Mohon tunggu...
Silmi Ibnit
Silmi Ibnit Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Humaniora

saya adalah mahasiswa jurusan bahasa dan sastra arab yang sangat tertarik dengan dunia literatur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Interaksi Sosial yang Berjarak

20 Desember 2022   23:06 Diperbarui: 20 Desember 2022   23:07 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia tidak pernah bisa terlepas dari hakikatnya sebagai makhluk sosial. Makhluk yang memerlukan interaksi antar sesamanya, membutuhkan bantuan dan uluran tangan orang lain, bekerja sama, bergotong royong, berbagi kebaikan, bertukar pikiran, menyatukan aspirasi dan banyak hal sosial lainnya yang manusia kerjakan dalam setiap harinya.

Melihat berbagai definisi tentang manusia adalah makhluk sosial, juga tentang bagaimana hubungan antara manusia dengan manusia yang sering kita sebut  hablumminannas, lalu  hubungan antara manusia dengan Alam, dan berbagai hubungan yang mengharuskan manusia bergerak, berkomunikasi serta berinteraksi di luar ruang atau lingkungannya. Sudah begitu jelas,  bahwa manusia tidak pernah bisa hidup sendirian. Walaupun pada kenyataannya manusia juga dikatakan sebagai makhluk individu. Tetap pada hakikatnya manusia membutuhkan orang lain dan butuh untuk bermasyarakat.

Lalu bagaimana ketika interaksi saat ini sedikit dikebiri? Kita lihat wabah covid-19 bukan hanya membuat kesehatan manusia gusar, tapi juga membuat interaksi sosial berhenti bergerak. Semua hal yang berkaitan dengan interaksi  berhenti seketika dan kehidupan sosial pun terhalang sementara. Berbagai macam program - program yang mengebiri masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas sosial.

Seperti membuat kebijakan daring untuk para pelajar dan mahasiswa dari tingkat SD hingga tingkat perguruan tinggi, dengan waktu yang cukup lama. Melihat hal ini banyak sekali kendala yang terjadi, pembelajaran yang seharusnya bergerak sesuai jadwal malah justru berbalik menjadi tugas yang menumpuk, ketidakefektifan dalam pembelajaran bermunculan, Kondusifitias pun tidak begitu tertata. Anak-anak di jenjang sekolah dasar yang harusnya belajar mandiri,  justru malah merepotkan  ibunya untuk menyelesaikan tugas. Belum lagi sistem jaringan atau sinyal yang harus terus ada menyulitkan beberapa pelajar daerah yang kesulitan mendapat jaringan. Kendala ini muncul dari sektor pendidikan. Belum lagi jika kita lihat sektor ekonomi? Sektor politik? Dan sektor2 lainnya yang ikut rusak hanya karena virus kecil tak kasat mata.

Sebagian jalan dibuat lockdown, akses masuk dibuat terkendala, semua kampus dan gedung sekolah ditutup, mata pencaharian dan perekonomian dibuat tersendat, pepatah yang tadinya berbunyi  "bersatu kita teguh bercerai kita runtuh" kini kehilangan makna dan berubah menjadi "berpisah kita kuat bersatu kita runtuh". Social distancing, jaga jarak aman, jangan bersalaman, dilarang bersentuhan, kumpul-kumpul dihentikan, organisasi dikebumikan. Semua dilarang berinteraksi. Manusia bisa apa ketika interaksi dikebiri? .

Berbagai macam solusi dan usaha dikerahkan oleh pemerintah untuk mengatasi dan menanggulangi wabah ini. Dari mulai hal yang sederhana seperti physical distancing, jaga jarak aman, psbb, memakai protokol kesehatan hingga banyak solusi-solusi lain yang dicoba satu persatu tapi tetap saja membuat angka penularan terus melonjak.

Dalam kondisi seperti ini hanya satu hal yang dapat manusia lakukan, mendekat pada Tuhannya menjauh dengan lingkungannya. Semoga saja hanya sementara dan bumi kembali pulih dengan sendirinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun