Pada tahun 1998, negeri ini bergejolak. Kekerasan terjadi di mana-mana. Kelompok etnis Tionghoa dicekam ketakutan setiap hari. Di masa itu, banyak di antara mereka yang tak bekerja karena alasan keamanan.
Di saat seperti itulah, menurut Ben Subrata, banyak masyarakat Tionghoa yang berpaling ke Gus Dur untuk meminta nasihat, pandangan, juga perlindungan di saat banyak di antara mereka yang mulai berpikir untuk memutuskan apakah akan tetap menjadi bagian dari bangsa Indonesia atau sebaliknya. Dan Gus Dur tampil, meyakinkan bahwa mereka adalah bagian dari bangsa ini.
Ketika Gus Dur menjadi presiden, beliau semakin gencar memperjuangkan kemanusiaan, dengan wujud berbagai pengakuan. Di masa kepemimpinannya, hukum-hukum yang dinilai diskriminatif dicabut seperti menetapkan kebijakan menjadikan Tahun Baru Tiongkok (Imlek) sebagai hari libur opsional, yang kemudian diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa.
Dan yang paling membekas bagi kaum Tionghoa adalah peresmian dan pelegalan Konghucu sebagai agama yang sah dan resmi di Indonesia, padahal sebelumnya selama rezim orde baru kaum Tionghoa tidak bisa bergerak bebas dan serba terbatas dalam gerak-gerik. Sehingga bagi masyarakat Konghucu beliau disebut sebagai Toa Pe Kong (Orang suci dalam pandangan Konghucu).Â
Belum lagi pembelaan beliau terhadap kelompok minoritas seperti Ahmadiah, aliran kepercayaan dan lain-lain. Dalam posisi sebagai presiden maupun bukan, kemanusiaan dan persaudaraan tetap saja berada pada prioritas utama yang beliau perjuangkan selama hidupnya.
Warisan pemikiran dan perjuangan inilah yang semestinya terus kita pupuk sebagai bentuk warisan yang tetap tumbuh subur, hasil dari bibit yang ditanamkan Gus Dur dalam perjalanan hidupnya. Gus Dur tak pernah benar-benar meninggalkan kita. Kita masih saja menemui orang-orang yang senantiasa hidup dengan nilai-nilai yang dibawa beliau.Â
Orang-orang inilah yang akan menjaga kebhinnekaan Indonesia. Menjaga persatuan dan persaudaraan Indonesia yang terdiri dari agama dan suku yang berbeda-beda. Orang-orang juga inilah yang akan melanjutkan estafet perjuangan hidup Gus Dur dan mengajarkannya hingga anak cucu kelak. Wallahu a'lam.