Pelaksanaan Pilkades di Desa Cipeucang, Cileungsi, telah usai. Hajat pesta rakyat untuk memilih pemimpin wilayah desa yang berlangsung kemarin, hari Minggu, 24 Maret, berlangsung dengan semarak, sejak pagi hingga sore hari. Tahap persiapan yang berlangsung berhari-hari, diakhiri dengan pertemuan paripurna para anggota panitia Pilkades, anggota BPD, anggota pengamanan, dan petugas Babinsa serta utusan Koramil pada hari Sabtu, 23 Maret, pukul 14.00, sehari sebelum hari 'H'. Para peserta rapat membicarakan tentang teknis pengamanan dan proses pencoblosan, dengan mengacu pada pengalaman Pilkades enam tahun yang silam. Ketika rapat tengah berlangsung, menjelang pukul 16.00 terjadi hujan sangat lebat, sehingga peserta tertahan di bawah tenda sambil menggigil menahan hembusan angin dan terpaan air hujan. Curah hujan yang sangat tinggi mengakibatkan kebocoran pada atap tenda 'pengantin' yang disewa khusus untuk pesta Pilkades. Rembesan air yang mengalir ke hiasan 'plafond' tenda semakin lama semakin banyak sehingga pada beberapa bagian lepas dengan menumpahkan air ke meja panitia. Lapangan berumput terendam air setinggi mata kaki. Saya akhirnya pulang menerjang hujan, pada pukul 17.30. Sempat terpikir oleh saya bila hujan besar seperti ini terjadi pada keesokan hari nanti kegiatan pemungutan suara pasti akan kocar-kacir. Saya berharap agar esok hari cuaca akan cerah. Alhamdulillah, do'a saya terkabul. Pagi keesokan hari hingga sore matahari bersinar cerah sepanjang hari, meskipun selewat tengah hari suhu sempat terasa gerah pertanda akan datang hujan. Hari Minggu pagi, 24 Maret, pukul 06.10, saya beserta teman saya yang bertugas selaku Linmas telah berada di lapangan kembali, untuk melaksanakan tugas utama: mengawal acara pemungutan suara Pilkades hingga usai. Saya lihat tenda telah kembali bagus seperti semula (berkat kerja keras sebagian panitia yang memperbaikinya pada malam itu juga, hingga tengah malam). Para pedagang makanan telah memenuhi halaman lapangan yang tersisa disekitar arena tertutup tempat pemungutan suara. Pagar bamboo dipasang di sekeliling arena  TPS sejak beberapa hari yang lalu. Sekilas seperti kandang sapi. Keberadaan jalur selebar 60 sentimeter memanjang di tepi pagar, yang ditujukan untuk area steril dan area petugas pengaman, sangat mirip dengan sarana untuk mengawinkan sapi, begitulah komentar teman saya. Para anggota panitia yang telah hadir tampak rapih berkemeja lengan pendek motif batik dan bercelana panjang hitam. Seragam panitia tersebut dibuat oleh tukang jahit setempat sebagai wujud penghargaan terhadap para anggota panitia. Saya sangat puas dengan kualitas bahan dan kualitas jahitan seragam tersebut. Bapak Nurdin, selaku ketua panitia saya lihat hanya memakai baju seragam sesaat saja., selanjutnya dia mengganti baju seragamnya dengan setelan jas hitam. Kelihatannya dia merasa harus tampil beda di antara anak buahnya. Wajahnya tampak berpeluh keringat saat dia sibuk memasang dasi, berganti baju, dan mengambil sepatu dari bagasi mobil Mitsubishi Lancer warna hijau miliknya. Keempat ban mobil itu dinodai oleh lumpur tanah merah dari genangan-genangan air yang terbentuk akibat hujan kemarin sore. Sementara itu ketika saya datang dan melewati panggung terlihat kedua perempuan calon Kades Cipeucang telah menempati posisinya, duduk terpisah, bersebelahan, masing-masing ditemani oleh suaminya, di panggung. Calon nomor urut pertama, Ibu Hajah Masyuni (popular dipanggil 'Bidan Uyun') terlihat anggun dengan setelan baju muslimah warna hijau kekuningan dan celana panjang hitam, bersepatu 'high heels'. Calon nomor urut kedua, Ibu Teni Haerani juga tampil mempesona dengan baju muslimah warna biru, sewarna dengan baju batik yang dikenakan oleh suaminya, Bapak Agus Badrussalam yang menjabat sebagai Kades Cipeucang. Semakin siang, massa calon pemilih semakin banyak yang berdatangan ke lapangan. Tua, muda, anak-anak, semua berkumpul menunggu dimulainya waktu pencoblosan. Sebelum pencoblosan dibuka, kedua calon Kades dipersilahkan turun dari panggung untuk kemudian mengecek bilik pencoblosan, memastikan kotak suara dalam keadaan kosong, dan menandatangani dokumen peraturan yang dianggap penting. Seorang aparat kecamatan Cileungsi membacakan sambutan Bupati Bogor menyangkut proses Pilkades yang secara serentak dilaksanakan bersamaan disejumlah desa di wilayah pemerintahan Kabupaten Bogor. Tepat pukul 7 rapat pemungutan suara dibuka secara resmi. Saya selaku petugas 'check list' segera mendapat serbuan ibu-ibu yang masuk melalui gerbang pintu masuk khusus perempuan (Panitia menyiapkan empat gerbang masuk untuk pemberi suara berjenis kelamin laki-laki dan empat gerbang masuk untuk pemberi suara berjenis kelamin perempuan). Sejumlah petugas pengamanan berseragam kaos hijau tentara, yang direkrut dari para Ketua RT dan para warga, guna menjaga pintu masuk, sempat kewalahan mengatur para pemilih ibu-ibu yang memaksa ingin masuk ke arena TPS.  Beberapa orang ibu tidak memperhatikan nomor urut yang terpasang di tiap-tiap pintu, sehingga mereka memasuki jalur pintu yang tidak sesuai dengan nomor di surat undangan. Petugas koordinator di dalam TPS, yakni: Bapak Haji Roshid, akhirnya sibuk berjalan kesana-kemari menuntun ibu-ibu yang salah masuk, menuju ke jalur yang benar. Ungkapan-ungkapan dalam bahasa Sunda: " Tong nyodok wae !" yang berarti : "Jangan memotong antrian", berkali-kali terucap dari mulutnya saat mengomentari ibu-ibu yang tidak mau ikut masuk ke dalam antrian. Saya tersenyum geli melihat candaan-candaan antara Pak Roshid terhadap ibu-ibu yang hendak mengambil surat suara, setelah melalui proses 'check list' di meja saya. Pemungutan suara akhirnya ditutup pada pukul 13.00, dilanjutkan dengan tahap penghitungan suara. Sebelum dilakukan penghitungan suara, ketua panitia dan kedua calon Kades melakukan kesepakatan mengenai 'quorum' pemberi suara. Ternyata surat suara yang masuk dinyatakan sah karena telah melebihi 2/3 pemilih yang terdapat dalam DPT. Total jumlah pemilih di Desa Cipeucang adalah: 8275 orang. 4131 orang pemilih laki-laki, dan 4144 orang pemilih perempuan. Perasaan lega menyelimuti perasaan kami, para panitia. Sehingga kekhawatiran yang sempat muncul mengenai kemungkinan jumlah suara yang masuk 'tidak mencapai quorum' akhirnya tidak terjadi. [caption id="attachment_244130" align="alignnone" width="640" caption="Rapat terpisah anggota Pengamanan, Sabtu, 23 Maret."][/caption] [caption id="attachment_244131" align="alignnone" width="640" caption="Rapat panitia, Sabtu siang 23 Maret, sebelum turun hujan lebat."]