Mohon tunggu...
A. Husna
A. Husna Mohon Tunggu... -

Hanya ingin menuliskan "kisah kecil" tentang Pak Ustadz. (Bisa ditemui di \r\nhttp://petisikotbah.wordpress.com)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Amal Sesak

22 Juli 2010   07:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:41 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lelaki itu datang begitu tiba-tiba. Tepat di depan Pak Ustadz yang sedang membersihkan halaman rumahnya. Bruk! Buntalan karung menghunjam deras ke tanah. Pak Ustadz terkejut. Tapi, Pak Ustadz lebih terkejut lagi saat orang itu berkata ramah. "Ini untuk Bapak. Hasil panen kebun di belakang rumah. Talas, Pak." Pak Ustadz bingung. Ia tidak mengenal lelaki itu. Sudah sepuh. Mungkin lebih dari enampuluh tahun. Tampak kumal. Bajunya sobek di sana-sini. Badannya juga kotor, penuh dengan lumpur tanah yang sudah kering. "Ini untuk saya?" "Iya, Pak. Ini semua untuk Bapak. Saya baru saja panen, tiba-tiba ingat Bapak. Ya sudah talas ini langsung saya bawa ke sini." Pak Ustadz tetap bingung. Tapi, ia seperti tidak percaya. Ah, masa sih talas sebanyak ini buat aku seorang? Sungguh! Betapa baiknya orang ini kalau demikian? Benarkah untukku seorang? Namun, tidak adakah keinginan orang ini untuk mengambil "sesuatu" dariku? Pak Ustadz sedikit curiga. Hatinya berdesir. Ia lalu tersadar kembali. Ya Allah, jauhkan hambamu ini dari sifat suudzon kepada makhlukmu! "Tapi, kok sebanyak ini, Pak. Buat apa saya diberi talas sebanyak ini?" Orang tua itu tersenyum. "Talas ini memang buat Bapak. Semuanya. Tapi, tolong pinjami saya uang limapuluh ribu rupiah saja. Anak saya besok mau sunat. Saya masih kekurangan uang untuk biayanya...." Orang tua itu berubah wajah. Ganti memelas. Wajah ramahnya menghilang. Sesekali gurat kesedihan muncul dari mukanya. Pak Ustadz tergetar. Pak Ustadz memandang wajah orang tua itu. Ah, sungguh pribadi yang patut dikasihani. Pak Ustadz bergegas masuk ke dalam. Uang limapuluh ribu rupiah segera berpindah tangan dari Pak Ustadz ke orang tua itu. Orang tua itu tersenyum bahagia. Pak Ustadz lebih-lebih lagi. Ia bersyukur dapat menolong orang yang sedang kesusahan. "Insya Allah, besok uang ini akan saya kembalikan...." Pak Ustadz mengangguk perlahan. Ia memandang dengan kebahagiaan penuh saat orang tua itu menghilang dari pandangannya. Pak Ustadz melanjutkan kesibukannya. Tiba-tiba.... "Pak Ustadz! Pak Ustadz!" Pak Ustadz mendongakkan wajahnya. Amir, pemuda yang aktif di remaja masjid. Ia berlari-lari dengan tergesa-gesa. Napasnya ngos-ngosan. "Tadi ada orang tua bawa karung ke sini?!" "Iya," jawab Pak Ustadz pendek. "Nih, karungnya. Bawa talas banyak banget buat saya." "Lalu, dia bilang apa sama Pak Ustadz?" Pak Ustadz terdiam. Ia tidak ingin bicara. Takut amalan kebajikan berbuah riya'. Namun, melihat wajah Amir yang seperti hendak merajuk membuat Pak Ustadz berucap jujur. "Orang tua itu pinjam uang sama saya. Besok dia mau mengembalikan." "Ah, Pak Ustadz tertipu!" kata Amir kesal. "Orang itu sudah ke sana ke sini menipu orang. Ini saya lagi mengejar orang itu. Banyak yang ketipu sama dia. Sudah ya Pak Ustadz...." Amir melesat cepat. Lari kencang. Pak Ustadz hanya melongo. Tak mengerti. Dalam benaknya tiba-tiba muncul pertanyaan apakah yang dilakukan terhadap orang tua itu masuk kategori amal yang ikhlas atau bukan tatkala ia menyadari bahwa dadanya terasa sesak. Hatinya panas. Marah. * * * Sumber gambar: http://1.bp.blogspot.com/_6n3ujHvlmFM/S7TQRFpCYLI/AAAAAAAAAD0/ffN9JktvK3Q/s320/kids-asthma.jpg


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun