Mohon tunggu...
Sigit Pamungkas
Sigit Pamungkas Mohon Tunggu... swasta -

Tergabung dalam buku Antologi puisi 1. akar hati semesta 2. menatap semesta cinta 3. pesanggrahan hati 4. menatap semesta asa 5. bianglala

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suatu Hari Nanti Kamu akan Menertawakan Kebodohanmu tentang Cinta

23 September 2017   14:01 Diperbarui: 23 September 2017   14:05 2048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Suatu hari nanti kamu bakal menertawakan kebodohanmu tentang cinta." Kalimat itu yang selalu aku ingat, Dien. Yang kau tulis dalam pesan untukku ketika mendadak malam itu aku sedang terasa sangat rapuh. Cinta. Ya, rasa itu yang beberapa hari belakangan ini begitu riuh di kepala sampai membuat berat badanku menyusut hampir 5 kilogram. Dan malam itu aku mengungkapkan rasa luka itu padamu. Sahabatku.  

Entah kenapa tiba-tiba saja aku ingin sekali bercerita perihal luka cinta ini padamu. Bahkan kamu pun mungkin sedikit kaget kenapa kamu yang kamu yang aku pilih untuk menampung uneg-uneg ini. Ah, tak masalah. Yang jelas aku sedang sangat ingin berbagi sedih ini pada kamu. Tanpa maksud apapun. Dan terbukti kamu banyak memberikan kekuatan pada ku.

Kembali lagi kubaca pesan-pesan yang kamu kirimkan untukku, Dien. Agar aku bisa kembali menemukan semangat hidup yang kemarin sempat hilang. Banyak kalimat-kalimat bijak yang kamu kirim untukku dan aku sangat berterimakasih karena selama ini ternyata aku begitu dikuasai oleh rasa yang sebetulnya tak harus aku berikan kepada seseorang yang jelas-jelas tidak peduli padaku.

Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Kamu akan berterima kasih untuk kejadian ini. Masih, kalimatmu yang menyemangati aku. Dan aku mencoba untuk bangkit dari rasa terpuruk yang menimpaku.  Ah, ternyata masih banyak yang peduli padaku. Selama ini aku seakan telah menutup mata untuk segala perhatian yang tertuju padaku hanya karena perasaan cinta yang kuberikan kepada seseorang, yang ternyata tak pernah berbalas. Terimakasih untuk segala semangat yang telah kamu berikan untukku, Dien. Dan mulai saat ini aku mencoba untuk mengikhlaskan, merelakan, dan menyembuhkan luka-lukaku.

Masih ingin kukutip pesan yang kamu kirimkan untukku, Dien, agar aku bisa selalu mengingat dan menemukan semangat di dalam pesan-pesanmu:

Cara terbaik adalah menerima

Menerima bahwa tak ada yang bisa kita miliki selamanya

Se-erat apapun kita ikat kalau dia bukan untuk kita, pasti akan pergi

Terima saja

Ikhlas itu memang sulit tapi berusahalah

Biar ringan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun