Mohon tunggu...
Sintya Dewi
Sintya Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Sriwijaya

Mahasiswi Universitas Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perluasan Kenakalan Remaja: Epidemik Bullying di Kalangan Pelajar

18 November 2023   10:58 Diperbarui: 18 November 2023   11:04 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar:Ryan Johnson for NPR 

Kenakalan remaja yang marak diperbincangkan saat ini ialah tentang bullying, miris sekali. Bullying merupakan suatu penindasan yang timbul dari perilaku seseorang yang agresif dan tempramen. Perilaku tersebut bersifat merendahkan, menyakiti atau mengintimidasi orang lain secara terus menerus. Ini bisa terjadi secara fisik, verbal atau melelui media sosial, dan memiliki dampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional korban. Mereka yang melakukan pembullyan ini tidak merasa bersalah atas sikap yang diperbuatnya meski tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan sebagai pelajar.

Fenomena bullying seperti epidemi atau penyakit menular dengan cepat yang menimbulkan banyak korban. Bullying kini berkembang pesat di lingkungan sekolah berbagai jenjang. Terbukti setiap ada kasus bullying, pelaku dan korbannya sama-sama pelajar. Kejadiannya pada saat aktivitasnya sedang tidak dalam pengawasan para pengajar. Pelaku nyaris tidak diketahui apabila korban tidak melapor, hal ini karena bullying kurang mendapat perhatian sehingga jatuh korban. Perhatian yang kurang bisa saja disebabkan karena memang efek bullying tida tampak secara langsung juga tidak terendus karena banyak korban yang tidak melapor, entah itu karena takut, malu atau bahkan diancam karena alasan lain. Tetapi ada juga korban dan pelaku yang dilaporkan oleh saksi sebagai perlawanan atas perbuatan dari aksi bullying tersebut.

Banyak faktor yang menjadi penyebab bullying ini. Namun faktor yang sering ditemukan yaitu adanya ketidakseimbangan antara pelaku dan korban bisa status sosial, ukuran badan, fisik, kepandaian komunikasi hingga gender. Adanya penyalahgunaan ketidakseimbangan kekuatan sebagai kepentingan pelaku dengan cara mengganggu atau mengucilkan korban. Tetapi ada juga penyebab lain yang menyertai biasanya terkait lingkungan pergaulan yang salah dan pengaruh dari teman sebaya.

Secara tak kasat mata bullying memang tampak seperti guyonan biasa kepada anak-anak. jangan kira ini hal yang biasa dan tidak menimbulkan dampak serius. Ejekan secara verbal sangatlah berbahaya. Terkadang orang tua dan guru menganggap teguran sudah cukup untuk mengatasi bullying di sekolah. Padahal, ini sebenarnya luka emosional atau psikis yang lebih dalam serta menyakitkan dan ini efeknya bisa jangka panjang. Ini karena orang tua dan guru minim akan pengetahuan tentang bullying dan dampaknya terhadap anak. pengetahuan ini sangatlah penting untuk melihat masalah yang ada disekitar anak serius atau tidak.

Bagi anak yang menjadi korban bullying tentu berdampak pada masalah kesehatan mentalnya. Korban bully merasa terisolasi secara sosial, tidak memiliki hubugan baik dengan orang tua, tidak memiliki teman dekat, ini bis amenjadi trauma yang panjang. Trauma ini sangat mempengaruhi penyesuaian diri anak dengan lingkungan terutama sekolah. Beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa bullying menjadi faktor utama yang bisa mempengaruhi prestasi akademik hingga putus sekolah.

Bagi pelaku, bullying bisa membuat pelaku memiliki empati yang minim dalam interaksi sosial. Biasanya hiperaktif hingga prososial dan mengalami perilaku abnormal. Ini berkaitan dengan respons si pelaku dengan lingkungan sosial sekitarnya.

Namun ada juga anak yang menjadi korbal dan juga menjadi pelaku bullying. Ini adalah tingkat gangguan mentalnya menjadi lebih besar. Pada level ini, anak merupakan individu yang mengalami prososial, hiperaktif. Ini yang lebih mengkhawatirkan dan perlu perhatian dan tindakan yang tepat dari orang tua maupun sekolah.

Akan masalah ini, bagaimana solusinya?

Sekolah harus memiliki program pencegahan, intervensi maupun sosialisasi yang efektif. Sinergii antara orang tua dan sekolah penting dibangun dan diperkuat lagi. Komunikasi yang aktif juga perlu dilakukan antra orang tua dan sekolah. Orang tua perlu mengatahui mengenai perkembangan sekolah anak mereka. Dan jika perlu sekolah punya divisi khusus yang menangani komunikasi dengan orang tua. Atau sekoah membuka hotline yang bisa dihubingi orang tua setiap saat. Bisa juga sekolah membuat website interaktif

Memperbaiki komunikasi orang tua dan anak dirumah adalah hal pentig juga untuk diperhatikan. Pola asuh yang baik adalah yang bis memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan apa yang di rasakan, apa yang ada dipikiran dan hatinya.

Nama: Sintya Dewi

NIM: 06151282126055

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun