Beberapa kompasianer sangat menggebu – gebu mem”bully” pendukung Ahok (Ahokers) dengan argumen – argumen beragam. Beberapa pembenaran (apologi) kemenangan Anies – Sandy berhasil penulis rekam , antara lain:
- Sentimen agama bukan penentu kekalahan Ahok - Djarot
Apologi untuk menepis anggapan negatif sentimen SARA yang sejak awal sudah dilemparkan ke publik lewat kotbah Jumat, jauh sebelum kasus penistaan menguat. - Ahok kalah karena “kualat” menista agama (Benarkah ?)
Apologi untuk melegitimasi hukuman ilahi atas kesalahan moral dalam kasus penistaan agama. - Agama mayoritas tidak bersalah atas kekalahanan Ahok – Djarot
Apologi golongan radikalis menyembunyikan identitas di balik agama mayoritas , karena radikalis dicitrakan buruk selama kampanye . Faktanya tidak semua pemeluk agama mayoritas menentang Ahok – Djarot. - Kekalahan Ahok – Djarot adalah kesalahan Presiden Jokowi.
Apologi membenarkan perlindungan Presiden Jokowi atas kesalahan Ahok di kasus penistaan agama, faktanya Jokowi secara elegan membiarkan proses hukum berjalan. - Menyalahkan media asing atas pemberitaaannya
Apologi untuk menyangkal proses politik selama Pilkada yang sarat berbau SARA di mata dunia. (JK, Nur Mahmudi menegaskan juga) - Program Jokowi & Ahok belum terealisasi semasa menjabat
Apologi untuk mengalihkan isu agar janji program Cagub terpilih tidak menjadi sorotan dan bahan “bully”.
Dalam era demokrasi yang ditandai kebebasan berpendapat, artikel - artikel apologi itu tidak “diharamkan” selama menggunakan argumen yang rasional. Argumen dibalas dengan argumen sehingga tercipta dialektika yang memberikan pelajaran bagi kita semua.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!