Lembang, 10 Oktober 2025
Suara peluit tanda evakuasi terdengar di halaman Pesantren Baitul 'Izzah Nusantara, Lembang. Ratusan santri berlari menuju titik kumpul aman sambil berlindung di bawah kepala mereka, mengikuti instruksi panitia dengan tertib. Suasana pagi itu menjadi pelajaran hidup tentang kesiapsiagaan menghadapi ancaman nyata: gempa bumi akibat aktivitas Sesar Lembang, patahan aktif sepanjang 29 kilometer yang melintasi wilayah Bandung Raya.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program SAKOLA SIAGA (Sinergi Aksi Kolaborasi Siaga Bencana) 2025, hasil kolaborasi antara PT Pertamina Patra Niaga AFT Husein Sastranegara dan Satuan Bhakti Sosial Mahasiswa (SBSM) Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung. Dengan tema "Peningkatan Kesiapsiagaan Bencana dan Mitigasi Sesar Lembang", kegiatan ini menggabungkan edukasi, simulasi, dan aksi lingkungan untuk membangun budaya sadar risiko di lingkungan pendidikan.
Dalam kesempatan ini, AFT Husein Sastranegara juga mengenalkan pentingnya penanaman pohon sebagai upaya peningkatan resiliensi terhadap bencana di kawasan rawan longsor, menariknya dalam sesi ini peserta juga dikenalkan salah satu pohon endemik  Desa Suntenjaya - Lembang yaitu pohon Saninten (Castanopsis Argentea) yang memiliki kelebihan dalam memperkuat struktur tanah dan juga menjadi keanekaragaman hayati yang khas.Â
Sebagai mahasiswa Pengembangan Masyarakat islam yang sedang magang di AFT Husein Sastranegara, saya merasa bangga dapat berpartisipasi langsung dalam kegiatan ini. Saya membantu tim CSR dalam sesi edukasi dan simulasi gempa, di mana peserta diajarkan cara mengenali tanda bahaya, menentukan jalur evakuasi, serta memahami pentingnya kesiapsiagaan.
Bagi saya  kegiatan ini bukan hanya praktik kerja lapangan, tetapi juga bentuk penerapan nyata dari ilmu yang saya pelajari di kampus, khususnya mata kuliah Manajemen Penanggulangan Bencana. Teori yang biasa saya pelajari di kelas  seperti mitigasi, kesiapsiagaan, dan pemberdayaan masyarakat menjadi hidup ketika melihat santri dan santriwati antusias mempraktikkan evakuasi dengan penuh kesadaran.
Program SAKOLA SIAGA menunjukkan bahwa CSR tidak hanya sebatas bantuan ekonomi, tetapi juga investasi sosial untuk keselamatan manusia. Pertamina melalui kegiatan ini berperan aktif membangun resiliensi komunitas, sekaligus memperkuat kapasitas lokal dalam menghadapi bencana. Program ini juga mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) poin 11 (Sustainable Cities and Communities) dan poin 13 (Climate Action), yang menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.
Lebih dari sekadar kegiatan sosial, SAKOLA SIAGA menjadi ruang belajar bersama antara perusahaan, mahasiswa, dan komunitas. Di sinilah saya menyadari bahwa pengembangan masyarakat bukan hanya tentang meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga tentang menjaga kehidupan dan keselamatan.
Ketika simulasi berakhir, wajah-wajah santri dan santriwati memancarkan semangat dan rasa percaya diri. Mereka kini tahu ke mana harus berlari saat gempa terjadi, dan bagaimana melindungi diri serta sesama. Dari momen sederhana itu, saya belajar satu hal penting bahwa ketangguhan masyarakat dimulai dari kesadaran dan pengetahuan sederhana yang ditanamkan dengan hati.