Kalimantan Tengah, adalah provinsi yang paling luas di indonesia mencapai lebih dari 153 ribu kilometer persegi, menjadikan salah satu provinsi  strategis di Indonesia memiliki potensi sumber daya alam luar biasa dan hutan sebagai paru-paru dunia, pulau kalimantan yang beraneka kehidupan, dari hutan hujan tropis lebat, lahan gambut luas, hingga potensi tambang dan perkebunan menggiurkan menjadikan kalimantan tengah pusat pembangunan nasional dari jaman pak soekarno presiden pertama indonesia.
Namun, pembangunan ekonomi di Kalimantan Tengah tidak berdiri secara ruang hampa. kalimantan tengah berdampingan dengan kenyataan dengan lingkungan dan ekosistem hutan secara kompleks akan tetapi rapuh terhadap kebijakan, masyarakat adat dayak menggantungkan hidup dari alamnya, serta ancaman bencana ekologis akibat eksploitasi sumber daya alam tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyoroti bagaimana wajah pembangunan di Kalimantan Tengah saat ini, serta bagaimana arah kebijakannya di masa depan dalam menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan hutan.
kehidupan kalimantan tengah Antara Peluang ekonomi dan Tantangan lingkungan
Dalam satu dekade terakhir, Kalimantan Tengah mengalami pertumbuhan ekonomi signifikan, terutama didorong oleh sektor pertambangan, perkebunan kelapa sawit, dan kehutanan. Ribuan hektare hutan diubah menjadi lahan sawit, menciptakan lapangan kerja sekaligus menambah pendapatan asli daerah. Sektor pertambangan, khususnya batubara dan emas, juga memainkan peran besar dalam mendorong angka pertumbuhan ekonomi berbagai wilayah di kalimantan tengah.
Di satu sisi, melihat ekonomi menjadi angin segar bagi pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan layanan publik berbagai wilayah merata. Pemerintah provinsi pun aktif mendorong investasi dari berbagai sektor, termasuk sektor energi terbarukan dan industri hilirisasi.
Namun di sisi lain, model pembangunan masih berorientasi pada ekstraksi sumber daya alam yang sangat menimbulkan tantangan serius secara nasional dan internasional. Konflik-konflik yang bermunculan seperti agraria, pencemaran lingkungan, dan ketimpangan distribusi kesejahteraan masyarakat yang menjadi masalah semakin mencolok. Tidak jarang masyarakat lokal hanya menjadi penonton pembangunan yang justru menggusur ruang hidup mereka antara kesenjangan si kaya dan miskin.
Krisis Ekologis Mengancam secara berkelanjutan
Kalimantan Tengah merupakan rumah bagi makhluk hidup, hutan hujan tropis dan lahan gambut terbesar di dunia. Ironisnya, wilayah ini menjadikan salah satu daerah dengan tingkat kerusakan paling parah dan tertinggi terhadap lingkungan, seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi agenda tahunan tak kunjung terselesaikan. Lahan gambut dikeringkan demi perkebunan rentan terbakar, melepaskan emisi karbon dalam jumlah besar dan mencemari udara hingga lintas negara secara global.
Selain itu, penambangan tanpa reklamasi dan pembukaan hutan tanpa perencanaan menimbulkan degradasi tanah dan habitat satwa liar di hutan kalimantan tengah seperti orangutan dan burung enggang, serta memperparah risiko bencana seperti banjir bandang dan kekeringan ekstrem yang melanda berbagai titik-titik lokasi yang ada kalimantan tengah.
Pembangunan tidak mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan berpotensi menjadi bumerang bagi para pengusaha dan investor tanpa perencanaan baik dan berkelanjutan. Ketika ekosistem rusak, masyarakat paling merasakan dampaknya adalah petani, nelayan sungai, dan komunitas adat dayak yang bergantung pada kelestarian alam untuk hidup panjang.
Menuju Model Pembangunan Berkelanjutan