Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membalas atau Memaafkan Sebuah Pilihan?

22 Mei 2020   15:31 Diperbarui: 22 Mei 2020   15:38 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: hcspire By Olivia Pan

Anda, punya pilihan atas perlakuan buruk orang lain, membalas berupa pengaduan ke pihak berwajib. Sebaliknya, memaafkan sesegera mungkin kalau ingin itu.

Kurasa tak perlulah berlebihan pada satu kubu ide: harus membalas dan harus memaafkan. Karena, membalas dan memaafkan juga sesuatu yang pribadi, sosial, bahkan ada lembaga pemerintahan yang mengurusi itu.

Membalas atau memaafkan yang dipaksakan betapa tidak tulusnya. Sebagaimana anak SD yang berkelahi, tiba-tiba guru datang menenangi seraya menarikkeras dua tangan anak yang lagi puncak marah. Ayo salaman dan bermaafan! Sebab kalau tidak, Bapak atau Ibu akan menghukum kalian berdua.

Betapa pola memaafkan demikian masih bertumbuh di kalangan orang dewasa. Berupa maaf yang dipaksakan. Seperti sebuah negara mengembargo negara lain berupa tekanan militer, ekonomi, dan politik?

Nah, pada Idul Fitri ini ada banyak anjuran untuk memaafkan! Itu bagus dan baik sekali! Tapi, juga ingatlah membalas juga ada dasar hukumnya. Maka membalas dan memaafkan itu: pilihan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun