Mohon tunggu...
Simon Aria Dwipangga Karyono
Simon Aria Dwipangga Karyono Mohon Tunggu... Medan Pratama 114

Hobi saya adalaha bermain bola sebagai salah satu mengisi kebosanan saya

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sejarah Panggilan

20 Oktober 2025   10:36 Diperbarui: 20 Oktober 2025   10:36 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Perkenalkan nama saya Simon Aria Dwipangga Karyono, biasa di panggil Simon.saya berasal dari Paroki Ratu Rosari Jagakarsa,Jakarta Selatan.Saat ini saya berusia 15 tahun dan saya bersekolah di Seminari Mertoyudan Magelang.Awal dari panggilan saya menjadi seorang imam berasal dari saya mengikuti live in di Seminari Mertoyudan tahun 2025.Akan tetapi tidak hanya dari live in di Seminari mertoyudan namun ada beberapa faktor lainnya.Seperti terinspirasi dari romo paroki saya lalu karena saya di tolong oleh Tuhan Yesus sendiri,ada beberapa faktor yang unik juga bagi panggilan saya ini.

            Panggilan saya sebagai imam menurut saya panggilan saya itu cukup unik ,dimana saya berawal dari saya sakit saat kelas 4 SD saat itu saya sakit demam hingga kejang-kejang lalu saya  langsung pingsan,didalam pingsan tersebut saya merasa ada didalam sebuah ruang hampa merasa terasa panas lalu di tengah tengah saya kepanasan saya merasa ditolong oleh sosok cahaya,berambut gondrong lalu saya tiba tiba tanpa sengaja kebangun saat saya bangun saya menceritakan semua kejadian itu ke ibu saya,kata ibu saya mungkin itu Tuhan sedang membantu.Dari segala kejadian itu,itulah awal mula saya penasaran menjadi imam sebagai membalas budi kepada Tuhan itu awal mula nya namun seiring waktu saya masuk SMP saya semakin tertarik dengan hidup selibat.Saat SMP kelas delapan saya ikut live in di Wancana Bakti Jakarta,Saya mengikuti live in karena penasaran dengan kegiatan Seminaris Wancana Bakti,setalah saya mengikuti kegiatannya ternyata tidak terlalu dapat perasaan menjadi seminaris nya dan hanya mengikuti rangkaian acara yang seperti bina iman anak namun saat saya kelas sembilan sekolah saya mengikuti live in Seminari Menengah Santo Petrus Canisius Mertoyudan,di acara live in itu saya di tunjuk sebagai peserta live in karena sudah memiliki pengalaman live in dan perasaan saya saat di tunjuk senang.Dan panggilan saya sebagai menjadi imam semakin kuat.

            Setelah saya memilih mantap saya mendaftar Seminari Mertoyudan setalah saya mendaftar saya mengikuti beberapa tes-tes yang ada lalu saya bisa mengikuti tesnya dengan baik.Perjalanan saya untuk menjadi seorang imam tidak hanya sampai di situ saya harus menunggu beberapa hari untuk pengumuman tesnya.Setalah sebulan berlalu ternyata saya keterima menjadi siswa Seminari Mertoyudan.13 Juli saya masuk untuk pertama kalinya dan panggilan saya menjadi mantap karena di Seminari Mertoyudan menjadi lebih baik.Begitulah perjalanan panggilan saya hingga bisa menjadi seminaris.Di sini saya mempelajari banyak hal dari hidup berdoa dan membaca kitab suci,disini juga saya jauh lebih baik di banding sebelum nya.Seminari Mertoyudan juga tidak hanya mengembangkan hidup berdoa ku saya namun olahraga juga mendukung.Semoga saya bisa belanjut ke jenjang berikutnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun