada juga Petrasa di Dairi (Sumatera Utara) , ada Jamtani di Pangandaran. Dan ratusan individu, professional, UMKM dan LSM yang bergerak dalam bidang pertanian dan produk organik lainnya.
Boleh dikatakan bahwa produk organik sudah diatur  dengan SNI (Standard Nasional Indonesia) terkait pangan, pertanian dan produk olahan lainnya yaitu SNI 6729-2016.  Tentu sebuah kebijakan yang sangat penting terkait dengan berbagai upaya pemanfaatan energi tetapi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Penggunaan pupuk kimia sintesis yang dimulai sejak revolusi hijau kini dikoreksi karena ancaman perubahan iklim sebagai salah satu penyumbang kerusakan lingkungan yang cukup tinggi. Â
Dulu dan bahkan kini, pupuk kimia buatan pabrik dinilai memiliki energi dan nutrisi yang baik untuk produksi yang tinggi. Tapi setelah puluhan tahun kemudian, manusia semakin sadar bahwa penggunaan pupuk kimia sangat signifikan menyumbang pada percepatan emisi gas rumah kaca.Â
Kita tahu bahwa produksi pupuk kimia sintesis diproduksi di pabrik besar yang menggunakan energi fosil (minyak, gas, listrik) yang sudah semakin terbatas. Bahan-bahan pupuk kimia seperti nitrorgen, posfat, Â kalium, kalsium dan berbagai zat lainnya semakin terbatas. Dan proses serta produksi input kimia ini sangat butuh energi besar.Â
Menyikapi hal ini, salah satu alternatif mengurangi ketergantungan pada produksi ini adalah memulai sebuah pertanian organik. Beberapa lembaga diatas sudah menginisiasinya bahkan ada yang sudah puluhan tahun melakukanya.Â
Fokusnya adalah meningkatkan kapasitas warga desa terutama petani.Jika pemerintah lebih ke upaya skema-skema bantuan, proyek dan juga insentif. Maka upaya lembaga ini berupa mendorong partisipasi petani untuk melakukan pertanian organik sebagai upaya berkelanjutan dalam menjaga bumi.Â
Memanfaatkan Limbah Kotoran Ternak Untuk Pupuk Organik Sebagai Sumber Energi , Nutrisi Bagi Tanaman
Potensi ternak yang sangat berlimpah di desa-desa di Indonesia tentu secara otomatis menghasilkan kotoran ternak. Jika dibiarkan secara terbuka kotoran ternak ini juga menyumbang pada peningkatan gas methana ke udara.Â
Gas ini juga sangat berpotensi dalam mempercepat perubahan iklim. Tentu menyumbang pada emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Sehingga beberapa lembaga tersebut mendorong partisipasi petani untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi pupuk organik.Â