Saking semaraknya negara kita Indonesia menuju Net-Zero Emissions, semakin menjadi trending topik belakangan ini di tanah air untuk mewujudkan mimpi di masa depan.
Saya lebih terpikat dengan mengatakan bahwa pencemplungan NZE di Indonesia, spesifikasinya harus lebih kepada "Requires a Change in Behavior" atau "Membutuhkan Perubahan Perilaku".
Hal ini menjadi pendonggrakan masinal yang semestinya dibangun menyongsong NZE yang berpatok pada tahun 2045, 2050, 2060, dan seterusnya yang telah dicanangkan. Karena ekspedisi mewujudkan nol-bersih emisi, tentunya banyak rintangan yang menjadi kerok.
Oleh karena itu, 'Changes in Behavior' sebagai kiat dalam merangkai proses untuk di pahami setiap orang menuju NZE, agar perubahan lintasan lingkungan hidup dalam berbagai sektor dapat dimaknai secara holistik.
Perilaku manusia dalam perubahan iklim sangat rentan, sebagaimana emisi karbon terserap bumi oleh giat manusia dan teknologi yang berdampak pada lingkungan makhluk hidup di bumi.
Bencana yang berdampak perubahan iklim dengan indikator utama peningkatan emisi di negara kita dengan permulaan perubahan industri. Sehingga konsekuensi perubahan perilaku bertanggung jawab dalam menyajikan target emisi yang diharapkan.
Menjadi catatan kritis yang kognitif dalam menerapkan 'Changes in Behavior' dengan sikap kita untuk mendorong pengelolaan lingkungan secara utuh dan teratur menuju Net-Zero Emissions.
Desentralisasi perubahan perilaku manusia yang berjenjang terhadap perubahan iklim, sambil menyongsong NZE adalah cara paling ampuh dan jitu. Dalam artian bahwa segala sesuatu yang ditransfigurasi visual tanpa harus ada batasan.
'Changes in Behavior' lebih terarah pada pembentukan karakter, cara pandang dan paradigma berpikir manusia yang akuntabilitas untuk menangani kasus perubahan iklim.
Menyoroti krisis iklim di tanah air kita, yang di tandai dengan kenaikan suhu global dan suhu pra-industri. Memiliki efek yang sangat dahsyat dan kemungkinan besar diperkirakan akan memancing bencana.
