Mohon tunggu...
Silvie Mariana
Silvie Mariana Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Penulis buku 30 Suplemen Menulis untuk Guru Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ajak Siswa Sustainable Living, Think Creative!

6 Februari 2024   22:36 Diperbarui: 6 Februari 2024   22:57 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa membuat kreasi dari barang bekas (sumber:dokpri)

"Once upon a time, there was a green little planet, called earth."

Itulah sebuah kalimat dari gambar karikatur yang saya baca di Majalah Hai saat remaja dulu. Di situ digambarkan seorang ibu alien membacakan cerita pengantar tidur kepada anaknya. Dan di pojok gambar, terdapat karakter seorang pria berkata "Jangan sampe, deh!"

Meskipun telah bertahun-tahun lamanya, saya masih ingat baik gambar itu. Gambar yang mengajak pembacanya peduli pada Planet Bumi. Salah satu  praktik yang dewasa ini dikenal dengan sustainable living atau kehidupan berkelanjutan.

Sustainable living menurut World Wide Fund for Nature  (WWF) merupakan sebuah gaya hidup yang menyeimbangkan upaya lokal dan global untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan tetap memelestarikan lingkungan alam dari degradasi dan kerusakan. 

Sustainable living akhir-akhir ini menjadi trend di masyarakat. Sebagai informasi tambahan, meskipun awalnya dikenal sebagai konsep tentang lingkungan, sustainability telah berkembang ke berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk sosial dan ekonomi.

Semester 1 lalu, sekolah kami yang menerapkan Kurikulum Merdeka, mengangkat tema Gaya Hidup Berkelanjutan dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).  Sebagai sekolah yang berada di tengah permukiman, kami juga ingin ambil bagian dalam permasalahan lingkungan hidup, terutama masalah sampah.

Seorang teman yang mengajar di kelas IV bercerita tentang suka dukanya menjalankan proyek ini. 

"Wah, susah Bu!  Proyek mengumpulkan sampah dalam 2 minggu tidak mereka kerjakan!" keluhnya.

Tetapi teman saya ini tidak menyerah begitu saja.  Ia pun melakukan refleksi. 

Ternyata, setidaknya ada 3 masalah yang murid-murid itu hadapi:  (1) malu untuk mencari sampah, (2) takut kotor, dan (3) belum paham cara memilah sampah.   

"Akhirnya saya ajak mereka menjadi detektif sampah!  Saya bekali  kelompok siswa dengan kaca pembesar dan sarung tangan.  Mereka semangat sekali, Bu!  Perburuan mencari sampah pun lancar jaya!  Bahan-bahan berupa sampah bekas untuk dijadikan karya pun tersedia,"  ujarnya puas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun