Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Inilah Dia "Honor & Horor" Menulis di Kompas dan Kompasiana?

16 Desember 2016   10:02 Diperbarui: 4 April 2017   16:15 9143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beragam motif dan motivasi menulis? Satu di antaranya dapat honor/honorarium;upah sebagai imbalan jasa (yang diberikan kepada penulis). Besarannya beragam, sesuai dengan kebijakan koran yang bersangkutan, honarium menulis di koran berkisar Rp100.000 -1000000 (seratus ribu rupiah hingga satu juta rupiah) per satu tulisan artikel opini atau cerpen. Honor di Kompas, kabarnya, 500-600 ratusan ribu? Inilah dia hadiah menulis, kalau terbit.

Di Kompas

Jadi, kalau Anda menulis di Kompas, bisa dapat honor atau sebaliknya “horor?” Rasa takut, khawatir, atau cemas tulisan ditolak? Secara pribadi, saya mengirimkan beberapa artikel ke Kompas. Namun, aku masih taraf (mutu) penolakan yang disertai surat pengembalian. Semacam “horor” atau hukuman dalam menulis-lah.hahahaha!

Inilah dia contoh Surat Pengembalian Artikel Kompas, saat tulisan kita ditolak...

Yth. Sdr Abdul Hakim Siregar

ditempat.

Disertai salam dan hormat,

Kami memberitahukan bahwa pada tanggal 13 Agustus 2016 Redaksi Kompas telah menerima ARTIKEL Anda berjudul "Awas Salah Berantas Pendidikan". Terima kasih atas partisipasi dan kepercayaan yang Anda berikan kepada Kompas.

Setelah membaca dan mempelajari substansi yang diuraikan di dalamnya, akhirnya kami menilai ARTIKEL tersebut tidak dapat dimuat di harian Kompas. Pertimbangan kami,

√ kesulitan mendapatkan tempat

Harapan kami, Anda masih bersedia menulis lagi untuk melayani masyarakat melalui Kompas, dengan topik atau tema tulisan yang aktual dan relevan dengan persoalan dalam masyarakat, disajikan secara lebih menarik.

Untuk kelengkapan administrasi, bila mengirimkan tulisan mohon disertakan pas foto (Abaikan bila sudah pernah kirim). Terima kasih.

Jakarta, 19 Agustus 2016

Hormat kami,

Desk Opini Kompas

C A T A T A N :
 Kriteria umum untuk ARTIKEL Kompas :
 1. Asli, bukan plagiasi, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekadar kompilasi, bukan rangkuman pendapat/buku orang lain .
 2. Belum pernah dimuat di media atau penerbitan lain termasuk Blog, dan juga tidak dikirim bersamaan ke media atau penerbitan lain.
 3. Topik yang diuraikan atau dibahas adalah sesuatu yang actual, relevan, dan menjadi persoalan dalam masyarakat.
 4. Substansi yang dibahas menyangkut kepentingan umum, bukan kepentingan komuninas tertentu, karena Kompas adalah media umum dan bukan majalah vak atau jurnal dari disiplin tertentu.
 5. Artikel mengandung hal baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik informasinya, pandangan, pencerahan, pendekatan, saran, maupun solusinya.
 6. Uraiannya bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena.
 7. Penyajian tidak berkepanjangan, dan menggunakan bahasa populer/luwes yang mudah ditangkap oleh pembaca yang awam sekalipun. Panjang tulisan 3,5 halaman kuarto spasi ganda atau 700 kata atau 5000 karakter (dengan spasi) ditulis dengan program Words.
 8. Artikel tidak boleh ditulis berdua atau lebih.
 9. Menyertakan data diri/daftar riwayat hidup singkat (termasuk nomor telepon / HP), nama Bank dan nomor rekening (abaikan bila sudah pernah kirim).
 10. Alamat e-mail opini@kompas.co.id

Aku Jawab dengan:

Salam dan hormat juga atas penolakan dan pengembalian Artikel Opini saya. Abdul Hakim Siregar. Pada surat lain, saya sebutkan, terima kasih atas catatan Kriteria umum untuk ARTIKEL Kompas.

Salam, Abdul Hakim Siregar

Di sinilah, satu kelebihan Koran Kompas, kesigapan Redakturnya menyampaikan pemberitahuan, apakah tulisan Anda dimuat atau tidak? Tak percaya, coba kirimkan bagi yang belum, Rekening Anda bisa segera bertambah kalau tulisan dimuat? Atau masih setingkat saya dapat pemberitahuan pengembalian. Ini bahasa santunya Kompas. Tapi, aku terus-terang saja, penolakan?

Nah, penolakan terhadap artikel itulah kadang yang menjadi “horor” rasa takut, khawatir buat penulis pemula? Pasalnya, kadang penolakan itu dianggap bersifat umum? Masih ingat Anda dapat penolakan dari calon pasangan? Apa di benakmu? Bisa beranggapan, serba kekurangan dalam segala hal? Begitu juga kadang perasaan dalam menulis, kalau terus ditolak? Ada mengira, ia tak begitu kompeten menulis? Untuk itu, honor (upah; hadiah) dan horor (takut; hukuman) dalam menulis perlu agak di kesampingkan, agar mentalitas terbangun dulu? Dengan sendiri, nilai material menyusul?

Di Kompasiana


Tulis, tayangkan! Jangan lupa, editing atau sunting jugalah ke Kompasiana. 

Aku pernah ditegur Bos Kompasiana, dengan menghapus postingan sisipan gambar. Katanya, tak menyertakan sumber asli? Padahal, saya buat lho. Bela diri ini! Cuma, aku gunakan search Google gambar, lalu copypaste saja. Eh, rupanya memang tak boleh gitu di Kompasiana? Plagiat ya?Hehe. Sadar dirilah, aku! Ya, semacam “horor/hukuman” jugalah yang sempat menaikkan tensi adrenalin darahku?ehmm. Kini, reda!

Itu dari admin atau redaktur Kompasiana. Bagamaina dengan “horor-teror/ancaman” sesama kompasianer? Itulah, dia sebagian komentar yang menohok kita?Ahai! Tak usahlah kusebut contoh dan nama kompasianernya di sini? Kurang etis! Kalian yang mendapatinya mungkin juga merasakannya.

Ya. Semacam “teror” kecil-kecilan di dunia ke penulisan? Aku, berharap “horor” ketakutan dikomentari tak juga menghantui kita? Satu-satunya, yang paling menghambat penulis pemula ialah horor dalam dirinya sendiri, bukan yang dibuat orang lain? Asal kita sudah berupaya baik-baik, dan mematuhi etika jurnalistik?

Hanya itu, yang kutahu, dengar-dengar sih ada juga yang dapat “honor” di Kompasiana, karena mengikuti event atau lomba yang diadakan pihak Kompasiana? Aku belum pernah ikut itu. Jadi, tak tahu banyak tentang honor itu?

Singkat kata, itulah honor dalam menulis di Kompas atau Kompasiana mendapati uang atau nilai penghargaan, sedangkan horornya berupa penolakan atau komentar yang sedikit agak kurang empati dan simpati?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun