Mohon tunggu...
Sigit
Sigit Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mimpi-mimpi yang menjadi kenyataan

Dibalik kesuksesan seorang anak ada doa ibu yang selalu menyertainya, kasih sayangnya takan pernah luntur, dan takan tergantikan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Bukit Lawang yang Bakal Terlupakan karena Infrastruktur Jalan

7 Agustus 2015   23:31 Diperbarui: 7 Agustus 2015   23:54 1825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lokasi :Wisata Bukit lawang yang berada di Kec.Bahorok, Kab.Langkat Sumatera Utara

Tak lengkap rasanya saat pulang ke kampung halaman untuk merayakan lebaran tidak mengunjungi salah satu tempat wisata di kota kelahiran, Lebaran tahun ini saya dan keluarga merayakanya di kampung halaman, tepatnya di Desa Selayang Baru, Kec.Selesai, tak jauh dari Kota Binjai. setelah melakukan vote tujuan wisata yang akan dikunjungi dari beberapa tempat wisata yang ada didaerah kota Binjai, medan dan sekitarnya ada beberapa pilihan tempat wisata di runut dari yang paling dekat denga rumah orang tua saya,

  1. Bukit Lawang yang berada di kec.Bahorok, Kab.Langkat. Link:http://www.sumatra-indonesia.com/BukitLawang.htm
  2. Tangkahan di kec.Batang Sarangan, Kab.Langkat. Link:http://www.sumatra-indonesia.com/tangkahan.htm
  3. Pantai Cermin di Kab.Serdang Bedagai Link:http://medan.panduanwisata.id
  4. Berastagi di Kab.Karo. Link:http://www.sumatra-indonesia.com/Berastagi.htm

Note :Bagi para sahabat Kompasianer yang akan berkunjung atau sedang berada di sumatera utara dan ingin refreshing bisa datang ke salah satu tempat wisata di atas.

Setelah mencari berbagai informasi tentang kondisi tujuan wisata ke beberapa teman, akhirnya serempak memilih tempat yang paling dekat, Bukit Lawang, jarak dari rumah ke Bukit lawang sekitar 45 km, kalau naik mobil membutuhkan waktu sekitar 1.5 jam, itu juga tergantung kondisi jalanan yang saya tau dari jaman baheula tidak pernah bagus. jika menggunakan roda dua akan lebih cepat karena bisa menggunakan jalan pintas, kalaupun jalanya rusak masih bisa ngebut dan ga kena macet karena rusaknya jalanan.

Sudah 11 tahun lebih lamanya, tempat ini tidak saya kunjungi walaupun tidak begitu jauh dari tempat tinggal saya, terakhir ke sana setelah terjadi banjir bandang yang menimpa Bukit lawang pada tahun 2003, walupun jauh tapi masih sangat membekas di benak. kalau tidak salah dibulan ramadan tanggal  2 Nopember 2003, terjadi musibah banjir bandang yang membawa ribuan kayu hasil pembalakan liar dan menghantam ratusan rumah penduduk atau penginapan yang ada di pinggiran arus sungai di Bukit Lawang. Banjir Bandang yang terjadi menimbulkan trauma dramatis pada penduduk setempat yang selamat dan menghancurkan infrastruktur dari informasi saat itu memakan korban Sebanyak 129 orang tewas, termasuk tujuh pelancong asing. Lebih dari 100 orang hilang dan diduga meninggal. Sedikitnya 400 bangunan hancur diakibatkan pembalakan hutan secara liar di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), yang akibatnya hampir 2 tahun lebih wisata ini sepi pengunjung baik itu lokal maupun turis luar.

Berita yang saya kutip dari :http://regional.kompas.com

Berdasar studi Balai Sabo dan Japan International Cooperation Agency (JICA) tahun 2003, yang terangkum dalam Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang Daerah Aliran Sungai Bahorok, jumlah batang kayu yang tertinggal di palung saat banjir mencapai 70.000 meter kubik. Endapan pada dasar sungai setelah banjir dari Bukit Lawang ke hulu mencapai 300.000 meter kubik. ”Ketinggian air waktu itu sampai seatap rumah, sekitar lima meter jika diukur dari tepi sungai,” 

Pemerintah menilai banjir bandang itu murni bencana. Namun, para korban menyadari petaka itu akibat ulah manusia. Penebangan liar yang kerap terjadi di hutan TNGL dan hutan produksi terbatas diduga menjadi penyebab utamanya. Ini mengacu pada banyaknya gelondongan kayu yang ikut terbawa air bah. Kayu itu pula yang menjadi penahan air hujan di hutan. Ketika volume air terus bertambah dan kayu tak kuat menahannya akan berubah menjadi air bah. dalam hal ini pemerintah KPIK, juga mengeluarkan siaran pers, bahwa bencana tsb murni bencana alam.link:http://www.dephut.go.id

Kamis 23 juli yang lalu,masih suasana lebaran, kami sekeluarga berangkat menuju wisata bukit lawang, menurut informasi kondisi jalan rusak parah dari Kecamatan Kuala, Salapian hingga Bahorok. artinya separuh perjalan kali ini akan dihabiskan dengan goyang gojigo,kebetulan driver kali ini adalah suami dari Ipar yang sudah biasa menempuh medan rusak hehehe...,jadi ga perlu panik berlebihan. pagi jam 9.30 kami berangkat dari rumah, dijalanan terlihat sudah ramai kendaraan, mobil meluncur dengan kecepatan tinggi berharaf tidak ada kemacetan karena masih suasana libur lebaran ya walaupun ada yang sudah masuk bekerja tapi wisata bukit lawang selalu menjadi paforit tujuan rekreasi. tak lama sampai juga dijalanan yang informasinya rusak parah, ternyata benar adanya, jalanan memang rusak, walaupun tidak semua permukaan aspal, kemarau panjang membuat jalanan yang rusak tidak keliahatan karena debu yang berterbangan dilewati kendaraan, baik roda empat dan dua.

Hampir satu jam melewati jalanan berlubang dan berdebu, akhirnya tiba juga di kecamatan Bahorok, mulai dari sini sepanjang jalan kita sudah bisa melihat dari jauh pemandangan taman nasional gunung leuser yang indah. udaranya sudah mulai sejuk, pikiran juga menjadi lega ketika sudah hampir sampai ditempat tujuan.

Lokasi :Kecamatan Bahorok Bukit lawang 

Tak lama lagi kami akan sampai di pintu gerbang bukit lawang, atau tempat pemungutan uang masuk, disini mobil2 ataupun sepeda motor yang akan masuk di stop untuk membayar retribusi masuk dan parkir, dulu biaya masuk sekitar Rp 5000 sampai 10,000 tp kalau sekarang mungkin akan lebih mahal, untung saja abang Ipar punya kenalan di situ, jadi tinggal sebut namanya semua jadi gratis..tis, sampai diparkiran juga harus bayar tp lagi2 semua menjadi gratis, intinya masih banyak pungutan2 yang dibebankan ke pengunjung walaupun di depan gerbang masuk sudah diharuskan membayar retribusi masuk plus parking.

Setelah menurunkan semua barang bawaan, menyusuri jalan masuk, tidak terlalu banyak berubah pikirku, hanya penginapan, tempat berjualan souvenir yang makin menjamur dikiri kanan jalan. ada beberapa bangunan yang dibiarkan begitu saja, ya bangunan peninggalan bencana bandang yang meluluh lantakan daerah tsb. hawa sejuk pegunungan sangat terasa, setelah sampai ternyata di sana sudah mulai ramai oleh para pengunjung, waktunya mencari tempat untuk beristirahat sekaligus memulai acara bakar-bakaran, di sini untuk duduk (lesehan) saja kita harus membayar, penduduk setempatlah yang mencari rezeki dengan berjualan disekitar sungai, menyewakan ban untuk yang mau tubbing, kalau orangnya banyak kudu di rakit dulu dengan tali tambang. nah untuk lapak buat istirahat harus bayar Rp 70,000, di tawar juga ga dikasih,emang segitu tarifnya kata si abang. saya sendiri binggung lalu apa gunanya harus bayar di pintu utama tadi, malah dua kali mobil si stop untuk membayar biaya yang tak jelas.

 

Jernihnya air sungai membuat siapa saja ingin mandi dan berendam, anak-anak yang tak sabar langsung masuk ke dalam sungai dan berenang, bermain air serta sesekali memasukan kepala mereka kedalam air sungai yang jernih.

Mereka dengan riang  naik ban beramai2, jika ingin puas menaiki ban kita harus berjalan dulu menyusuri sungai ke arah atas, kemudian baru menaikinya sambil menikmati panorama hutan gunung leuser.

Ada acara bakar-bakaran (Bakar Ikan,Ayam)

Suasana pengunjung yang menghabiskan liburan di Bukit Lawang

Banyak ditemui para turis yang lewat mengunakan ban yang di rakit ditemani para guidenya, mereka menyusuri aliran sungai bahorok sambil menikmati indahnya perbatasan hutan gunung leuser.

Bukit Lawang juga menjadi satu-satunya tempat penangkaran Orang Utan, Inilah daya tarik dari tempat Wisata ini yang membuat banyak wisatawan baik lokal maupun dari mancanegara datang. Ketika waktu sudah mulai senja, Kumpulan monyet2 yang ada didalam hutan turun untuk minum di Sungai, seperti tidak ada takutnya binatang yang ada di kawasan taman gunung leuser ini, beberapa dari monyet2 itu selalu mendekati para pengunjung, mengharapkan lemparan berbagai makanan ringan. untuk bisa melihat orang hutan kita harus masuk ke dalam Taman Nasional Gunung Leuser, ada paket yang ditawarkan untuk menjelajah kawasan tsb.

Jalan menuju Taman Nasional Gunung Leuser dan tempat menarik lainya di Bukit Lawang

Untuk oleh2 atau kenang-kenangan Souvenir kita bisa membeli aneka lukisan atau baju bergambar Orang utan yang dapat ditemui di sepanjang kanan kiri jalan sambil menuju arah pulang

Menjual berbagai lukisan untuk kenang-kenangan

Berbagai macam oleh2 baju bergambar orang utan dapat dibeli disini dengan harga yang terjangkau

 

Keindahan Wisata Bukit Lawang, serta Taman Nasional Gunung Leuser seharusnya menjadi perhatian, tidak adanya perhatian khusus yang membuat Wisata bukit lawang pasti akan dilupakan lambat laun, ini terjadi karena berkurangnya wisatawan yang berkunjung karena infrastruktur yang tidak mendukung, jalanan menuju wisata yang seharusnya mulus seolah dibiarkan hancur begitu saja, kalaupun serius membenahi jalan ya buatlah dengan serius, jangan baru diperbaiki enam bulan kemudian sudah rusak lagi, dan ini selalu terjadi setiap tahunya. di tambah berbagai pungutan yang sangat memberatkan para wisatawan yang akan semakin membuat citra wisata Bukit Lawang makin memburuk.

Mungkin sudah waktunya kalau wisata Bukit Lawang ini dikelola oleh Pemkab setempat, kalau dikelola oleh swasta tentu tidak akan banyak menguntungkan baik Pemkab maupun masyarakat sekitar yang mengandalkan nafkah berjualan atau meyewakan penginapan. Lebih baik dengan segera Pemerintah Kabupaten Langkat mengambil alih dan serius mengelola dengan baik aset pariwisata dan menggiatkan budaya lokal serta membangun infrastruktur yang mendukung objek wisata Bukit Lawang. yakinlah kalau Wisatawan tidak akan datang kalau jalan menuju objek wisata buruk apalagi ditambah masalah sampah yang tidak ada ujung penyelesaianya. Para pengunjung belum bisa mawas diri untuk tidak membuang sampah di aliran sungai, kurangnya tempat sampah juga menjadi masalah tersendiri.

Tentu dalam hal ini Pemkab dan pihak pengelola swasta harus segera duduk bersama, bagaimana agar Wisata Bukit lawang bisa menjadi tujuan wisata nomor satu di Sumatera Utara, melakukan penataan ulang kawasan wisata tersebut. tak bisa dipungkiri turunya jumlah pengunjung, turis lokal ataupun macanegara adalah bukti bahwa Bukit Lawang akan segera dilupakan jika tidak segera berbenah, ini adalah gambaran wisata Bukit Lawang yang sekarang. Walupun saya seorang Pujakesuma tentunya ingin melihat tempat wisata di daerahnya khususnya Bukit Lawang kembali menggeliat lagi seperti dulu jauh sebelum banjir bandang menerjang kawasan wisata ini.

 

Salam Berbagi

Karawang 2015/08/07

Ket: seluruh photo Dok.Pribadi

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun