Mohon tunggu...
Singa Kecil
Singa Kecil Mohon Tunggu... -

Wisdom Seeker

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Debat Capres Kedua: Jangan Jadikan 250 Juta Rakyat sebagai Korban Perjudian Politik

16 Juni 2014   17:35 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:31 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Debat kedua Capres antara Prabowo dan Jokowi adalah yang saya tunggu-tunggu selain Duel Spanyol dan Belanda di World Cup 2014. Kenapa? Karena saya kecewa dengan kelangsungan debat perdana yang penuh dengan intrik menjatuhkan personal dan dibumbui indikasi skandal keperpihakan penyelenggara PEMILU, Tim Sukses salah satu Capres, dan petinggi POLRI.

Sejujurnya sebelum menjadi Gubernur DKI, saya adalah salah satu pengagum Jokowi yang mengesankan sosok dari kalangan rakyat biasa, sederhana, hari-harinya dipadati dengan kegiatan mau "blusukan" dan tidak mengambil jarak dengan rakyat, terlebih keberpihakan kepada isu strategis seperti “mobil esemka” menjadi angin segar dan memberi harapan bahwa ada sosok muda yang membelah arus pola kepemimpinan yang selama ini terkesan birokratis, penuh aturan protokoler, susah ditemui rakyat biasa dan menghidupkan kembali asa untuk memiliki produk otomotif karya bangsa sendiri.

Tapi setelah Jokowi terpilih menjadi Gubernur DKI, saya mulai kehilangan respek karena baru mulai menggebrak dengan program-program populis seperti KJS dan KJP, lelang jabatan camat, kampung deret, dan rencanan peremajaan angkutan publik di Jakarta, ia sudah terlihat ambisius setelah membuat press release bahwa ia diberikan mandat untuk menjadi Capres dari PDIP oleh Megawati Sukarno Putri. Padahal belum genap 2 tahun ia memimpin Jakarta, dan ternyata sudah mulai muncul indikasi ketidakberesan seperti adanya kasus korupsi TransJakarta Bahkan di media sosial juga mulai bersliweran informasi tentang berbagai kasus yang patut diduga ada indikasi korupsi seperti Videotron di Solo saat Jokowi masih menjadi walikota. Terbakarnya bengkel Pak Sukiyat di Klaten (bengkel tempat perakitan mobil esemka) setelah dipublikasikan kemiripan yang nyaris 100% antara mobil esemka dan sebuah produk  mobil berkategori SUV dari Guangdong Fooday di China. Mangkraknya mobil esemka setelah Jokowi jadi Gubernur DKI (padahal sudah banyak pemesannya) juga mengindikasikan Jokowi memang diduga sekedar menggunakan mobil esemka sebagai salah satu isu strategis sebagai “kendaraan “ untuk membawanya ke RI-1, karena harus kita akui ia telah berhasil secara spektakuler membuat diferensiasi (sebuah keunikan yang memberikan added value bagi konsumen, dalam hal ini adalah rakyat). Strategi “ positioning”nya 100% berhasil, ia telah sukses membangun citra diri yang jelas, unik, berbeda dan unggul secara relatif dibanding pesaingnya,unggul di dalam benak konsumen.

Kita harus akui bahwa “Jokowi” adalah fenomena baru dalam alam demokrasi di negeri ini , Jokowi sudah menjadi sebuah “brand” atau merk. Akhirnya di belakang hari  baru saya sadari adanya sebuah kelompok elit tertentu yang memiliki jaringan modal dan akses strategis lainnya (jaringan media elektronik, media cetak dan media online) yang sedang melakukan terobosan strategi baru yaitu menciptakan “strategi personal branding di bidang politik dengan target mencapai kepemimpinan tertinggi di negeri ini. Analisis bisnis yang hampir sempurna dan  “positioning” yang tepat dalam mengemas “brand” Jokowi. Jokowi benar-benar menyentuh titik terdalam di benak “pembelinya (dalam hal ini adalah rakyat) dengan keluguannya, kesederhaannya, kedekatannya dengan mengunjungi pasar tradisional, masuk ke gorong-gorong, pakaian yang murah meriah dibiarkan keluar, ukuran badan yang tergolong kurus untuk seorang birokrat dan pejabat. Brand “Jokowi”, jika bisa diumpamakan sebuah produk ia memiliki kemasan indah, rasa yang kuat, warna yang dinamis, kesegaran, dan bersih.

Tapi ada yang terlewatkan oleh mereka yang mengorbitkan brand “Jokowi”, yaitu seorang Presiden bukan sebuah produk an sich. Presiden harus memiliki kualitas leadership yang baik, sedangkan sisi manajerial itu adalah level taktis dan teknis yang didelegasikan kepada segenap menterinya. Ia adalah pemimpin yang menjadi tempat bergantungnya ikhtiar menggapai harapan berkehidupan 250 juta jiwa, tentunya seorang pemimpin semestinya adalah sosok yang paling mengerti inti permasalahan bangsa ini dan problematikanya dalam percaturan dengan bangsa-bangsa lain. Apa perbedaan antara seorang pemimpin dan seorang manager? Saya memiliki perumpamaan, seorang pemimpin adalah seorang yang mengerti di dinding yang mana saya harus meletakkan sebuah tangga, apakah dinding ini salah atau dinding yang tepat menjuju jalan keluar sedangkan seorang manajer selalu berpikir bagaimana cara menaiki tangga itu dengan cepat, dan aman. Pemimpin itu selalu berkelindan dengan gagasan-gagasan besar, manajer berkutat dengan persoalan teknis dan dekat. Pemimpin selalu bertanya Why, What, Where sedang manajer berpikiran How To. Pemimpin itu menginspirasi sedangkan manajer itu bergelut dengan peraturan dan petunjuk operasional. Pemimpin selalu berpikir apakah kita berada di jalan yang salah atau benar, sedangkan manajer berpikir kita harus menggunakan kendaraan ini dan itu.

Dalam Debat kedua, Secara absolut Prabowo unggul atas Jokowi. Kedua Capres sudah menunjukkan jatidirinya, dan ini tidak bisa dikemas dalam “branding”. Berikut beberapa poin penting yang saya sempat catat dari debat kedua ini :

PRABOWO

JOKOWI

Visi Ekonomi Kerakyatan : Kita harus bangun ekonomi yang kuat yang berdiri diatas kaki sendiri, SDA dan kekayaan negeri ini tidak boleh mengalir cuma-cuma ke   luar negeri tapi harus dinikmati rakyat Indonesia, agar rakyat bisa tersenyum. Negeri ini harus berdiri sejajar dan berdaulat secara ekonomi. Kita akan bangun jalan raya, perkeretaapian, pelabuhan ke seluruh negeri. Tabungan Haji, 1 M pertahun ke setiap desa/kelurahan

Visi Ekonomi : Kami sudah berkeliling dan mendengar langsung suara wong cilik, bahwa kita harus berpihak kepada mereka dengan membangun pasar tradisional, memperbaiki manajemen pasar tradisional. Kami akan membangun sistem dengan Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat (kesan blusukan digarisbawahi sekali)

Statement Ketua KPK tahun 2013: Kebocoran APBN kita 7200 T, kita harus menghentikan kebocoran ini target kami 1000 T/Tahun dari ini akan kita alirkan utk membangun jalan raya, pelabuhan, bandara, kereta api, kita alirkan ke desa-desa minimal 1 M per tahun/desa. Harus ada renegosiasi kontrak-kontrak SDA yang merugikan negara dengan asing tanpa menunggu selesai kontrak

Anggaran kita sudah cukup, yang penting kita efektifkan dengan manajemen yang lebih baik, kita bangun sistem itu yang lebih penting bukan mencari anggarannya dari mana. Dengan e-auditing, e-purchasing dan lainnya (saya sudah terapkan di Solo dan Jakarta, dan bagus hasilnya)

Pertanyaan Jokowi : DAU dan DAK itu apa dan bagaimana menurut Pak Prabowo?

DAU Dana alokasi Umum. DAK Dana alokasi Khusus. Harus ditingkatkan DAU dan DAK. DAU dan DAK adalah pendistribusian APBN ke daerah darimana dananya? Sudah dijelaskan.

Pertanyaan Jokowi ke Prabowo

DAU dan DAK itu apa (Ngetes nih, Kontekstualisasi pertanyaan dengan "Running for RI-1 dimana?)

Pertanyaan Prabowo ke Jokowi :

Indonesia menghadapi pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak baik berkisar 3.3%, syukur kita masih 5.5%. Bagaimana pendapatnya?

Jika diberi amanah memimpin, kami yakin pertumbuhan ekonomi menjadi 7.7 % syaratnya efektifitas birokrasi SIUP ONLINE, TDP ONLINE, Industri kecil harus diberi ruang promosi dan pemasaran ke dunia internasional. Saya sudah membuktikan selama 28 tahun jualan mebel ke luar negeri dan bisa bersaing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun