Saya kenal3 orang pendamping PKH dari latar belakang berbeda. Tapi saya lihat rata-rata orangnya membumi. Tidak ekslusif. Pengetahuan dan gaya hidup mereka sederhana dan uni.
Tapi bagi saya apapun sebutan mereka apakah operator, pendamping. Saya lihat mereka orang-orang keren. Orang-orang sosial. Kadang terlihat duduk makan bersama pendamping, diantara orang-orang miskin, bercengkrama. Tapi di sisi lain terlihat keren dengan labtop di tangan dan kertas-kertas di depan mata.Â
Saya melihat mereka tidak ragu minum bersama, duduk bersama, diskusi bersama para penerima manfaat. para ibu-ibu yang tinggal di pemukiman miskin. Ada kegembiraan disana.Â
Jumlahnya juga cukup banyak. Ini menjadi asset negara yang terus didorong semakin terasah empatinya dan keahliaanya....
Beri Pancing Beberapa kali, Kemandirian adalah keharusan
Si lajang sulungku selalu menagih janji untuk pancing baru. Minggu lalu dia dan bapaknya membeli peralatan pancing di Pajak Melati. Tidak cukup memang sekali memberi bantuan PKH. Harus ada beberapa kriteria bahwa kemiskinan  telah tuntas. Apa indikator mereka mulai sejahtera. Sehingga tidak akan didampingi lagi.
Akan memberi kesempatan kepada yang lain untuk menerima bantuan PKH. Â Bentuknya yang tidak flat juga sangat baik untuk keadilan. Misalnya lebih besar bagi yang punya anak balita atau sedang hamil.Â
Tetapi akan berkurang jumlahnya ketika dilihat bahwa keluarga penerima manfaat sudah mulai sejahtera. Kemandirian adalah kata kunci. Ketika kita beri pancing, penerima manfaat akan berusaha. Terus aktif. Mencari kolam baru. Â Persiapkan pancing . Anakku di awal-awal 100 persen masih dibantu Bapaknya memasang umpan, memperbaiki kail yang patah, mencari umpan cacing di tanah, atau hanya sekedar mencuci tanggok yang kotor. KIni secara perlahan, dia melakukannya sendiri. Mata pancing rusak, sudah ganti sendiri yang baru. Â Bahkan pernah memancing bersama teman-teman sebaya, mereka menyiapkan lauk sendiri, menyiapkan bontot nasi sebagai bekal. Sebuah kemandirian yang semakin kokoh. Demikain juga para penerima manfaat, yang dulu benar-benar 100%, bisa dikurangi, didampingi intens, mulai bangkit dan berusaha. DAn akhirnya bisa meningkat ekonominya. Dan akhirnya lepas dari kemiskinan.
Perlu pengorbanan, kontribusi dan pemikiran
Sama dengan proses memancing. Tentu perlu pengorbanan. Harus bermodal. Saat masuk ke sebuah kolam pemancingan dibutuhkan dana walaupun kecil untuk biaya masuk. Biayanya bervariasi. Ada yang 20.000/jam. Ada yang gratis, tetapi kalau sudah dapat ikan bayar 15.000/kilogram. Begitulah program PKH, setiap penerima manfaat juga harus bisa mengelola uang yang diterimanya bagi kesejahteraan hidupnya. Tambahan modal. suntikan dana segar, dana emergency. Bantuan PKH tidak seratus persen menjadi tanggungjawab pemerintah atau pendamping. Ada tanggung jawab  keluarga penerima manfaat. Mereka berkontribusi modal, tenaga, bahkan ide-ide untuk terus berjuang agar tarif hidupnya naik.
Dengan kontribusi sendiri, maka keswadayaan akan terbangun. PKH mendidik juga bahwa setiap orang memiliki asset yang berharga. KArena saat memberikan bantuan ada juga nilai berbeda satu dengan yang lain. Semiskin-miskinnya sebuah keluarga pasti mereka memiliki sumber daya, baik tenaga, waktu, bahkan mungkin tempat. Karenanya program PKH adalah program pemberdayaan. Semua orang adalah kaya. PKH hanya mengisi ruang-ruang tertentu dalam kehidupan sebuah keluarga agar bisa keluar dari kemiskinan. Memacu setiap orang untuk produktif, keluar dari jala kemiskinan. Sama dengan anakku yang dulu saat mancing hanya banyak teori. Banyak cakap. Awal dulu tak pernah membawa hasil pancing. Bahkan anak ekor nila, lele atau sejenisnya. Tapi kini sudah mulai terlihat hasilnya.Â