Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Lama Sudah Menikah: Pilih Punya Anak ataukah Cerai?

13 Desember 2014   20:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:22 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bincang-bincang dengan seorang teman laki-laki, yang sudah menikah beberapa tahun. Namun, belum dikarunia anak. Ia bertanya kepada saya tentang solusinya. Sebelum saya jawab, saya mengajukan pertanyaan. Apakah mempunyai anak termasuk prioritas dalam menikah (membangun keluarga)? Dia jawab secara samar: tidak. Cukup menikah saja yang penting bahagia. Saya menimpali, berarti memiliki anak bukan termasuk prioritasnya dalam menikah. Lalu, bagaimana kira-kira dengan pendapat istri? Kurang dapat digali.

Pada bagian lain, kadang katanya muncul rasa khawatir, kalau sudah tua nanti, ketika sakit. Kira-kira siapa yang merawat kalau tidak mempunyai anak? Ini perasaan normal, kadang rasa cemas menghampiri. Dalam keadaan demikian, suami/istri, suadara, dan kerabat dekat mungkin masih bisa diandalkan untuk saling menolong.

Saya kira, plus-minus, positif-negatif antara memertahankan hubungan pernikahan yang bermasalah dengan opsi mempunyai anak itulah yang harus ditimbang untuk diputuskan.

Tentu banyak hal lain yang menjadi bahan pertimbangan. Namun, jamak pertimbangan bagi sebagian orang menjadi dasar putusan yang lebih objektif. Barangkali bagi sebagian lagi, bisa justru menjadi hambatan untuk mengambil keputusan.

Dalam menjawab soal teman, yang minta solusi tadi. Jika masih ingin punya anak. Saya berkata begini: Pertama, cari upaya berobat (dokter/ahli) yang lebih blak-blakan benar ada masalahnya -abaikan dokter yang memberikan "harapan palsu" -normal saja tapi kok momongan tak muncul. Kedua, setelah mendapat diagnosa yang objektif; jika suami/istri -salah satunya bermasalah; divorce secara baik-baik dapat dipertimbangkan jika tidak ada kemufakatan lain. Seraya berupaya secara maksimal, berdoa kepada Tuhan disertai dengan sikap pasrah. Menyerahkan diri kepada putusan Ilahi juga menjadi prioritas, tidak bisa dikotak-kotak, doa sekaligus upaya atau sebaliknya usaha serta doa.

Anda pembaca yang mengetahui solusi lain, mohonlah kiranya memberi komentar, siapa tahu terbaca oleh teman saya dan menjadi solusi baginya. Terima kasih kami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun