Mohon tunggu...
Sigit
Sigit Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mimpi-mimpi yang menjadi kenyataan

Dibalik kesuksesan seorang anak ada doa ibu yang selalu menyertainya, kasih sayangnya takan pernah luntur, dan takan tergantikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya dan 9 Tahun Kompasiana

4 November 2017   09:11 Diperbarui: 4 November 2017   10:36 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sembilan tahun sudah umur media warga Kompasiana, menjadi rumah kedua setelah rumah subsidi yang saya tempati. Walaupun rumah sekarang lengkap dengan segala kekuranganya, namun tetap saya rawat dengan sepenuh hati. Begitu juga perjalanan Kompasiana, tepat 22 Oktober 2017, genap 9 tahun sebagai media warga, walaupun masih banyak kekurangan, semoga kita tetap setia bersamanya.

Bukan ingin membandingkan rumah saya dengan rumah kedua yaitu Kompasiana, namun di situlah kelebihanya. Walau Kompasiana masih sering bermasalah namun kita tetap sabar, perubahan adalah hal yang pasti, jika kita tidak ikut dalam perubahan itu, niscaya kita akan tengelam dan tidak bisa merasakan nikmatnya hidup di zaman now.

Hampir tiga tahun menjadi silent reader, pada akhir 2015, saya bergabung dan menyandang status Kompasianer. Pertama sekali menulis dan mempostingnya 1 september 2015. Sungguh sebuah prestasi bagi saya pribadi. Jujur saat pertama kali memutuskan menulis, ada rasa khawatir yang tak beralasan, bagaimana jika tulisan saya tak di terima oleh pembaca, atau malah jadi bahan tertawaan para Kompasianer lainya. Horor Mas brow.

Menjadi seorang Kompasianer ternyata membawa banyak perubahan bagi diri saya, banyak hal yang dapat saya pelajari dan kadang langsung saya praktekan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sebuah tulisan, sedikit banyaknya mempengaruhi perilaku para penulisnya. Contohnya, ketika saya hendak melakukan hal yang kurang baik, saat itu juga saya teringat dengan tulisan yang pernah saya buat,'ada rasa malu'. Ternyata, tulisan kita buat dapat membentengi diri sendiri agar tidak melakukan hal-hal yang kurang baik.

Sempat terseok-seok hanya untuk membuat sebuah tulisan, jangankan berharap tulisan diberi label highlight, sudah bisa posting sebulan sekali saja sudah sangat bersyukur. Senang bercampur sedih, banyak pembaca tambah semangat, sepi pembaca membuat perasaan makin sedih. Kadang timbul pertanyaan dalam hati kecil, benarkah saya punya bakat menulis?

Mengusung slogan "Sharing & Connecting," saya berusaha masuk dalam ruang lingkup para Kompasianer aktif. Biarlah di bilang sok akrab, namun itulah yang spesial dari Kompasiana. Tidak pernah memandang kita Kompasianer baru atau lawas, sudah terverifikasi atau belum, mereka para Kompasianer selalu menerima kita dengan tangan terbuka. Terharu ingat yang dulu-dulu!

Untuk mengasah kempuan, dengan niat mau mengimbangi para Kompasianer lawas, (ah mimpi) saya berusaha terus melatih kebiasaan menulis, serta belajar dari tulisan-tulisan hebat para Kompasianer. Tapi celakanya, saya terkadang hanya lebih banyak terpaku dan mengagumi tentang kehebatan mereka dalam menulis. Setiap tulisan yang mereka posting selalu di ganjar label highlight bahkan Headline oleh admin. Ada rasa iri? jelas donk.

Hadir di Acara Kompasianival

Menjadi Kompasianer dan sudah terverifikasi centang hijau, rasanya tak lengkap jika belum merasakan bagaimana rasanya berkumpul di tengah-tengah para Kompasianer yang selalu bercanda, bertegur sapa lewat komentar. Untuk itu, pada saat acara Kompasianival 2015, saya putuskan untuk datang. Begitu juga Kompasianival 2016, dan Kompasianival 2017, bulan yang lalu di Kemang. Ini loh buktinya hehehe...

Kompasianival 2015|Dok pribadi
Kompasianival 2015|Dok pribadi
Dasar pemalu, sampe sekarang ding. Untuk menyapa para kompasianer yang ada saat itu saja saya tidak berani, mulut ini serasa tak mau dibuka. Dalam hati, kalaupun saya tidak berani menyapa sahabat Kompasianer, setidaknya saya berani menemui pak Tjip dan Istri, karena sudah beberapa kali mengungkapkan akan hadir di acara kompasianival. Beneran nekat.

Saya di hadiahi sebuah buku oleh Pak Tjip, seumur hidup, baru kali pertama mendapatkan buku langsung dari penulisnya. Senang sekali saat menerima buku tersebut. Beliau adalah salah satu Kompasianer aktif yang banyak memberikan hal positif pada tiap artikelnya. Semua itu saya jadikan semangat dan pelecut untuk diri pribadi agar bisa melahirkan tulisan yang lebih baik, walaupun jujur saya akui, sampai saat ini saya tidak tau bagaimana kualitas dengan tulisan saya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun