Mohon tunggu...
Sindi Darmawan Prasetyo
Sindi Darmawan Prasetyo Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca yang ingin menulis

Menulis sedikit tapi bermanfaat, karena memberi inspirasi lebih penting dari sekedar menjadi viral

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Menakar Bibit, Bebet, dan Bobot Calon Juara Dunia MotoGP

6 Mei 2020   16:16 Diperbarui: 7 Mei 2020   15:11 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: twitter.com/motogp

Loris Baz adalah salah satu korban missprofiling MotoGP. Pada 2015 Aspar Ducati terpaksa membatalkan kontraknya karena khawatir posturnya yang bertinggi 192 cm menyulitkannya beradaptasi dengan motor MotoGP.

Terkait fenomena itu, pada 2018 produsen oli MotoGP, Motul melakukan riset untuk mendapatkan profil pembalap yang paling sesuai untuk MotoGP. Riset dilakukan dengan mengumpulkan statistik pembalap yang memenangi MotoGP selama beberapa tahun terakhir. Riset dilakukan dengan menggunakan indikator tinggi badan, berat badan dan usia.

Hasil riset menyimpulkan pembalap yang berpostur lebih pendek dan berbobot lebih ringan lebih mendapat keuntungan dalam penguasaan motor. Tapi jika terlalu pendek dan ringan cenderung lebih sering mengalami kecelakaan.

Sedangkan pembalap yang lebih tinggi dengan berat badan lebih besar cenderung beresiko mengalami keausan ban belakang lebih cepat. Postur tubuh paling ideal menurut riset adalah tinggi badan 170 cm dan berat badan 64,44 kg.

Sedangkan dari faktor usia, riset menyimpulkan pembalap dengan usia 21 tahun 6 bulan ideal menjadi juara. Usia sering dikaitkan dengan performa pembalap. Lihat saja bagaimana Rossi dengan begitu mudah meraih juara dunia secara beruntun saat masih berusia 20-an, tapi belum pernah menang lagi sejak usianya menginjak 38.

Atas performa itu, mantap pembalap MotoGP Loris Capirossi pernah berkomentar. "Dia (Rossi) kurang cepat, Rossi bisa mengatasinya tapi dia kehilangan keberanian untuk mengambil risiko seperti waktu mudanya dulu," kata Capirossi kepada Tuttomotoriweb.

Mengacu pada performa Rossi dan penilaian Capirossi, secara ilmiah yang bisa menjelaskan hubungan antara performa pembalap dan usia adalah hormon. Hormon adalah kunci penggerak tubuh dan pikiran manusia. Hormon mempengaruhi seseorang pada tahap yang berbeda. 

Hormon akan berfluktuasi seiring dengan pertambahan usia.

Menurut Dr. Nugroho Setiawan pada usia di atas 40 tahun pria cenderung kekurangan hormon testosteron. Penurunan hormon sudah dimulai sejak usia 30an dimana rata-rata terjadi 2-3% penurunan per tahun. Salah satu akibat kekurangan testosteron adalah berkurangnya kemampuan gerak.

Selain testosteron, hormon adrenalin juga berpengaruh pada kinerja seorang pembalap. Adrenalin secara alami dilepaskan tubuh sebagai reaksi saat seseorang berada dalam situasi tegang.

Adrenalin memicu kecepatan kerja otak, meningkatkan energi, serta meningkatkan respon indera penglihatan dan pendengaran. Saat berada dalam adrenaline rush pembalap cenderung berani membuat keputusan beresiko. Produksi adrenalin turut menurun seiring bertambahnya usia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun