Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melawan dengan Tulisan, Jika Lisan Dibungkam

23 Juli 2021   13:08 Diperbarui: 23 Juli 2021   13:24 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Buku 'Terampil Berkomunikasi Tulisan dan Lisan' (Sumber : tangkap layar dari ecommerce)

Terlihat dimana-mana perlawanan yang telah merajalela. Lebih tepatnya, via lisan yang sering kali dilakukan di kehidupan sosial masyarakat di lingkungan Mahasiswa, buruh, sipil, serta lainnya. Perlawanan secara lisan ini, ditunjukkan lewat demontrasi, video testimoni, tetapi juga melalui sajak lagu dan semacamnya.

Bahwa, perlawanan dengan bahasa lisan telah menunjukkan bentuk protes yang disuarakan atas ketidakadilan suatu kebijakan yang dikeluarkan bahkan diputuskan oleh pemerintah atau Pimpinan. Perlawanan yang diartikan dalam konteks pembahasan ini sebagai sarana untuk menyuarakan aspirasi masyarakat.

Perlawanan secara lisan yang dilakukan adalah komunikasi perjuangan untuk menyuarakan ketidakadilan yang terjadi di Tanah Papua. Suara riuh yang kencang, terdengar di depan gedung pencakar langit. Hentakan dan teriakan di pinggir jalan-jalan. Getaran yang merambat melalui video dan lagu dengan bunyi suara yang terdengar dan terlihat dengan jelas alunan suara perjuangan.

 Sangat disayangkan gelombang suara yang terekspose, bagaikan angin yang berlalu tanpa feedback. Suara kritis dibungkam dan dianggap agresif, brutalitas, dan anarkis, bahkan dianggap menganggu stabilitas keamanan dan kenyamanan daerah. Disinilah akhir hayat demokrasi di sebuah republik dan akhirnya akan ada satu kata "Melawan".

Ada energi yang cukup memberikan kita power untuk menggapai segala mimpi, impian, harapan dan cita-cita yang terkubur, karena perjuangan lisan yang terbungkam.

 Tidak ada pilihan lain untuk melanjutkan perlawanan. Selama kita tidak mampu bendung suara mulut. Masih ada perjuangan lain, dengan goresan tangan. Jika bibir letih, suara hanya bergaung ke seberang ruangan atau di sepanjang sudut jalan. Tetapi ketika menulis, tangan akan menolong kita untuk merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat dan tulisannya akan bergaung sepanjang zaman.

Mari sejenak, berbicara dengan pena untuk melawan dengan tulisan. Sederhana saja mewujudkan gagasan ke dalam tulisan. Tetapi kejanggalannya hingga kini menulis masih menjadi momok bagi kebanyakan orang. Banyak orang yang ingin menulis. Namun lebih banyak lagi yang susah. Menulis sedikit saja terus meringis cengeng. Mengeluh tidak bisa menulis karena malas, sibuk, dan ruwet.

Perlawanan yang kreatif dalam menulis tentang sejarah, politik, budaya, pengalaman, perlawanan, ketidakadilan dan menyangkut prakarsa teori perjuangan yang baru dan pokok-pokok pembahasan dan persoalan lain yang mesti dikemas dalam kertas untuk melanjutkan perjalanan panjang menuju garis akhir. Selain itu, gagasan tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian mesti tertoreh dalam catatan.

Semuanya ini, dimulai dari hal yang sederhana dengan catatan singkat seperti satu-dua kata. Karena setiap tujuan, perlawanan dan perjuangan  mempunyai label "harga". Dengan kata lain, karcis masuk ke dunia tulis-menulis tak pernah gratis. Banyak hal yang bisa dijumpai, seperti membaca buku, menonton, mendengarkan, mengetahui, diskusi, berlatih menulis, dan sebagainya.

Sejatinya, perjuangan untuk melawan dengan tulisan menunjukkan kepada kita, gabungan antara ketekunan dan pengalaman sehari-sehari dapat menjadi modal untuk menghasilkan karya-karya cemerlang. Karena pengalaman buruk menjadi kertas yang terobek dari buku yang hidup dan tidak punya makna. Padahal setiap pengalaman adalah dasar kehidupan. Untuk itu, belajar dari pengalaman pribadi masa lalu adalah hal yang baik dari yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun