Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Beramalah Selagi Hidup Saatnya Nanti Anda Akan Memetik

23 Maret 2024   09:50 Diperbarui: 23 Maret 2024   09:56 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Ali bin Abi Thalib berkata, "Ketahuilah! Sesungguhnya dunia telah bersiap-siap untuk meninggalkan kita dan sebaliknya akhirat telah bersiap untuk menjemput kita. Masing-masing dari keduanya (dunia dan akhirat) memiliki anak-anak. Jadilah kalian semua anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia, karena sesungguhnya hari ini (dunia) adalah waktu untuk beramal tanpa ada hisab (perhitungan amal), sedangkan esok hari (akhirat) adalah saatnya hisab tanpa ada amalan."

                "Beramalah Selagi Hidup Saatnya Nanti Anda Akan Memetik"

Islam memandang hidup dunia dan akhirat saling melengkapi bukan saling menjauhkan  sehinga kita dilarang untuk tenggelam dalam kehidupan materialisme sehingga terkadang lupa diri pada akhirnya terjebak dalam sikap kesombongan, keangkuhan namun juga tidak boleh terlalu terlena dalam spiritualisme sehingga melupakan kehidupan dunia maka jalan yang terbaik adalah dunia dikejar tetapi akhirat jangan dilupakan karena dunia adalah investasi akhirat Allah SWT berfirman ""Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi" (QS. Al Qashshash ayat 77)., dan Rasulullah SAW memperkuat melalui sabdanya bersabda : Ad-dunya mazra'atul akhirah bahwa dunia  adalah ladang akhirat ini memilki pengertian  bahwa dunia dan akhirat bukanlah dua perkara yang terpisah, melainkan suatu proses yang berkesinambungan, yang awalnya adalah dunia dan akhirnya adalah akhirat semua akan dipertanggung jawabkan karena itu tugas manusia adalah bagaimana menyeimbangkan dua kepentingan supaya saling melengkapi

Dok. Republika Online
Dok. Republika Online

Sejatinya kehidupan dunia sebagai bekal kelak diakhirat karena faktanya tidak melulu urusan dunia menjadi perkara dunia ansich tetapi juga bisa bernilai akhirat manakala dilandasi dengan niat yang baik, begitu juga sebaliknya potensi amal akhirta bisa berubah menjadi amal dunia karena berubahnya niat sebagaimana sabda Rasulullah SAW "Banyak sekali amal perbuatan yang tergolong amal keduniaan, tapi karena didasari yang baik (ikhlas) maka tergolong menjadi amal akhirat. Dan banyak sekali amal perbuatan tergolong amal akhirat, tapi ternyata ia tergolong amal dunia karena didasari niat yang buruk (tidak ikhlas)." Kunci dari semuanya adalah didasari dari niat yang ikhlas oleh karena itu penting untuk menata niat dari sejak awal dengan demikian boleh jadi seseorang yang rutin bekerja setiap hari keluar rumah untuk menafkahi keluarga dijalan yang diridhai Allah SAW berpotensi menjadi aktifitas bernilai akhirat manakala menjaga niat untuk menafkahi keluarga

Hidup di dunia ini penting apabila kita mampu memberikan referensi yang baik  dalam bahasa al-Quran disebut dengan mazra'atu al-akhirah (ladang akhirat). Dengan cara melakukan kebajikan melalui ibadah murni yang memang diatur dalam agama, maupun ibadah yang tidak murni  yang tidak diatur dalam agama tentu yang bersifat duniawi namun demikian ketika ibadah ghairu mahdhoh tersebut kita bersamakan dengan niat kesalehan individu dan kesalehan social  maka aia akan berpotensi menjadi mazra'ah al-akhirah alhasil maka dunia menjadi begitu penting ketika kita mampu menjadikan kehidupan didunia yang dijalani sebagai mazra'ah al--akhirah (tanaman untuk akhirat) . sehingga kita memiliki kemampuan mengelola kehidupan dunia agar berpotensi bernilai akhirat melalui sikap bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT sehingga terselamatkan dari kufur atas nikmatnya  namun sebaliknya kehidupan ini akan menjadi sangat bisa mencelakakan  bilamana kita tak mampu mengisi kehidupan ini dengan investasi amal kebaikan bahkan Imam Ghazali dalam salah satu karya bukunya yang fenomenal  Ihya' Ulumuddin berkata, "Tidaklah mungkin untuk menghasilkan bibit (tanaman) ini kecuali di dunia, tidak ditanam, kecuali pada kalbu dan tidak dipanen kecuali di akhirat."  

Dunia tempat beramal tanpa hisab tetapi akhirat tempat hisab bukan beramal nah betapa banyak manusia yang setelah mati meminta ingin dihidupkan kembali untuk membayar seluruh amal-amal kebaikan yang tidak pernah dilakukan tetapi permintaan ini tentu tidak akan dipenuhi karena sudah saatnya untuk mempertanggung jawabkan atas segala perbuatan saat hidup didunia ini memberikan  pembelajaran kepada kita bahwa betapa waktu begitu sangat berharga untuk melalukan investasi amal kebaikan sebagai bekal diakhirat karena memang dunia tempatnya untuk menanam dan akhirat kelak akan menuai hasil tanamannya jangan dibalik

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Harmoni kehidupan sebagaimana dimaksud akan tercapai manakala kita memahami soal konsep At-Tawaazun /Keseimbangan  adalah prinsip keseimbangan dalam ajaran Islam ingat bahwa alam semesta dan manusia  diciptakan dengan hukum keseimbangan (QS.67:3-4). (QS. 55:7-9).  Allah SWT  telah menurunkan petunjuk baik dalam ayat Qouliyah (al-Qur'an) maupun ayat Kauniyah (alam semesta) yang memuat hukum keseimbangan (al-mizan). Oleh karena itu, jika manusia ingin hidup tenang, mesti tunduk pada hukum keseimbangan nah boleh jadi mengapa manusia sering dilanda kesedihan, kesusahan, kemelaratan, kemiskinansakit, sakitan, dan sering konflik dalam keluarga, masyarakat, dan bahkan negara sekalipun dikarenakan belum mampu menjaga keseimbangan

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Untuk menjawab hal tersebut ada  tiga  yang harus diseimbangkan yaitu : 

Pertama ; Keinginan (Alraghbat fi shay' ma/want) 

Dalam anasir agama sering dsebut  dengan al-hawa an-nafs (hawa nafsu) yakni keinginin diri sendiri Imam al-Gazali pernah berpesan yang paling besar di dunia ini adalah hawa nafsu. Keinginan manusia itu tidak terbatas seperti minum air laut, akan bertambah haus. Hawa nafsu selalu menggiring kepada keburukan kecuali yang dirahmati Allah (QS.53:12,75:2,89:27). Jika manusia mengikuti nafsu, ia akan mempertuhankan diri sendiri (QS.45:23) dan melakukan apa saja bahkan lebih bejat dari binatang (QS. 25:44, 7:179) keinginan pula yang membuat kita susah dalam hidup dapat satu tetapi ada keinginan yang lainnya seakan tidak pernah merasa puas begitu pula soal makanan nginnya serba berlebihan bahkan tidak jarang terjebak dalam kategor tabzir (mubazir) ini tejadi karena memenuhi hawa nafsu

Kedua ; Kebutuhan (yahtaj/need).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun