3. Aktor intelektual dari lingkaran mantan barisan lawan-lawan politik pemerintahan yang dirangkul kedalam pemerintahan, yang pastinya bergerak sangat senyap.
4. Aktor intelektual dari lingkaran tanpa bentuk diluar oposisi dan pemerintahan, karena kepentingannya terganggu oleh pemerintah, mereka bergerak lebih senyap lagi.
5. Aktor intelektual dari jaringan teroris (penunggang) sesuai kepentingannya, misal hanya untuk mengacau, merongrong, atau bahkan lebih, yaitu menghancurkan.
Kemudian juga bisa dimungkinkan ada pihak negara asing yang turut andil, membackup kelima para aktor intelektual masing-masing di atas sesuai dengan kepentingannya masing-masing.
Yang paling berbahaya sebenarnya adalah yang nomor 2 dan 4, karena kemungkinan kalau cipta kondisi berhasil terjadi sesuai yang ditargetkan, maka merekalah yang akan paling gampang mengambil keuntungan dapat mengambil alih (kudeta) pemerintahan secara tersamar.
Cipta kondisi, dilakukan dalam rangka pecah konsentrasi, kontijensi, insurjensi, chaos dan sejenisnya, kemudian karena pemerintah fokus untuk mengatasi 3 cipta kondisi sebelumnya di atas lalu akan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para aktor intelektual di balik layar.
Kalau pemerintah gagal mengatasinya atau cipta kondisi berhasil menciptakan chaos, maka para aktor intelektual yang melancarkan misinya masing-masing bisa akan sangat mudah mengeksekusi tujuannya.
Kalau pemerintah berhasil mengatasi chaos, mereka yang nomor 2 dan 4 akan sangat mudah lolos ataupun selamat dari tudingan kudeta ataupun makar, nomor 1 dan 3 perlu cukup bukti untuk membuktikan kudeta ataupun makar, sedangkan yang nomor 5 pasti akan selalu dikaitkan dengan chaos, kudeta ataupun makar.
"Dalam setiap gerakan sipil, A dan B, serta gabungan gerakan sipil A dan B sangat sulit menentukan kemurnian gerakan sipil, karena pasti akan seringkali ditunggangi".
Sehingga di sinilah kiranya peluang cipta kondisi adalah sesuai kepentingan masing-masing dari para aktor intelektual di balik layar.
Perlu diingat juga, bahwa catatan sejarah membuktikan, bagaimana gerakan sipil ataupun people power dapat  menggulingkan Presiden Soeharto dan akhirnya menumbangkan pemerintahan Rezim Orba dan ada peran para aktor intelektual di balik layar.