Mohon tunggu...
Sindi Amaliasari
Sindi Amaliasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

FPIPS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komik Digital sebagai Media Alternatif untuk Meningkatkan Minat Baca Anak pada Masa Pandemi Covid-19

20 Juli 2021   18:00 Diperbarui: 20 Juli 2021   18:00 2340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lebih dari satu tahun Indonesia dilanda pandemi virus Covid-19. Hal tersebut menyebabkan perubahan sistem diberbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan. Kini pembelajaran harus dilaksanakan dalam jaringan (daring) demi meminimalisir penyebaran virus dan agar anak-anak dapat terus mendapatkan pendidikan formal walaupun dari rumah.

Namun semenjak dilaksanakannya program belajar dari rumah, peserta didik malah menjadi tidak termotivasi untuk belajar dan minat bacanya semakin menurun. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran daring tidak dapat menjamin peserta didik akan membaca materi pembelajaran yang seharusnya mereka baca dan sebagian besar peserta didik lebih memilih untuk memanfaatkan waktunya untuk bermain daripada membaca. Keadaan ini dapat menurunkan minat baca anak selama pandemi, karena guru tidak dapat mengawasi aktivitas anak didiknya secara langsung.

Untuk meningkatkan kembali motivasi dan minat membaca siswa, guru dapat memanfaatkan media kreatif untuk menyampaikan materi pembelajarannya. Contohnya, menggunakan media pembelajaran komik digital untuk meningkatkan minat membaca siswa pada masa pandemi. Mengapa komik digital? 

Komik memiliki kelebihan mudah untuk dibaca dibandingkan karya sastra lainnya, karena dibarengi gambar penjelas dan dalam bentuk digital komik dapat disebarluaskan kepada peserta didik dengan lebih mudah. Hal tersebut membuat komik dapat dinikamati oleh kalangan dari berbagai umur dan mengembangkan minat membaca (Bonneff, 1998). Kelebihan lain yang dimiliki oleh komik digital antara lain dapat menjadi media hibur, mampu membangkitkan emosi pembaca dan dapat menjadi media pembelajaran.

Penggunaan media komik sebagai media pembelajaran dapat menyampaikan pesan pembelajaran dengan cara menarik sekaligus menghibur peserta didik. Namun, hingga saat ini komik masih diremehkan oleh Sebagian kaum (termasuk kaum pengajar). Komik sebagai “budaya populer” dianggap rendah, tidak intelijen dan merusak daya nalar anak (Bonneff, 1998). Hal tersebut
membuat komik jarang digunakan dalam proses pembelajaran, padahal komik menawarkan medium yang ramah dan unik

Edward Lee Thorndike pernah melakukan penelitian mengenai manfaat penggunaan komik untuk pembelajaran dan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan komik efektif dalam meningkatkan penguasaan kosa kata dan pemahaman materi pembelajaran bagi peserta didik, teutama bagi yang memiliki minat membaca yang rendah. Anak dapat membaca komik setiap bulan, dan dua kali lebih banyak kata yang dibaca dibandingkan dengan kata pada buku bacaan yang dibacanya setiap tahunnya. Komik dapat membawakan materi pembelajaran yang berat menjadi lebih lebih ringan dan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menelaah pesan apa yang disampaikan media komik tersebut.

Sebelum memilih atau membuat media pembelajaran komik digital terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu isi komik harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, mudah dipahami, komposisi gambar harus jelas dan menggunakan bahasa yang sopan dan tidak mengandung kekerasan. Guru dan orang tua harus tetap mengarahkan anak agar lebih selektif dalam membaca komik atau sumber bacaan yang lainnya dan jangan lupa juga untuk membaca buku pelajaran lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun